DISTIKA.png

<p>JAKARTA – Teknologi bisa menjadi alat yang kuat, berguna, dan produktif. Dan smartphone kita, khususnya, memungkinkan kita untuk terhubung dengan orang lain dengan cara yang belum pernah ada sebelumnya.&nbsp;</p><p>Namun, meskipun menggulir media sosial bisa menyenangkan, hal itu juga bisa menjadi mekanisme coping yang disfungsional terkait dengan masalah yang mendasarinya. FOMO (fear of missing out) atau ketakutan akan ketinggalan.&nbsp;</p><p>Perasaan ini sebenarnya bukan hal baru dan tidak selalu bersifat negatif. Namun, berkat perkembangan teknologi yang pesat, <a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/tag/fomo">FOMO</a> kini menjadi lebih umum dan cenderung negatif.</p><p>Ketakutan akan ketinggalan ini membawa kita pada kecanduan ponsel dan obsesi dengan media sosial. Hal ini membuat kita teralihkan dari kehidupan nyata dan masuk ke dalam dunia fantasi dan ilusi yang merusak diri. Kita merasa tergoda dengan suara notifikasi sambil menjadikan hidup kita sebuah kompetisi.</p><ul><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/beda-sikap-kemenperin-dan-kementerian-usai-dukunjungi-apple">Beda Sikap Kemenperin dan Kementerian Usai Dukunjungi Apple</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/apple-alot-ini-daftar-perusahaan-asing-yang-batal-investasi-di-indonesia">Apple Alot, Ini Daftar Perusahaan Asing yang Batal Investasi di Indonesia</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/akra-optimistis-capai-target-laba-2025-dengan-ekspansi-bisnis-dan-peningkatan-penjualan-lahan">AKRA Optimistis Capai Target Laba 2025 dengan Ekspansi Bisnis dan Peningkatan Penjualan Lahan</a></li></ul><p>Nah, di tahun 2025 ini saatnya kita harus lebih cerdas mengelola keuangan dan bisa mengatur hidup dengan lebih baik, kita perlu menemukan cara untuk melepaskan diri dari FOMO dan mengambil kembali kendali atas hidup kita. Bagaimana caranya? Yuk, simak artikel berikut!</p><h2><strong>1. Sadar Hidup Setiap Orang Unik</strong></h2><p>Media sosial seringkali hanya memperlihatkan sisi terbaik atau momen tertentu dalam kehidupan seseorang, yang membuat kita mudah membandingkan diri dan merasa kurang.</p><p>Padahal, di balik setiap postingan, banyak hal yang tidak terlihat, seperti tantangan atau kesulitan yang tidak diperlihatkan. Dengan mengubah cara pandang ini, kita bisa lebih fokus pada perjalanan hidup kita sendiri tanpa merasa terbebani oleh kehidupan orang lain.</p><p>Ingatkan diri kalian bahwa media sosial disusun dengan cermat. Kebanyakan profil diedit untuk menawarkan perspektif tertentu. Profil tersebut tidak mencerminkan kehidupan nyata dengan segala suka dan duka serta nuansa abu-abunya.</p><p>Itu bukan standar yang harus diikuti oleh siapa pun. Sebaliknya, anggaplah itu sebagai sebuah pertunjukan yang mungkin kalian nikmati. Profil media sosial adalah karya fiksi yang harus dikonsumsi, bukan ditiru.</p><h2><strong>2. Batasi Penggunaan Media Sosial</strong></h2><p>Saran yang paling dasar mungkin menjadi tantangan terbesar. FOMO terkait barang-barang tertentu sering kali dipicu oleh tren di <a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/tag/media-sosial">media sosial</a>. Oleh karena itu, penting untuk membatasi waktu penggunaan media sosial. Sebaiknya kurangi mengikuti konten dari influencer dan marketplace afiliasi, karena hal tersebut dapat mendorong keinginan untuk membeli barang yang sebenarnya tidak diperlukan.</p><h2><strong>3. Tentukan Prioritas</strong></h2><p>Terkadang, godaan untuk membeli barang-barang yang sedang tren memang sangat besar, terutama ketika teman-teman atau influencer favorit mulai menunjukkan koleksi terbaru mereka.</p><p>Namun, sebelum terburu-buru untuk membeli, coba tanyakan pada diri sendiri, apakah benar-benar membutuhkan barang-barang tersebut. Tentukan apa yang seharusnya menjadi prioritas. Misalnya, jika kalian memang membutuhkan gadget baru untuk bekerja, itu bisa menjadi prioritas. Tetapi jika hanya untuk memperbarui status di media sosial, sebaiknya pertimbangkan lagi.</p><p>Dengan memiliki prioritas, kita lebih mudah mempertahankan fokus dan menghindari godaan untuk mengejar hal-hal yang hanya memberikan kepuasan sementara. Menetapkan langkah-langkah kecil menuju tujuan tersebut juga akan memberikan rasa pencapaian yang lebih berarti.</p><h2><strong>4. Bijak Memilih Tren</strong></h2><p>Setiap tahun selalu ada tren baru yang muncul. Namun, ingatlah tidak semua tren perlu diikuti. Jika tren tersebut tidak benar-benar cocok dengan gaya atau kebutuhan kalian, lebih baik abaikan. Lebih baik memilih barang yang bersifat timeless dan dapat digunakan dalam jangka waktu panjang, daripada mengikuti tren yang mungkin akan cepat berlalu.</p><h2><strong>5. Investasi untuk Masa Depan</strong></h2><p>Tahun 2025 adalah waktu yang tepat untuk mulai mempertimbangkan investasi. Bukan hanya untuk membeli barang-barang yang bisa dinikmati sekarang, tetapi juga untuk mempersiapkan masa depan. Di usia tua nanti, tentu kita ingin hidup dengan nyaman dan sejahtera tanpa kesulitan finansial.</p><p>Impian tersebut bisa tercapai melalui <a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/tag/investasi">investasi</a> masa depan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan menabung.</p><p>Baik itu investasi dalam saham, properti, atau keterampilan baru, semua itu dapat memberikan keuntungan lebih di masa yang akan datang.</p><h2><strong>6. Lingkungan yang Mendukung</strong></h2><p>Penting untuk dikelilingi oleh orang-orang yang mendukung dan memberi inspirasi. FOMO sering kali muncul karena perasaan terisolasi atau tidak terhubung dengan orang lain. Membangun hubungan yang sehat dengan teman, keluarga, atau komunitas yang memiliki nilai dan tujuan yang sejalan dapat memberikan rasa keterikatan yang lebih mendalam.</p><h2><strong>7. Mengganti FOMO Menjadi JOMO</strong></h2><p>Jomo adalah perasaan menikmati hidup tanpa khawatir ketinggalan informasi yang sebenarnya tidak penting. Misalnya, saat teman-temannya berlomba membeli pakaian branded yang sedang viral, ia tidak terganggu dan lebih memilih membeli pakaian yang nyaman baginya, tanpa peduli apakah itu branded atau tidak.</p><ul><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/rekomendasi-film-horor-januari-alur-film-ketindihan">Rekomendasi Film Horor Januari: Alur Film Ketindihan</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/ihsg-hari-ini-dibuka-naik-38-65-poin-ke-7-103-24">IHSG Hari Ini Dibuka Naik 38,65 Poin ke 7.103,24</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/lq-45-pagi-ini-dipimpin-aces-hingga-mdka">LQ45 Pagi Ini Dipimpin ACES hingga MDKA</a></li></ul><p>Selalu bersyukur dengan apa yang dimiliki dapat membantu menghindari perasaan kurang atau tertinggal dari orang lain. Perasaan menerima ini perlu ditanamkan dalam diri, yaitu mendamaikan pikiran agar tetap fokus pada usaha untuk mencapai apa yang diinginkan.</p><p>Itu dia beberapa tips dan trik agar di tahun ini tidak FOMO, dan lebih cerdas dalam mengelola keuangan. Semoga bermanfaat!</p>

Ilustrasi orang menghamburkan uang untuk memenuhi gaya hidup yang seharusnya tidak perlu.

FOMO (fear of missing out) atau ketakutan akan ketinggalan. Perasaan ini sebenarnya bukan hal baru dan tidak selalu bersifat negatif. Namun, berkat perkembangan teknologi yang pesat, FOMO kini menjadi lebih umum dan cenderung negatif.

7 Cara Mengatasi FOMO di Tahun 2025

Rumah & Keluarga