JAKARTA – Sentimen supercycle komoditasatau commodity supercycle berimbas pada kenaikan <a href="https://www.trenasia.com/volume-ekspor-batu-bara-bisa-tumbuh-hingga-57-persen-tahun-ini/" target="_blank" rel="noreferrer noopener">Harga Batu bara Acuan</a> (HBA) menjadi US$87,79 per ton atau reli sebanyak 15,7%.



Penetapan harga yang berlaku mulai Februari ini lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar US$75,84 per ton. Nantinya, nominal tersebut akan digunakan untuk penentuan harga penjualan secara Free on Board di atas kapal pengangkut (FOB Vessel).


<ul class="wp-block-latest-posts__list wp-block-latest-posts"><li><a href="https://www.trenasia.com/11-bank-biayai-proyek-tol-serang-panimbang-rp6-triliun/">11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun</a></li>
<li><a href="https://www.trenasia.com/ptpp-hingga-mei-2021-raih-kontrak-baru-rp67-triliun/">PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun</a></li>
<li><a href="https://www.trenasia.com/rilis-rapid-fire-mnc-studios-milik-hary-tanoe-gandeng-pengembang-game-korea/">Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea</a></li>
</ul>


Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) <a href="https://www.trenasia.com/kementerian-esdm-kembangkan-anoda-baterai-berbahan-dasar-batu-bara/" target="_blank" rel="noreferrer noopener">Kementerian ESDM</a> Agung Pribadi mengungkapkan, sentimen commodity supercylce berpengaruh pada kenaikan harga gas sehingga mendorong harga komoditas energi ini naik. Di samping itu, pada tahun ini kenaikan harga juga diprediksi bakal terjadi pada komoditas pertambangan.



“Salah satu pemicunya berasal dari suku bunga acuan yang rendah, melemahnya dolar Amerika Serikat (AS), serta pertumbuhan ekonomi dan pembangunan infrastruktur di berbagai negara,” mengutip keterangan resmi, Senin, 8 Februari 2021.



Kemudian, disebutkan pendorong kenaikan HBA lainnya, yakni melonjaknya permintaan impor dari Tiongkok. Ia bilang, suplai batu bara dari Negeri Tirai Bambu tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan pembangkit listrik.



Adapun untuk faktor turunan supply, Agung mengungkapkan pemicunya adalah cuaca, teknis tambang, kebijakan negara supplier, hingga teknis lainnya seperti kereta, tongkang, maupun loading terminal.



Sementara untuk faktor turunan demand, dipengaruhi oleh kebutuhan listrik yang turun seturut kebijakan impor dan kompetisi dengan komoditas lainnya seperti LNG, nuklir, dan hidro.



Sebagai informasi, setelah mengalami tekanan akibat pandemi, pada tiga bulan terakhir 2020 harga batu bara sempat pulih, dimulai Oktober 2020 sebesar US$ 51 per ton, November 2020 sebesar US$55,71 per ton, dan Desember 2020 sebesar US$59,65 per ton. Kemudian pada Januari 2021 harga juga naik menjadi US$75,84 per ton.



&nbsp;“Selama empat bulan terakhir, harga batu bara terus menuju ke level psikologis,” ungkap Agung.

WhatsApp Image 2021-07-16 at 09.29.50.jpeg

Ilustrasi industri pertambangan. / Pixabay

industry-2023592_1920

JAKARTA – Sentimen supercycle komoditasatau commodity supercycle berimbas pada kenaikan Harga Batu bara Acuan (HBA) menjadi US$87,79 per ton atau reli sebanyak 15,7%. Penetapan harga yang berlaku mulai Februari ini lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar US$75,84 per ton. Nantinya, nominal tersebut akan digunakan untuk penentuan harga penjualan secara Free on Board di [&hellip;]

Ini Penyebab Harga Batu Bara Naik ke US$87,79

Industri