Dari Pelayaran Sultan Maulana Hasanuddin, Lahirlah Kuliner Rabeg Khas Banten
BANTEN – Wisata kuliner bisa menjadi salah pilihan menarik untuk mengisi libur natal dan tahun baru (Nataru). Khususnya bagi Anda yang tinggal di Provinsi Banten, ada makanan khas bernama rabeg yang patut dicoba. Biasanya, makanan ini mudah dijumpai di sejumlah kedai makan di sepanjang Serang dan Cilegon. Melansir laman Indonesia.go.id, makanan yang sepintas mirip tengkleng […]
Gaya Hidup
BANTEN – Wisata kuliner bisa menjadi salah pilihan menarik untuk mengisi libur natal dan tahun baru (Nataru). Khususnya bagi Anda yang tinggal di Provinsi Banten, ada makanan khas bernama rabeg yang patut dicoba. Biasanya, makanan ini mudah dijumpai di sejumlah kedai makan di sepanjang Serang dan Cilegon.
Melansir laman Indonesia.go.id, makanan yang sepintas mirip tengkleng ini terkenal khas akan aromanya. Berbahan dasar daging atau jeroan kambing, rabeg dimasak dengan campuran rempah, seperti biji pala, lada, kayu manis, jahe, dan lengkuas.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
Dalam pengolahannya, daging rabeg direbus terlebih dahulu supaya empuk dan bisa menyerap bumbu rempah dengan sempurna. Sementara itu, air kaldu sisa rebusan biasa dibiarkan hingga mengental sehingga akan menyatu dengan potongan daging.
Sembari menikmati rabeg, tak ada salahnya untuk mengenal lebih dekat makanan ini. Memiliki sejarah panjang, rabeg hadir di Banten berkat Sultan Maulana Hasanuddin, putra sulung dari Sunan Gunung Jati di Kesultanan Cirebon.
Pada awalnya, Sultan Maulana melakukan pelayaran dari Banten menuju Arab Saudi. Saat ia dan rombongan tiba di pelabuhan Kota Rabigh, Sultan Maulana sempat mencicipi satu masakan berbahan dasar olahan daging kambing dan menyukai masakan tersebut.
Hingga kepulangan Sultan Maulana di Banten, ia tak bisa lupa kelezatan masakan olahan daging kambingnya. Mulai saat itu, agar kerinduan akan Rabigh itu terobati, ia pun meminta juru masak istana membuatkan masakan yang sama.
Sejak itu, kuliner ala Rabigh menjadi hidangan wajib di Istana Kesultanan Banten. Berjalannya waktu, resep makanan ini tersebar di wilayah Banten dan namanya bergeser menjadi rabeg.