Kulik Laporan Keuangan 2021: Kemana Pencadangan Kredit BRI sebesar Rp84 Triliun Mengalir?
- PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (Persero) atau BRI menutup tahun 2021 dengan kisah manis
Korporasi
JAKARTA-PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (Persero) atau BRI menutup tahun 2021 dengan kisah manis. Bank berstatus BUMN ini meraih laba bersih konsolidasi sebesar Rp30,75 triliun, tumbuh 66,5% dibandingkan tahun 2020 sebesar Rp 8,60 triliun.
Laporan keuangan konsolidasi yang dipublikasikan BRI melalui Bursa Efek Indonesia (BEI) juga mencatat bahwa di tahun 2021 BRI melakukan pencadangan atas kreditnya hingga senilai Rp 84,83 triliun dari total kredit yang disalurkan sebanyak Rp994,41 triliun.
Nilai pencadangan yang disisihkan oleh BRI tersebut mengalami kenaikan tajam. Mengingat di tahun 2020, dengan total kredit sebesar Rp943,78 triliun, pencadangan yang dilakukan oleh perseroan mencapai Rp 66,81 triliun.
Mengutip dari dokumen laporan keuangan BRI 2021, terungkap sejumlah fakta yang menarik terkait pencadangan kredit tersebut. Misalnya, nilai kredit macet (kolektibilitas 5) naik dari Rp8,72 triliun di tahun 2020 menjadi Rp12,45 triliun tahun lalu. Sementara kredit yang diragukan (kolektibilitas 4) juga naik menjadi Rp 2,86 triliun dari tahun 2020 sebesar Rp1,71 triliun.
- Kurs Dolar Hari Ini: Pasar Beralih ke Emas, Harga Rupiah Kembali Melemah
- Bagaimana Cara Memasok Senjata ke Ukraina?
- Laba Bersih Sari Roti (ROTI) Naik 30,83% Raup Rp281,34 Miliar di 2021
Distribusi pencadangan kredit BRI terbagi menjadi dua kelompok besar. Di tahun 2021, senilai Rp39,83 triliun untuk mengantisipasi resiko kredit dari nasabah individu dan Rp 44,11 triliun berasal dari pinjaman nasabah kolektif. Sebagai perbandingan, pencadangan kredit individu tahun 2020 sebesar Rp29,10 triliun dan nasabah kolektif sebanyak Rp 37,28 triliun.
Dari angka-angka tersebut, terlihat bahwa resiko kredit pada nasabah individu selama tahun 2021 meningkat tajam. Sehingga nilai pencadangan yang dilakukan BRI naik sekitar Rp10,72 triliun daripada tahun 2020.
Sebagai gambaran, kredit BRI selama tahun 2021 terdistribusi ke berbagai produk. Misalnya kredit pihak ketiga dalam produk kupedes mencapai Rp396,95 triliun, meningkat tajam daripada tahun 2020 sebesar Rp351,33 triliun. Pos kredit kedua terbesar adalah konsumsi sebesar Rp188,51 triliun dan modal kerja Rp171,50 triliun.
Kredit terbesar BRI kepada pihak ketiga di 2021 tetap mengalir ke segmen mikro yaitu Rp436,90 triliun, berbanding Rp 382,99 triliun tahun 2020. Segmen ritel mendapatkan kucuran kredit Rp387,31 triliun, naik daripada tahun 2020 sebesar 392,60 triliun. Adapun sektor korporasi menerima kucuran kredit dari BRI senilai Rp102,61 triliun, naik daripada 2020 sebesar Rp95,81 triliun.
Melalui penyaluran kredit tersebut, BRI mencatatkan pendapatan bunga dan syariah sebesar Rp 143,52 triliun, naik dibandingkan tahun 2020 Rp 135,76 triliun. Sementara dengan suku bunga simpanan yang rendah, BRI berhasil menurunkan beban biaya bunga dan syariah dari Rp 42,18 triliun menjadi Rp 29,42 triliun di 2021.
Pendapatan bunga terbang tinggi
Dampak penurunan beban ini membuat pendapatan bunga bersih dan syariah BRI di 2021 terbang tinggi, menjadi Rp 114,09 triliun dari tahun sebelumnya Rp 93,58 triliun.
Selain bunga kredit, BRI juga mendapatkan tambahan pendapatan dari beberapa sumber. Misalnya, dari penerimaan kembali aset kredit yang telah dihapus buku senilai Rp 9,01 triliun, naik dari 2020 Rp 7,25 triliun. Sumber terbesar lainnya berasal dari provisi dan komisi yaitu senilai Rp 17,06 triliun berbanding Rp 16,18 tahun 2020.
Direktur Utama BRI Sunarso menjelaskan bahwa penopang pertumbuhan laba BRI adalah kenaikan kredit dan dana pihak ketiga (DPK) disertai pertumbuhan biaya bunga yang turun signifikan.
- Perang Ukraina Menuju Hari Penentuan, Gelombang Besar Pasukan Rusia Mendekati Kiev
- Dikirim ke Ukraina, Panzerfaust 3 akan Bertarung dengan Musuh Sejatinya
- Gudang Garam (GGRM) Tambah Modal Anak Usaha Rp2 Triliun untuk Bangun Bandara Kediri
"Pada saat bersamaan, BRI mampu mengelola portofolio mix dan kualitas aset sehingga dapat meningkatkan yield dari pada aset itu sendiri," jelas Sunarso, dalam paparan kinerja 2021, Kamis (3/2/2022).
Pada tahun 2021 BRI mampu menjaga kualitas kredit dengan rasio kredit masalah (NPL) terjaga di level 3,08% dengan NPL coverage sebesar 278,14%.
Hingga akhir Desember 2021 BRI telah menyelesaikan restrukturisasi kredit senilai Rp 156,93 triliun, dibawah total akumulasi restrukturisasi yang mencapai Rp 245,22 triliun.
"Kualitas kredit BRI yang baik tersebut diikuti dengan kondisi restrukturisasi kredit BRI yang saat ini terus melandai," ujar Sunarso.