WASHINGTON-Dengan belum adanya obat atau <a href="https://www.trenasia.com/vaksinasi-covid-19-resmi-ditunda/" target="_blank" rel="noreferrer noopener">vaksin COVID-19,</a> para ilmuwan sedang menyelidiki apakah vitamin D dapat mengurangi risiko infeksi COVID-19 atau mengurangi tingkat keparahan penyakitnya. Gagasan mengonsumsi vitamin untuk menangkal <a rel="noreferrer noopener" href="https://www.trenasia.com/kasus-covid-19-dunia-melesat-tajam-ihsg-awal-november-diprediksi-tumbang/" target="_blank">infeksi COVID-19 </a>memang menarik.



Tetapi meskipun beberapa penelitian terbaru menunjukkan adanya hubungan antara kadar vitamin D yang rendah dan risiko yang lebih tinggi untuk tertular penyakit, para ahli mengatakan itu tidak cukup untuk membuktikan bahwa vitamin D itu sendiri dapat melindungi terhadap penyakit tersebut.



Satu studi, yang diterbitkan 3 September di JAMA Network Open, menemukan bahwa <a rel="noreferrer noopener" href="https://www.trenasia.com/kasus-covid-19-dunia-melesat-tajam-ihsg-awal-november-diprediksi-tumbang/" target="_blank">risiko infeksi COVID-19 </a>pada orang dengan kekurangan vitamin D hampir dua kali lebih tinggi daripada orang dengan tingkat vitamin yang cukup. 


<ul class="wp-block-latest-posts__list wp-block-latest-posts"><li><a href="https://www.trenasia.com/11-bank-biayai-proyek-tol-serang-panimbang-rp6-triliun/">11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun</a></li>
<li><a href="https://www.trenasia.com/ptpp-hingga-mei-2021-raih-kontrak-baru-rp67-triliun/">PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun</a></li>
<li><a href="https://www.trenasia.com/rilis-rapid-fire-mnc-studios-milik-hary-tanoe-gandeng-pengembang-game-korea/">Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea</a></li>
<li><a href="https://www.trenasia.com/anies-baswedan-tunggu-titah-jokowi-untuk-tarik-rem-darurat-hingga-lockdown/">Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown</a></li>
<li><a href="https://www.trenasia.com/ipo-akhir-juni-2021-era-graharealty-dapat-kode-saham-ipac/">IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC</a></li>
</ul>


Studi lain, yang diterbitkan 27 Oktober di The Journal of Clinical Endocrinology &amp; Metabolism, menemukan bahwa pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit memiliki tingkat kekurangan vitamin D yang lebih tinggi daripada kelompok kontrol pasien yang tidak memiliki COVID-19 tetapi dengan status vitamin D diukur sebelum pandemi.



“Asosiasi ini tidak membuktikan bahwa kekurangan vitamin D menyebabkan <a rel="noreferrer noopener" href="https://www.trenasia.com/vaksinasi-covid-19-resmi-ditunda/" target="_blank">peningkatan risiko COVID-19</a>,” kata Adrian Martineau, yang mempelajari infeksi pernapasan dan kekebalan di Queen Mary University of London  dan tidak terlibat dalam studi tersebut. &#8220;Tapi itu sugestif dan itu cukup untuk membenarkan melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah ada hubungan sebab-akibat yang sebenarnya,&#8221; kata Martineau kepada Live Science Selasa 2 November 2020.



Ada beberapa alasan untuk berhipotesis bahwa vitamin D dapat mengurangi <a href="https://www.trenasia.com/?s=COVID-19" target="_blank" rel="noreferrer noopener">risiko COVID-19,</a> kata Martineau. Vitamin D telah terbukti meningkatkan respons sistem kekebalan terhadap virus dan mengurangi respons peradangan. “Respons peradangan yang berlebihan menjadi ciri kasus COVID-19 yang parah,” katanya.



Sebuah studi sebelumnya yang diterbitkan 6 Mei 2020 di jurnal Aging Clinical and Experimental Research menemukan bahwa di 20 negara Eropa, semakin rendah tingkat rata-rata vitamin D, semakin tinggi tingkat kasus virus corona dan kematian untuk negara tertentu.



Namun, tidak semua penelitian menunjukkan efek perlindungan. Sebuah penelitian yang diterbitkan 7 Mei 2020 di jurnal Diabetes &amp; Metabolic Syndrome tidak menemukan hubungan yang signifikan secara statistik antara kadar vitamin D dan risiko COVID-19 setelah para peneliti memperhitungkan faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi risiko COVID-19.



<h4>Ayam atau telur</h4>



Dalam studi JAMA Network Open, para peneliti memeriksa hubungan antara kemungkinan kadar vitamin D dan risiko COVID-19 pada 489 orang yang melakukan tes COVID-19 di University of Chicago Medicine antara 3 Maret hingga 10 April 2020 dan yang memiliki kadar vitamin D &nbsp;yang diukur dalam tahun sebelumnya.



Para peneliti menemukan bahwa risiko tes positif untuk COVID-19 pada orang yang kadar vitamin D-nya kurang &nbsp;adalah 1,77 kali lebih besar daripada pasien yang kadar vitamin D-nya cukup. &nbsp;



Studi Journal of Clinical Endocrinology &amp; Metabolism membandingkan kadar vitamin D dari 216 pasien yang dirawat di rumah sakit dengan COVID-19 di University Hospital Marqués de Valdecilla di Santander, Spanyol, dari 10 Maret hingga 31 Maret dengan kelompok kontrol 197 pasien yang mendapatkan vitamin D mereka.



Dari <a href="https://www.trenasia.com/kasus-covid-19-dunia-melesat-tajam-ihsg-awal-november-diprediksi-tumbang/" target="_blank" rel="noreferrer noopener">pasien COVID-19</a>, 82% mengalami kekurangan vitamin D dibandingkan dengan 47% pasien kontrol, perbedaan yang bermakna secara statistik.



Kekuatan studi University of Chicago adalah kadar vitamin D diukur sebelum tes COVID-19 pasien, kata Martineau. Di sisi lain, untuk penelitian di Spanyol, tingkat vitamin D pasien diukur setelah mereka dinyatakan positif COVID-19.



&#8220;Anda tidak bisa membedakan ayam dari telurnya. Dengan kata lain, COVID mungkin menyebabkan rendahnya vitamin D atau mungkin akibatnya,&#8221; kata Martineau.



Karena penelitian University of Chicago bersifat observasional &#8211; peserta tidak ditugaskan secara acak untuk mengonsumsi vitamin D atau tidak &#8211; tetap tidak membuktikan bahwa kekurangan vitamin D meningkatkan risiko COVID, kata Martineau.



Dr. David Meltzer, seorang peneliti Universitas Chicago yang memimpin penelitian di sana, setuju. &#8220;Tidak ada yang membuktikan bahwa kekurangan vitamin D menyebabkan COVID,&#8221; kata Meltzer, mengacu pada studinya dan hubungan lain antara vitamin D dan risiko COVID. &#8220;Mungkin saja orang yang sakit secara umum lebih cenderung memiliki kadar vitamin D yang rendah,&#8221; tambahnya.

AMIRUDDIN ZUHRI.png

vitamin-d

WASHINGTON-Dengan belum adanya obat atau vaksin COVID-19, para ilmuwan sedang menyelidiki apakah vitamin D dapat mengurangi risiko infeksi COVID-19 atau mengurangi tingkat keparahan penyakitnya. Gagasan mengonsumsi vitamin untuk menangkal infeksi COVID-19 memang menarik. Tetapi meskipun beberapa penelitian terbaru menunjukkan adanya hubungan antara kadar vitamin D yang rendah dan risiko yang lebih tinggi untuk tertular penyakit, [&hellip;]

Apakah Vitamin D Melindungi dari COVID-19?