JAKARTA - <a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/tag/neraca-perdagangan">Neraca perdagangan</a> Indonesia diproyeksikan kembali mengalami surplus pada September 2021. Analis Pasar Uang Ariston Tjendra menyebut surplus neraca perdagangan bakal menopang penguatan <a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/tag/kurs-rupiah">kurs rupiah</a> ke Rp14.090 dengan potensi resisten di Rp14.150 per dolar Amerika Serikat (AS).“Proyeksi kenaikan <a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/tag/neraca-perdagangan">surplus perdagangan</a> RI karena kenaikan harga komoditas ekspor juga mendukung penguatan rupiah. Hari ini pasar menantikan data neraca perdagangan RI bulan September,” jelas Ariston kepada TrenAsia.com, Jumat, 15 September 2021.Seperti diketahui, Indonesia tengah mengalami surplus neraca perdagangan sejak Mei 2020. Pada Agustus 2021, surplus neraca perdagangan Indonesia menyentuh US$4,74 miliar atau tertinggi sejak Desember 2006.<ul><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/kija-digitalisasi-ribuan-tenant-di-kawasan-industri-jababeka-lewat-erp-system">KIJA Digitalisasi Ribuan Tenant di Kawasan Industri Jababeka Lewat ERP System</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/kembangkan-lahan-di-proyek-lrt-city-adhi-commuter-properti-adcp-gandeng-china-railway-20-bureau-group-corporation">Kembangkan Lahan di Proyek LRT City, Adhi Commuter Properti (ADCP) Gandeng China Railway 20 Bureau Group Corporation</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/kontrak-baru-bumn-kontruksi-wika-unggulan-ptpp-paling-tertinggal">Kontrak Baru BUMN Konstruksi: WIKA Unggulan, PTPP Paling Tertinggal</a></li></ul>Selain itu, yield atau imbal hasil obligasi AS yang terus melunak bisa menjadi sentimen positif terhadap pergerakan rupiah. Menurut pantauan TrenAsia.com, yield obligasi AS tidak berhasil menyentuh 1,6% dalam dua hari terakhir.&nbsp;Ariston menyebut menurunnya yield obligasi AS dipicu oleh inflasi produsen yang berada di bawah ekspektasi pasar. Hal ini mengindikasikan pelaku ekonomi di AS belum cukup ekspansif untuk menaikkan produksi.“Terkoreksinya yield mungkin karena pasar mendapatkan data inflasi produsen AS di bawah ekspektasi. Semalam data inflasi dari sisi produsen AS untuk bulan September mengalami kenaikan 8,6% year on year (yoy)&nbsp; tapi di bawah ekspektasi pasar, 8,7% yoy,” ucap Ariston.Tidak hanya itu, penguatan rupiah juga didukung oleh kondisi pandemi COVID-19 yang menunjukan perbaikan. Hal ini tercermin dari kasus terkonfirmasi harian yang telah berada di bawah kisaran 10.000 kasus.Satuan Tugas (Satgas) COVID-19 merekam teradapat tambahan 1.053 kasus baru pada Kamis, 14 Oktober 2021. Penurunan kasus harian itu diikuti oleh kasus aktif yang berkurang 699 kasus menjadi 19.852 kasus.Sementara itu, angka vaksinasi dosis pertama telah menyentuh 104,30 juta dan dosis kedua sebanyak 60,42 juta. Pemerintah sendiri menargetkan sebanyak 80% dari populasi Indonesia telah mendapatkan vaksin COVID-19 sebelum Desember 2021.

me.jpg

MAS INNO.png

Nasabah melakukan transaksi penarikan uang Rupiah di Jakarta, Kamis, 18 Februari 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia

nilai-tukar-rupiah-melemah-6

Kurs Dolar Hari Ini: Neraca Perdagangan Surplus, Rupiah Diramal Menguat ke Rp14.090. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia

Neraca perdagangan Indonesia diproyeksikan kembali mengalami surplus pada September 2021. Analis Pasar Uang Ariston Tjendra menyebut surplus neraca perdagangan bakal menopang penguatan kurs rupiah ke Rp14.090 dengan potensi resisten di Rp14.150 per dolar Amerika Serikat (AS).

Kurs Dolar Hari Ini: Neraca Perdagangan Surplus, Rupiah Diramal Menguat ke Rp14.090

Pasar Modal