JAKARTA - Penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) baru-baru ini bukan hanya mencerminkan kondisi ekonomi nasional, tetapi juga persepsi investor terhadap stabilitas nasional.&nbsp;Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM), I Wayan Nuka, menilai lonjakan penjualan bersih (net sale) oleh investor asing yang terjadi sebelum IHSG anjlok mengindikasikan pergeseran dana ke negara lain di Asia.&nbsp;Menurut Nuka, pelemahan IHSG merupakan hasil akumulasi berbagai faktor, seperti kebijakan pemerintah yang kontroversial, kasus korupsi di Badan Usaha Milik Negara (BUMN), serta ketidakpastian politik.&nbsp;<h2>Tips Kelola Keuangan Pribadi</h2>Kondisi ini dapat berdampak lebih luas terhadap ekonomi nasional, termasuk potensi gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akibat kontraksi ekonomi. "Seluruh masyarakat harus menyadari bahwa kita sedang dalam kondisi yang tidak baik-baik saja”&nbsp;ungkap Nuka, dikutip laman resmi UGM, Senin, 24 Maret 2025.Untuk menghadapi ketidakpastian ini, Nuka memberikan beberapa<a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/search?q=tips%2520keuangan"> tips dalam mengelola keuangan pribadi</a> agar tetap stabil di tengah gejolak ekonomi. Pertama, perbesar dana darurat. Dengan kondisi ekonomi yang penuh ketidakpastian, memiliki dana darurat yang cukup sangat penting.&nbsp;Idealnya, dana darurat setidaknya mencakup biaya hidup selama 6 hingga 12 bulan untuk mengantisipasi kemungkinan kehilangan pekerjaan atau penghasilan menurun. Kedua, hindari pengeluaran yang tidak mendesak.&nbsp;Di saat ekonomi melambat, sebaiknya fokus pada kebutuhan utama dan tunda pengeluaran besar yang tidak terlalu mendesak, seperti pembelian barang mewah atau investasi dengan risiko tinggi.&nbsp;Ketiga, lakukan efisiensi dalam keuangan. Evaluasi kembali pengeluaran bulanan dan cari cara untuk mengurangi biaya yang tidak perlu. &nbsp;Misalnya, mengurangi langganan yang jarang digunakan atau mencari alternatif lebih hemat untuk kebutuhan sehari-hari. Keempat, diversifikasi investasi.“Pertebal dana cadangan, lakukan efisiensi, dan prioritaskan kebutuhan," jelas Nuka. Kemudian, jangan menaruh semua aset di satu instrumen investasi. Dengan diversifikasi portofolio, risiko dapat diminimalkan.&nbsp;Baca Juga:<a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/6-tips-mengelola-uang-thr-agar-tidak-cepat-habis"> 6 Tips Mengelola Uang THR agar Tidak Cepat Habis</a>Pilihan investasi yang lebih aman seperti emas atau deposito dapat menjadi alternatif di tengah volatilitas pasar saham. Kelima, tetap optimis, tapi realistis. Meskipun kondisi ekonomi sedang lesu, tetaplah berpikir positif dan adaptif terhadap perubahan kebijakan pemerintah.&nbsp;Selain itu, pantau perkembangan ekonomi secara cermat dan sesuaikan strategi keuangan sesuai situasi yang berkembang. “Seberapapun gelapnya kondisi negara ini, kita tetap orang Indonesia. Kalau bukan kita sendiri yang optimis, siapa lagi?," ujar Nuka.Nuka menilai, pemerintah juga perlu menjaga stabilitas pasar serta meningkatkan kepercayaan investor agar Indonesia tetap menjadi tujuan investasi yang menarik. "Namun, kita juga berharap ini bisa menjadi peringatan bagi pemerintah untuk menghindari kebijakan-kebijakan yang antipasar,” ujar Nuka.

IMG_20240808_234928.jpg

Ilustrasi Gen Z merasa stres akibat keuangan.

Di saat ekonomi melambat, sebaiknya fokus pada kebutuhan utama dan tunda pengeluaran besar yang tidak terlalu mendesak, seperti pembelian barang mewah atau investasi dengan risiko tinggi. 

Tips Kelola Keuangan Pribadi di Tengah Anjloknya IHSG

Rumah & Keluarga