JAKARTA – Kebutuhan <a href="https://www.trenasia.com/?s=ENERGI+TERBARUKAN" target="_blank" rel="noreferrer noopener">energi baru terbarukan</a> (EBT) memang tak terelakkan lagi. Akan tetapi, transisi energi juga membutuhkan dana besar dan rencana matang yang harus disiapkan jauh-jauh hari.



Berdasarkan rencana jangka panjang dari <a href="https://www.trenasia.com/?s=pertamina" target="_blank" rel="noreferrer noopener">PT Pertamina</a> (Persero), dibutuhkan sekitar US$18 miliar untuk memenuhi pendanaan transisi energi. Dana jumbo ini tak hanya dihimpun dari internal Pertamina saja, tetapi melalui project financing, green bond, ecofinancing, dan equity dengan mengundang mitra.


<ul class="wp-block-latest-posts__list wp-block-latest-posts"><li><a href="https://www.trenasia.com/11-bank-biayai-proyek-tol-serang-panimbang-rp6-triliun/">11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun</a></li>
<li><a href="https://www.trenasia.com/ptpp-hingga-mei-2021-raih-kontrak-baru-rp67-triliun/">PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun</a></li>
<li><a href="https://www.trenasia.com/rilis-rapid-fire-mnc-studios-milik-hary-tanoe-gandeng-pengembang-game-korea/">Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea</a></li>
</ul>


&#8220;Tren global sekarang ini adalah masyarakat mempunyai pilihan untuk beralih dari mengonsumsi energi berbasis fosil ke energi sesuai keinginan yakni energi bersih termasuk listrik,&#8221; CEO Pertamina Subholding Power and New Renewable Energy (NRE) Heru Setiawan dalam keterangan resmi dikutip Selasa, 8 November 2020.



Beruntung, pandemi COVID-19 memberikan berkah tersendiri pada <a href="https://www.trenasia.com/dukung-energi-terbarukan-bni-syariah-salurkan-rp400-miliar-ke-medco-power-indonesia/" target="_blank" rel="noreferrer noopener">pengembangan EBT</a>. Selama pandemi, seluruh dunia menjadi lebih peduli dan fokus pada pengembangannya.



Di samping itu ada beberapa faktor yang membuat pamor EBT menguat belakangan ini, seperti penurunan produksi migas nasional. Gencarnya isu lingkungan, neraca perdagangan, adanya peralihan pemanfaatan listrik seperti untuk kendaraan dan kompor, hingga sumber EBT di Indonesia yang melimpah.



&#8220;Faktor-faktor itulah yang mendorong Pertamina mempercepat transisi energi. Jadi, transisi energi ini didorong dari aspek suplai maupun demand-nya,&#8221; tambahnya.



<h6>Proyek EBT Pertamina</h6>



Perusahaan pelat merah ini diketahui juga sudah memiliki sejumlah proyeks transisi energi dengan target total kapasitas setara 15,5 giga watt (GW). Beberapa proyek yang telah berjalan di antaranya proyek pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) Jawa-1 berkapasitas 1.760 MW.



Kemudian, proyek pembangkit <a href="https://www.trenasia.com/kementerian-esdm-evaluasi-8-titik-lapangan-panas-bumi/" target="_blank" rel="noreferrer noopener">panas bumi</a>, own operation dengan kapasitas terpasang 672 Megawatt (MW) dan joint operation 1.205 MW. Bersama PTPN Group, Pertamina juga telah mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg).



Pembangkit ini berkapasitas masing-masing 1 MW dan bersiap mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Sei Mangkei, Sumatra Utara.



“Saat ini Pertamina juga sedang bersinergi dengan PT PLN dan Mind ID dalam rangka menyiapkan pengembangan baterai kendaraan listrik yang ditargetkan setara dengan kapasitas 5,1 GW,” imbuh Heru.&nbsp;&nbsp;

ANANDA.png

Presiden Joko Widodo Meninjau PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) milik PT Pertamina (Persero) di Tuban, Jawa Timur. / Dok. Istimewa

tppi-pertamina

JAKARTA – Kebutuhan energi baru terbarukan (EBT) memang tak terelakkan lagi. Akan tetapi, transisi energi juga membutuhkan dana besar dan rencana matang yang harus disiapkan jauh-jauh hari. Berdasarkan rencana jangka panjang dari PT Pertamina (Persero), dibutuhkan sekitar US$18 miliar untuk memenuhi pendanaan transisi energi. Dana jumbo ini tak hanya dihimpun dari internal Pertamina saja, tetapi [&hellip;]

Pertamina Butuh US$18 Miliar untuk Transisi Energi

Industri