Ilustrasi Bitcoin. Sumber: Pixabay.com
Fintech

Bitcoin Lesu, Bagaimana Prospek Rebound dan Potensi Altseason?

  • Harga Bitcoin mengalami penurunan sebesar 3,62% dalam sepekan terakhir, mencapai level US$64.588 atau sekitar Rp1,62 miliar (kurs Rp16.445) menurut data CoinMarketCap pada 21 Juni 2024 pukul 12.00 WIB.

Fintech

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA – Harga Bitcoin mengalami penurunan sebesar 3,62% dalam sepekan terakhir, mencapai level US$64.588 atau sekitar Rp1,62 miliar (kurs Rp16.445) menurut data CoinMarketCap pada 21 Juni 2024 pukul 12.00 WIB. 

Menanggapi kondisi tersebut, Crypto Analyst dari Reku, Fahmi Almuttaqin, menyatakan bahwa penurunan harga Bitcoin disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah perubahan outlook suku bunga AS yang memperkuat nilai USD di tengah penurunan suku bunga oleh bank sentral di beberapa kawasan lain seperti Eropa.

Fahmi mengatakan, sikap The Fed yang konsisten untuk mencapai target inflasi 2% membuat suku bunga tinggi ini berpotensi bertahan selama beberapa bulan ke depan. 

“Kondisi tersebut membuat USD menjadi instrumen yang relatif menarik untuk menyimpan nilai aset para investor. Sehingga investor cenderung memilih instrumen yang relatif lebih aman dan menghasilkan return yang cukup tinggi, dibandingkan aset kripto,” jelas Fahmi melalui riset yang diterima TrenAsia, Jumat, 21 Juni 2024.

Dampak dari perubahan outlook suku bunga The Fed setelah pertemuan FOMC pada 12 Juni juga terlihat pada ETF Bitcoin Spot yang mengalami arus keluar atau netflow negatif selama empat hari berturut-turut dari 13 Juni hingga 18 Juni, setelah sebelumnya mencatat rekor netflow positif selama 19 hari berturut-turut. 

ETF Bitcoin spot mengalami arus keluar signifikan dengan total mencapai US$878,9 juta dalam tujuh hari perdagangan terakhir, berdasarkan data dari Coinglass.

Prospek Rebound

Namun, Fahmi menambahkan bahwa meningkatnya likuiditas di AS mengindikasikan potensi aliran dana yang signifikan ke pasar kripto jika tren penurunan suku bunga mulai terjadi. 

Kondisi ini dapat dilihat dari data M2 yang menggambarkan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian, mencakup aset yang mudah dikonversi menjadi uang tunai. 

Peningkatan likuiditas ini berpotensi berdampak pada pasar kripto ketika suku bunga mulai berbalik arah.

“Apabila tren kenaikan likuiditas M2 yang telah terjadi sejak Februari kemudian berlanjut di saat pasar terkonsolidasi atau bahkan bearish imbas situasi suku bunga tinggi, maka gelombang dana masuk yang akan terjadi di pasar kripto berpotensi sangat besar ketika kebijakan dovish mulai diambil,” kata Fahmi. 

Semangat Investor Kripto Menjelang Altseason

Di tengah melemahnya Bitcoin, sejumlah altcoin justru mengalami kenaikan. Berdasarkan data dari CoinMarketCap, XRP menguat 2% ke level US$0.480 dalam 24 jam terakhir. Selain itu, koin meme Brett (Based) naik 4%, sementara Lido DAO (LDO) mengalami kenaikan sebesar 3,36%.

Menurut indikator CryptoQuant yang mengkalkulasi rata-rata bergerak 180 hari terhadap perbedaan rasio MVRV antara Ethereum dan Bitcoin, saat ini bisa dikatakan sebagai fase awal altseason. Dalam fase ini, altcoin cenderung mencatat performa harga yang lebih baik dibandingkan Bitcoin.

Menurut Fahmi, situasi ini menarik bagi investor yang berminat pada altcoin untuk berinvestasi pada aset kripto potensial selain Bitcoin. 

Namun, sebelum memilih altcoin, investor perlu mempertimbangkan kekuatan inovasi dan teknologinya. Apakah altcoin tersebut membawa nilai baru yang unik yang dapat diapresiasi oleh investor kripto? 

“Selain itu, perlu juga diperhatikan nilai merk atau popularitas serta seberapa besar komunitas dari aset kripto tersebut. Hal ini penting karena akan mempengaruhi kekuatan pasar baik dari token maupun produk yang dikembangkan,” jelas Fahmi.

Investor juga disarankan Fahmi untuk memilih platform investasi yang terdaftar di Bappebti dan serius dalam memprioritaskan keamanan penggunanya. 

Fahmi mengatakan, platform yang mengedepankan keamanan akan beroperasi sesuai dengan regulasi yang berlaku dan selektif dalam menyediakan layanan, termasuk dalam coin listing

“Seperti di Reku, setiap koin yang di-listing dapat dipastikan sesuai dengan regulasi Perba 11 tahun 2022 tentang Penetapan Aset Kripto dan memiliki hasil penilaian dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) yang ditetapkan oleh Bappebti. Lebih dari itu, Reku juga melakukan proses due diligence internal yang ketat oleh tim Crypto Research Reku, berfokus pada keamanan dan kelayakan sebuah aset kripto sebelum mendaftarkan koin. Dengan begitu, investor pun juga bisa lebih aman dan nyaman dalam berinvestasi,” pungkasnya.