Normalisasi Hubungan Saudi-Israel, Apa Yang Dicari Riyadh?
- Perkembangan ini terjadi di tengah penyesuaian regional setelah Iran dan Arab Saudi juga kembali menjalin hubungan diplomatik setelah bertahun-tahun bermusuhan
Dunia
JAKARTA- Selama berbulan-bulan, Arab Saudi dan Israel – bersama Amerika Serikat – telah membahas kesepakatan untuk menormalisasi hubungan.
Amerika telah memperjelas bahwa hubungan resmi antara dua sekutunya di Timur Tengah adalah prioritas utama. Dan diplomat top Amerika Antony Blinken menyatakan hal itu sebagai kepentingan keamanan nasional.
Perkembangan ini terjadi di tengah penyesuaian regional setelah Iran dan Arab Saudi juga kembali menjalin hubungan diplomatik setelah bertahun-tahun bermusuhan. Pada Rabu 20 September 2023 Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS) mengatakan kepada saluran Fox News Amerika, setiap hari mereka semakin dekat untuk mencapai kesepakatan normalisasi dengan Israel.
Lalu apa yang menjadi syarat normalisasi di Arab Saudi? Dikutip dari Al Jazeera Jumat 22 September 2023, Riyadh menginginkan pakta pertahanan Amerika. Ini termasuk pembatasan yang lebih sedikit terhadap penjualan senjata oleh Washington. Arab Saudi juga meminta bantuan dalam mengembangkan program nuklir sipilnya sendiri.
- Mastercard Serahkan Bantuan Sebesar Rp1,5 Miliar untuk Siswa di Banten
- Menunggu Keadilan agar Pasar Tetap Hidup
- Kenya Desak PBB Segera Beri Lampu Hijau untuk Misi Keamanan di Haiti
MBS juga mengatakan bahwa kesepakatan apa pun akan membutuhkan kemajuan besar menuju pembentukan negara Palestina. Sesuatu yang sulit dilakukan oleh pemerintah nasionalis paling religius dan sayap kanan dalam sejarah Israel.
Arab Saudi telah menjadi pendukung besar Inisiatif Perdamaian Arab tahun 2002. Sebuah upaya yang mengkondisikan normalisasi hubungan dengan Israel. Juga terkait penarikan diri dari wilayah Palestina dan Dataran Tinggi Golan di Suriah.
Inisiatif ini juga mencakup pembentukan negara Palestina serta menemukan solusi yang adil terhadap penderitaan jutaan pengungsi Palestina dan keturunan mereka. Mereka sebagian besar tinggal di kamp-kamp pengungsi di negara-negara tetangga.
Pada Kamis 21 September 2022 Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen menyampaikan nada optimistis. Dia mengharapkan kesepakatan akan segera tercapai.
Cohen mengatakan berbagai kesenjangan ini dapat dijembatani. Dia berpikir ada kemungkinan bahwa, pada kuartal pertama tahun 2024 mereka akan dapat mencapai titik di mana rincian kesepakatan diselesaikan. Itu berarti sekitar empat atau lima bulan lagi.
Keinginan Arab Saudi untuk membangun program nuklir nampaknya tidak menjadi kendala. Tzachi Hanegbi, penasihat keamanan nasional Israel pada bulan Juli lalu mengatakan, puluhan negara menjalankan proyek nuklir untuk energi. Ini bukan sesuatu yang membahayakan mereka atau tetangga mereka.
Namun pemerintahan Netanyahu, termasuk Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir telah menolak konsesi kepada pemerintah Otoritas Palestina sebagai bagian dari normalisasi hubungan. Termasuk pembekuan pemukiman di Tepi Barat yang diduduki.
Sikap Palestina dan Iran
Bagaimana dengan sikap Palestina? Dalam upaya untuk menenangkan hati Otoritas Palestina, Arab Saudi telah menawarkan untuk melanjutkan dukungan keuangan kepada Palestina. Bantuan telah turun menjadi nol pada tahun 2021.
Menurut laporan The Wall Street Journal, delegasi pejabat Otoritas Palestina bulan lalu pergi ke Riyadh. Tujuannya untuk mengajukan persyaratan sebagai imbalan atas persetujuan Arab Saudi guna menormalisasi hubungan dengan Israel.
Persyaratan tersebut termasuk pembukaan kembali konsulat Amerika di Yerusalem Timur yang ditutup oleh mantan Presiden AS Donald Trump pada tahun 2019. Otoritas Palestina juga meminta Amerika untuk mendukung perwakilan penuh Palestina di PBB.
- Kedamaian dari Dalam, Berikut Tips Atasi Cemas dan Stres
- Kisah Napoleon Terguncang dan Pucat Setelah Keluar dari Makam Fir'aun
- 6 Makanan dengan Kandungan Protein Lebih dari Telur
Syarat lainnya adalah. Israel memberi Otoritas Palestina kendali lebih besar atas beberapa bagian Tepi Barat yang diduduki. Dan menyingkirkan pos-pos ilegal Israel.
Sikap ini cenderung melunak. Jauh jauh berbeda dengan reaksi Otoritas Palestina ketika Bahrain dan Uni Emirat Arab mengumumkan normalisasi hubungan dengan Israel pada 2020. Pada saat itu, Otoritas Palestina menuduh negara-negara Teluk melakukan penikaman dari belakang.
Upaya normalisasi hubungan Arab Israel ini tak urung mengundang reaksi Iran. Musuh bebuyutan Israel dan Amerika. Presiden Iran Ebrahim Raisi memperingatkan Arab Saudi agar tidak membuat kesepakatan apa pun dengan Israel.
Di sela-sela siding Majelis Umum PBB di New York Raisi mengatakan, kesepakatan seperti itu akan menjadi tikaman dari belakang rakyat Palestina dan perjuangan mereka.