HCML Dorong SKK Migas Capai Target 2030, Ini Strateginya
- Kontraktor Kontrak Kerja Sama Husky CNOOC Madura Limited (HCML) mengungkapkan, turut andil menggenjot pencapaian produksi gas sebesar 12 BSCFD (miliar standar kaki kubik per hari) pada tahun 2030 dengan melakukan strategi.
Energi
SURABAYA – Kontraktor Kontrak Kerja Sama Husky CNOOC Madura Limited (HCML) mengungkapkan, turut andil mendukung pencapaian produksi gas sebesar 12 BSCFD (miliar standar kaki kubik per hari) pada tahun 2030 dengan melakukan strategi.
VP Operations HCML, Perkasa Sinagabariang mengatakan sebagai pemasok 100% gas yang di produksikan digunakan untuk mendukung kebutuhan pupuk, listrik dan industri domestik. Hal ini sejalan dengan kebijakan SKK Migas dalam mengutamakan kebutuhan energi dalam negeri.
“Kami berharap melalui 3 lapangan yang ada saat ini dapat mendorong pertumbuhan berbagai industri di Jawa Timur dalam menyerap potensi suplai gas dari HCML,” katanya di Gas Metering Station (GMS) HCML Pasuruan, Jawa Timur pada Senin, 27 November 2023.
- PLN Tekan Stunting dengan Program TJSL
- OJK Rilis Roadmap Pengembangan dan Penguatan Perbankan Syariah Indonesia 2023-2027
- Iklim Politik Israel Memanas di Tengah Perang di Gaza
3 Lapangan Gas Terbesar HCML
Perkasa mengatakan, dari tiga lapangan HCML, yakni lapangan BD, 2M (MDA-MBH), dan MAC, KKKS HCML menjadi produsen gas terbesar, secara persentase produksinya mencapai 30% dari total produksi gas di wilayah Jawa Timur.
HCML saat ini memiliki 3 lapangan utama yang telah berproduksi, yaitu Lapangan BD, Lapangan 2M, dan Lapangan MAC. Pertama untuk produksi Lapangan BD didukung oleh 3 fasilitas utama yaitu Anjungan Sumur Lepas Pantai (offshore Wellhead Platform atau WHP), Gas Metering Station (GMS) yang terletak di kota Pasuruan, dan fasilitas Produksi Terapung, Penyimpanan, dan Pembongkaran (Floating Production, Storage, and Offloading/FPSO).
Lapangan BD adalah satu-satunya lapangan HCML yang memiliki kandungan H2S dan juga condensate, sehingga membutuhkan pengolahan yang cukup kompleks. FPSO Karapan Armada Sterling III adalah satu-satunya anjungan terapung di Indonesia yang memiliki fasilitas Sulphur Recovery Unit.
Dari FPSO, sales gas yang sudah memenuhi spesifikasi akan di alirkan ke GMS melalui pipa gas bawah laut sepanjang kurang lebih 53 Km. Total kapasitas produksi dari lapangan ini sekitar 120 MMSCFD dan 8.000 BCPD (barel kondensat per hari). Berdasarkan data per 31 Oktober 2023, saat ini lapangan BD mengirimkan sales gas sebesar 110 MMSCFD dengan 6,000 barel kondensat per hari.
Lapangan kedua bernama 2M (MBH dan MDA) memiliki konfigurasi dua fasilitas anjungan lepas pantai (Anjungan MBH dan MDA) dengan satu fasilitas produksi terapung (Floating Production Unit/FPU) dengan kapasitas produksi gas sebesar 127 MMSCFD dan kapasitas sales gas sebesar 120 MMSCFD.
Adapun fasilitas FPU sendiri memiliki kapasitas produksi sebesar 175 MMSCFD dan diharapkan akan menampung gas dari pengembangan lapangan lainnya dikemudian hari (MDK dan MBF).
Lapangan 2M pertama kali berproduksi pada bulan Oktober 2022, setelah diselesaikannya pekerjaan fabrikasi dan konstruksi FPU di Tiongkok yang dimulai sejak Mei 2021 dan sailaway menuju Indonesia di akhir Agustus 2022.
Kemudian terakhir lapangan MAC memiliki kapasitas produksi gas sebesar 54 MMSCFD dan kapasitas sales gas sebesar 50 MMSCFD. Lapangan MAC terdiri dari Wellhead Platform dan Mobile Offshore Production Unit (MOPU).
MOPU Prameswari 8 memiliki keistimewaan tersendiri, karena menjadi MOPU pertama yang proses desain dan fabrikasinya dilakukan seluruhnya di Indonesia.
Untuk rencana kedepan, HCML saat ini tengah mengembangkan 2 (dua) lapangan baru yakni Lapangan MDK yang dijadwalkan onstream pada tahun 2026, dan Lapangan MBF pada tahun 2027.
Sebagai informasi, produksi puncak sales gas HCML saat ini sebesar 250 MMSCFD (juta standar kaki kubik per hari) dan merupakan yang terbesar di Jawa Timur dan Jawa Tengah.