JAKARTA – PT <a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/tag/pt-adaro-minerals-indonesia-tbk">Adaro Minerals Indonesia</a> Tbk (<a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/tag/pt-adaro-minerals-indonesia-tbk">ADMR</a>) menyampaikan perkembangan terbaru pembangunan smelter alumunium terbesar di Indonesia yang terletak di Tanah Kuning, Kalimantan Utara.Presiden Direktur <a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/tag/pt-adaro-minerals-indonesia-tbk">Adaro Minerals</a> Christian Ariano Rachmat mengatakan, smelter milik anak usaha ADMR, PT Kalimantan Alumunium Industry (KAI) ini&nbsp;aktif mengembangkan peluang di bidang mineral, dengan fokus pada hilirisasi pengolahan mineral.&nbsp;“Bisnis ini memimpin transformasi Grup Adaro untuk menunjang ekonomi hijau dan mengejar pertumbuhan yang berkelanjutan,” kata&nbsp;Christian dalam keterbukaan informasi, Selasa 31 Oktober 2023.Setelah penandatanganan perjanjian fasilitas pinjaman pada kuartal II-2023, saat ini KAI berfokus pada tahap pra konstruksi proyek smelter aluminium. Sampai akhir kuartal III-2023, KAI telah merampungkan pembukaan lahan untuk mess permanen, pemecah gelombang jeti (coastal jetty breakwater), dan konstruksi fasilitas pendukung seperti gudang laydown luar (outdoor), bengkel alat berat, dan batching plant.&nbsp;KAI juga telah memulai pekerjaan piling untuk fondasi area smelter, serta konstruksi fasilitas pendukung lainnya, termasuk camp sementara, gudang dalam (indoor), dan pabrik bata.&nbsp;Christian menambahkan,&nbsp;KAI telah menunjuk seluruh kontraktor utama untuk konstruksi dan instalasi smelter aluminium. Selanjutnya, pada kuartal IV-2023 KAI akan melanjutkan pekerjaan untuk meningkatkan kondisi tanah dan perataan lahan di area smelter aluminium, serta melanjutkan pengerukan, konstruksi kargo berat, kargo universal, dan berthing trestle untuk area jeti.<ul><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/ojk-setop-aktivitas-1-466-pinjol-ilegal-hingga-oktober-2023">OJK Setop Aktivitas 1.466 Pinjol Ilegal hingga Oktober 2023</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/laba-bersih-adaro-minerals-menguap-11-87-persen-jadi-rp-3-91-triliun">Laba Bersih Adaro Minerals Menguap 11,87 Persen jadi Rp3,91 Triliun</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/gen-z-dominasi-pasar-modal-bni-sekuritas-beri-bekal-investasi">Gen Z Dominasi Pasar Modal, BNI Sekuritas Beri Bekal Investasi</a></li></ul><h2>Profil Proyek</h2>Smelter ini, kata Christian, mendukung program hilirisasi industri sumber daya alam yang dicanangkan pemerintah guna memberikan nilai tambah bagi bahan mentah serta pemanfaatan energi hijau.&nbsp;Proyek dengan nilai investasi sekitar US$2 miliar atau setara dengan Rp30,5 triliun (asumsi kurs Rp15.250 per dolar Amerika Serikat) ini diharapkan mengurangi impor&nbsp;aluminium, memberikan proses dan nilai tambah terhadap alumina, meningkatkan penerimaan pajak negara maupun penyerapan lebih dari 6.000 tenaga kerja lokal pada fase konstruksi dan sekitar 1.500 tenaga kerja lokal pada fase operasi."Selanjutnya kami terus bekerja keras untuk mencapai target&nbsp;Commercial Operation Date&nbsp;(COD) yang direncanakan pada semester pertama tahun 2025,"Sebagai informasi, KAI membangun smelter aluminium di lahan seluas 600 Ha dengan kapasitas produksi aluminium pada fase pertama sebanyak 500.000 tpa aluminium. Dalam tahapan proses produksi dan pengembangan selanjutnya, aluminium smelter Adaro ini juga akan memanfaatkan energi baru dan terbarukan (EBT) dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan standar konstruksi modern yang ramah lingkungan.&nbsp;

ANANDA.png

Gedung Adaro Energy di Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia

Gedung Adaro.jpg

KAI telah menunjuk seluruh kontraktor utama untuk konstruksi dan instalasi smelter aluminium

Terbesar di Indonesia, Begini Progres Smelter Alumunium Adaro Minerals Senilai Rp30,5 Triliun

Energi