Warga memanfaatkan air kali yang berwana hitam dan berbau tak sedap untuk mencuci di Desa Sukaraya, Karangbahagia, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Selasa, 7 November 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Nasional

Krisis Air di Indonesia Bisa Rugikan Ekonomi Hingga Rp27 Triliun

  • Universitas Pertahanan (Unhan) mengungkap krisis air di Indonesia saat ini bisa merugikan perekonomian mencapai Rp27,9 triliun. Hal ini karena ketersediaan air juga tak lepas dari masalah ketahanan pangan.

Nasional

Chrisna Chanis Cara

JAKARTA—Universitas Pertahanan (Unhan) mengungkap krisis air di Indonesia saat ini bisa merugikan perekonomian mencapai Rp27,9 triliun. Hal ini karena ketersediaan air juga tak lepas dari masalah ketahanan pangan. 

Rektor Unhan Letjen TNI Jonni Mahroza memperkirakan memperkirakan ketersediaan air yang merata di Pulau Jawa dan Nusa Tenggara periode 2020-2045 akan menurun. Pada 2024, Jonni mencatat ada penurunan rata-rata ketersediaan air sebesar 439,21 m3 per kapita per tahun di Pulau Jawa dan 1.098,08 m3 per kapita per tahun di Nusa Tenggara. 

Menurut dia, hal itu berdampak pada ekonomi yang mengandalkan sumber daya air sebesar Rp27,9 triliun. “Oleh karena itu, perlu penanganan yang efektif dalam mengatasi perubahan iklim dan krisis air,” ujar Jonni dalam keterangannya, Jumat 22 September 2023. 

Pihaknya memprediksi ketahanan produksi padi turun lebih dari 25% pada 2020-2045 di sejumlah provinsi dampak krisis air. Sejumlah provinsi terdampak di antaranya Kalimantan Utara, Gorontalo, Maluku, dan Maluku Utara. 

Lebih lanjut, Pulau Jawa dan Sumatra dinilai tak lepas dari efek yang sama. Kedua pulau diperkirakan mengalami penurunan produksi pada 10 hingga 17,5%. “Meningkatkan ketahanan air sangat penting untuk pertanian,” ujarnya. 

Jonni menambahkan ketahanan air juga penting untuk mengurangi dampak ekonomi negatif akibat penurunan produksi padi yang disebabkan perubahan iklim. Tak hanya itu, perubahan suhu dan pola hujan juga meningkatkan populasi vektor penyakit seperti DBD, malaria, dan pneumonia. 

Menurut dia, proyeksi potensi kerugian ekonomi di sektor kesehatan akibat DBD saja diperkirakan mencapai Rp 31,3 triliun dari 2020 hingga 2024. Merespons hal tersebut, Unhan menjalin kerja sama dengan sejumlah pihak untuk mengantisipasi krisis air semakin memburuk.

Unhan menggandeng perusahaan Osmosun dan Ellipse Projects dari Prancis, dan Blue Water dari Swedia. Penandatanganan dilakukan Rektor Unhan dan disaksikan Duta Besar (Dubes) Prancis untuk Indonesia Fabien Penone, di Universitas Pertahanan, Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat. 

Osmosun adalah perusahaan asal Perancis yang memiliki teknologi energi surya sebagai sumber daya untuk proses desalinasi air. Unhan dan Osmosun bakal menyediakan program akses air di pulau-pulau terpencil, daerah yang sulit mendapatkan pasokan air bersih, serta komunitas yang tidak memiliki akses mudah ke sumber air tawar. 

Adapun Blue Water merupakan perusahaan asal Swedia yang memiliki solusi air darurat dengan rancangan khusus untuk situasi darurat seperti gempa bumi, banjir, kebakaran, atau konflik yang mengancam nyawa. 

Unhan berkolaborasi dengan Blue Water dengan tujuan meningkatkan akses terhadap air bagi masyarakat di daerah yang terkena dampak bencana atau konflik.