China Bantu Sri Lanka Bangun Kota Pelabuhan Saingan Dubai dan Hong Kong
- Sri Lanka akan membangun sebuah kota metropolitan di sepanjang tepi laut ibu kota negara bernama Colombo Port City.
Dunia
COLOMBO - Sri Lanka akan membangun sebuah kota metropolitan di sepanjang tepi laut ibu kota negara bernama Colombo Port City.
Proyek Kota Pelabuhan Colombo pertama kali diresmikan saat kunjungan presiden China, Xi Jinping ke Colombo pada 2014.
Kota ini dibangun dengan bantuan China dan bertujuan menjadi saingan Hong Kong atau Dubai, seperti dikutip oleh TrenAsia.com dari BBC pada 20 Januari 2022.
Kota ini nantinya akan menjadi pusat keuangan internasional lepas pantai, area perumahan, dan marina. Diperkirakan pembangunan proyek itu akan memakan waktu 25 tahun.
Setelah beberapa tahun pengerukan, pembangunan yang disebut-sebut pejabat setempat sebagai “perubahan bagi ekonomi Sri Lanka” ini mulai terbentuk.
- Jangan Senang Dulu, Ternyata Lonjakan Harga Migas dan Batu Bara Tidak Baik bagi Indonesia
- 5 Musim Jual Beli Saham yang Penting untuk Diketahui
- Kode Broker Saham Ditutup: Bandar Untung, Investor Ritel Buntung
“Tanah reklamasi ini memberi kesempatan bagi Sri Lanka untuk menggambar ulang dan membangun kota dan fungsionalitas kelas dunia – dan bersaing dengan Dubai atau Singapura,” ujar anggota CPCEC, Saliya Wickramasuriya, pada BBC.
Sekitar 80.000 orang akan tinggal di kota yang akan menawarkan pembebasan pajak bagi mereka yang berinvestasi atau berbisnis tersebut. Seluruh transaksi di kota itu nantinya akan menggunakan dolar AS.
The Colombo Port City Economic Commission (CPEC) telah membuat kemajuan besar selama enam bulan pertama operasinya. Salah satu pembangunan paling ambisius di Asia itu telah berprogres salah satunya dalam komersialisasi, seperti dikutip dari media lokal Daily FT.
Untuk mereklamasi lokasi Kota Pelabuhan, Sri Lanka seluas 2,6 kilometer persegi membutuhkan bantuan investasi dari China Harbour Engineering Company (CHEC) sebesar US$1,4 miliar atau setara dengan Rp20 triliun (asumsi kurs Rp14.359,3 per dolar Amerika Serikat/AS). Perusahaan itu telah menerima 43% dari sewa 99 tahun.
Rencana ini tidak sepenuhnya disambut baik warga Sri Lanka. Ada banyak kekhawatiran yang muncul, termasuk pengaruh lingkungan dari proyek sebesar ini.
Kekhawatiran lainnya adalah manfaat dari pembangunan seperti ini tidak akan terlalu menguntungkan negara.
“Satu kekurangan yang mungkin ada dari kota pelabuhan ini adalah adanya pembebasan pajak yang masuk undang-undang. Ada kemungkinan bebas pajak bagi investor selama lebih dari 40 tahun,” ujar Deshal de Mel, seorang ahli ekonomi seperti dikutip dari BBC.
AS juga telah memperingatkan iklim bisnis yang santai seperti Kota Pelabuhan Kolombo bisa menjadi surga bagi para pencuci uang.
Selain itu, ada kekhawatiran mengenai ambisi jangka panjang China. Kekhawatiran ini didukung dengan posisi China yang semakin kuat di panggung global.
“China telah mengambil alih hampir keseluruhan di Port City. Nantinya Sri Lanka akan kehilangan suara dalam proyek ini,” kata anggota parlemen oposisi, Rajitha Senaratne kepada BBC.
Dipercaya kehadiran kota macam Hong Kong di Sri Lanka akan mengencangkan cengkraman China di bagian Asia ini di masa depan.