Jokowi: Kita Jangan Jadi Tukang Gali
- Presiden Joko Widodo rupanya mulai fokus mengembangkan industri hilir dan mendesak BUMN mulai komit pada pengembangan hilirisasi industri.
Nasional
JAKARTA - Presiden Joko Widodo mulai fokus mengembangkan industri hilir pada periode kedua pemerintahannya. Karena itu, dia meminta agar BUMN mulai komitmen pada pengembangan hilirisasi industri.
Jokowi memandang bahwa Indonesia memiliki kekayaan energi dan mineral yang luar biasa. Nikel, misalnya memiliki cadangan lebih dari 20% dari total cadangan nikel dunia.
Tidak hanya itu, kekayaan alam berupa produk kehutanan, perkebunan, dan perikanan juga menjadikan Indonesia negara besar dunia.Sayangnya, selama puluhan tahun, belum banyak kekayaan alam berupa minerba Indonesia betul-betul dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakatnya.
- Bos Smartfren (FREN) Tanggapi Rumor Merger dengan XL Axiata Hingga Masuknya Alibaba
- Gelontorkan Dana Rp690 Juta, Digital Mediatama (DMMX) Kembali Bangun Anak Usaha Baru
- Sengkarut Kasus Pailit Hanson (MYRX) Milik Benny Tjokro, Nasib Investor Ritel di Ujung Tanduk
Karena kekurangan teknologi, kekayaan minerba atau produk-produk minerba Indonesia harus dilarikan ke luar negeri dalam bentuk bahan mentah. Hampir tidak ada nilai tambah.
Di sektor pertambangan, Jokowi meminta perusahaan-perusahaan pimpinan Menteri BUMN Erick Thohir agar lebih cepat melakukan industrialisasi dan hilirisasi produk.
"Tidak bisa lagi kita mengekspor dalam bentuk raw material, dalam bentuk bahan mentah yang tidak memiliki nilai tambah," kata Jokowi dalam acara PPSA XXIII, Rabu, 13 Oktober 2021.
"Artinya, kalau tambang ya jangan kita hanya jadi tukang gali saja, anugerah yang diberikan Allah kepada kita betul-betul sangat luar biasa, tapi kalau kita hanya jadi tukang gali lalu kita kirim ke luar mereka buat smelter di sana, kemudian jadi barang jadi atau barang setengah jadi, kemudian kembali ke sini kita beli. Inilah yang sedikit demi sedikit, setahap demi setahap mulai kita hilangkan," sambung Jokowi.
Demikian halnya di sektor perikanan. Jokowi meminta agar Indonesia harus memiliki industri pengolahan ikan agar bisa dijual atau diekspor dalam bentuk produk jadi atau setengah jadi.
"Enggak boleh lagi kita hanya jadi tukang tangkap ikan. Harus ada industri pengolahnya di sini, atau pada saat kita mendapatkan booming kayu, hanya tebang-tebang, nggak ada industri perkayuan, nggak ada industri permebelan sehingga nilai tambahnya juga kehilangan kesempatan itu," pungkasnya.
Proses Bisnis yang Baik
Meski demikian, Jokowi tetap mewanti-wanti agar perusahaan-perusahaan yang mengelola kekayaan Indonesia barus tetap memperhatikan proses bisnis yang baik dan berkelanjutan.
"Penambangan juga bisa dilakukan, tetapi terukur dikendalikana, dan harus dijamin pengelolaannya pasca penambangan."
"Kita harus menghasilkan nilai tambah tinggi, yang mengkombinasikan pemanfaatan kekayaan dengan kearifan dan teknologi yang melestarikan," papar Jokowi.
Jokowi mengatakan bahwa Indonesia bisa menjadi bangsa yang besar jika mampu mengelola sumber daya alamnya secara baik, benar dan berkelanjutan sambil memperhatikan aspek ekonomi dan lingkungan.
Dalam beberapa tahun terakhir, Jokowi mengambilalih beberapa wilayah kerja yang dikelola perusahaan asing. Misalnya, tambang Freeport, Blok Rokan, dan lainnya.
Setelah mendivestasi beberapa WK tersebut, Jokowi berharap sumber daya manusia dalam negeri bisa melanjutkan bisnis secara baik.
"(Karena) Minerba harus menjadi sebuah fondasi dalam rangka memajukan negara kita Indonesia," ungkap eks Gubernur DKI Jakarta.*