Soal Data Surplus Beras 7 Juta Ton, Mendag Zulhas: Dalam Hati Saya Enggak Percaya
- Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan buka-bukan terkait ketidaksetujuannya pada impor beras yang dilakukan beberapa waktu lalu, apalagi setelah RI 3 tahun puasa impor.
Nasional
JAKARTA - Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan buka-bukan terkait ketidaksetujuannya pada impor beras yang dilakukan beberapa waktu lalu, apalagi setelah 3 tahun Indonesia puasa impor.
Hal ini disebabkan oleh data surplus beras yang diberikan oleh Menteri Pertanian (Mentan) bahwa hasil produksi beras 2022 surplus hingga 7 juta ton. Ketidaksetujuan Zulhas runtuh saat Bulog mengatakan bahwa cadangan beras pemerintah (CBP) tidak cukup dan hanya tersisa 500 ribu ron saja padahal minimal 1,2 juta ton. Sehingga dalam rapat terbatas (ratas) pertama ia tak memberikan restu impor kepada Bulog.
"Impor beras saya tidak setuju karena Menteri Pertanian mengatakan Indonesia surplus 7 juta, walaupun dalam hati saya nggak percaya. Karena data BPS 7 juta, saya tolak itu impor beras," ucap pria yang akrab disapa Zulhas dalam Webinar Nasional ICMI TALK "Polemik Impor Beras di Akhir Tahun", Selasa, 27 Desember 2022
- Penemuan Fosil Dinosaurus Pemakan Mamalia
- Konstruksi Capai 92 Persen, Travoy Hub Ditarget Rampung Maret 2023
- SMF Rilis Efek Beragun Aset Senilai Rp500 Miliar
Menurutnya, surplus 7 juta ton tersebut hanya bisa terjadi jika sektor pertanian produktif atau dilengkapi dengan kecukupan pupuk, obat-obatan penunjang pertanian dan irigasi. Nyatanya Zulhas tak menemukan hal tersebut.
Namun saat ratas kedua, ia mulai berubah pikiran, terlebih Bulog menyampaikan bahwa cadangan beras pemerintah (CBP) kian kristis. Di sisi lain, harga beras terus naik sampai hampir Rp1.000 per kilogram. Karena kenaikan harga beras sangat berdampak signifikan terhadap inflasi, akhirnya Jokowi memerintahkan Bulog menyerap beras dalam negeri.
Karena tak yakin Bulog dapat membeli beras dalam negeri untuk mencukupi kebutuhan pasokan CBP, Mendag mengusulkan pada Presiden untuk Bulog agar dapat membeli hasil petani dengan harga yang lebih tinggi atau mengubah batas atas pembelian menjadi batas bawah. Gabah yang harga minimal Rp4.450 dan beras dengan harga minimal Rp8.800 per kilogram. Kemudian selisih harganya akan ditanggung oleh pemerintah atau sebagai subsidi.
Dalam memproduksi beras kata Zulhas, petani Indonesia memiliki dua persoalan yaitu produktivitas dan pasar. Dalam meningkatkan produktivitas, petani masih membutuhkan bibit, pupuk, sarana irigasi, obat-obatan serta lahan yang memadai.
Dari sisi pasar, mereka masih bermasalah di harga jual yang murah. Ia menambahkan, agar petani tidak bingung dari sisi pemasaran, sebaiknya pemerintah membeli hasil panen petani, contohnya seperti beras, jagung, dan kedelai.