Penyelam dengan kostum putri duyung beraksi saat pengibaran bendera raksasa memperingati HUT Kemerdekaan Ke-77 RI di Akuarium Utama, Jakarta Aquarium & Safari (JAQS), Rabu, 17 Agustus 2022. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Nasional

10 Pahlawan Indonesia yang Paling Jarang Disorot

  • Dalam perjuangannya untuk memproklamasikan kemerdekaan, Ir. Soekarno dan Muhammad Hatta tidak berjuang sendirian. Mereka bersama pahlawan kemerdekaan Indonesia lainnya bekerja sama untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Nah, maka dari itu ada beberapa tokoh penting yang turut berjuang mempersiapkan kemerdekaan Indonesia namun jarang mendapatkan sorotan.

Nasional

Distika Safara Setianda

JAKARTA – Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-79 Kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 2024 akan menjadi lebih istimewa dengan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan di dua lokasi, yaitu Jakarta dan Ibu Kota Nusantara (IKN).

Menteri Sekretaris Negara, dalam konferensi pers Bulan Kemerdekaan pada Kamis, 1 Agustus 2024, menyatakan bahwa peringatan HUT dengan tema “Nusantara Baru, Indonesia Maju” juga akan menjadi momentum transisi perpindahan pemerintahan.

Menurut Pedoman Peringatan HUT Ke-79 Kemerdekaan RI Tahun 2024 yang dirilis oleh Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg), berikut adalah informasi mengenai rangkaian acara peringatan HUT RI dan upacara 17 Agustus 2024 yang akan dilaksanakan di IKN dan Jakarta.

Sementara itu, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia diumumkan pada Jumat, 17 Agustus 1945 Masehi, atau 17 Agustus 2605 menurut kalender Jepang, yang dibacakan oleh Soekarno, didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta, dan berlangsung di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat.

Setelah Bung Karno menyelesaikan penulisan naskah proklamasi, naskah tersebut kemudian diketik oleh Sayuti Melik menggunakan mesin tik. Namun, setelah mengetik naskah tersebut, Sayuti Melik membuangnya ke tempat sampah karena mengira naskah tulisan tangan itu sudah tidak diperlukan lagi.

Beruntung, naskah itu berhasil diselamatkan oleh BM Diah, seorang wartawan asal Aceh yang terlibat dalam dokumentasi proklamasi. BM Diah menemukan naskah tersebut pada tahun 1945 dan menyimpannya selama 47 tahun sebelum akhirnya menyerahkannya ke Museum Nasional pada tahun 1992.

Dalam perjuangannya untuk memproklamasikan kemerdekaan, Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta tidak berjuang sendirian. Mereka bersama pahlawan kemerdekaan Indonesia lainnya bekerja sama untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

Nah, maka dari itu ada beberapa tokoh penting yang turut berjuang mempersiapkan kemerdekaan Indonesia namun jarang mendapatkan sorotan.

Pahlawan Indonesia yang Turut Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia

Berikut beberapa pahlawan Indonesia yang turut berjuang mempersiapkan kemerdekaan Indonesia namun jarang mendapatkan sorotan:

1. S.K. Trimurti

Salah satu tokoh penting dalam Kemerdekaan Indonesia yang jarang disorot adalah Surastri Karma Trimurti, atau lebih dikenal sebagai S.K. Trimurti, yang lahir di Boyolali pada 11 Mei 1912. Ia adalah seorang pahlawan, wartawan, penulis, dan guru yang berkontribusi besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia melalui tulisan dan media.

S.K. Trimurti adalah pengajar di sebuah sekolah dasar dan ditangkap oleh Belanda karena menyuarakan pesan anti-kolonial. Setelah dibebaskan, ia tetap melanjutkan kritiknya terhadap penjajahan dan bekerja sebagai wartawan. Melalui tulisan-tulisannya, ia berupaya menumbuhkan semangat nasionalisme dan mendorong rakyat untuk bersatu dalam perjuangan melawan penjajah.

Menjelang kemerdekaan, S.K. Trimurti adalah salah satu tokoh yang mendorong agar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilakukan secara mandiri, tanpa campur tangan Jepang. Keterlibatannya dalam peristiwa proklamasi tercermin dalam sebuah foto yang menunjukkan dirinya berada di barisan belakang Ir. Soekarno saat membaca teks proklamasi.

Meski sering menggunakan nama samaran, S.K. Trimurti tetap dikenali dan kembali ditangkap pada masa penjajahan Jepang. Kegigihannya dalam melawan penjajahan dan menyebarluaskan semangat kemerdekaan berhasil mengobarkan semangat rakyat. S.K. Trimurti meninggal dunia pada tahun 2008 pada usia 96 tahun.

Trimurti adalah istri dari Sayuti Melik, seorang tokoh penting dalam sejarah Indonesia. Sayuti Melik memainkan peran signifikan dalam peristiwa Rengasdengklok dan merupakan anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Ia juga dikenal sebagai orang yang mengetik naskah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.

2. Frans Kaisiepo

Meski Indonesia telah memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, Belanda masih mengklaim hak atas wilayah Papua, yang kini dikenal sebagai Provinsi Papua. Di tengah perebutan wilayah ini, Frans Kaisiepo muncul sebagai pahlawan yang berjuang agar Papua tetap menjadi bagian dari Indonesia.

Pada Juli 1946, Frans menjadi utusan Nederlands Nieuw Guinea dan satu-satunya orang Papua yang hadir di Konferensi Malino di Sulawesi Selatan. Ia menolak keras upaya Belanda untuk mengintegrasikan Papua dengan Maluku dan menjadikannya bagian dari Negara Indonesia Timur (NIT).

Frans berpendapat bahwa Papua seharusnya dipimpin oleh orang-orang Papua sendiri, bukan oleh pihak lain. Ia juga mengusulkan untuk mengganti nama Papua atau Nederlands Nieuw Guinea dengan ‘Irian,’ yang berasal dari bahasa Biak dan berarti “Cahaya yang mengusir kegelapan.”

Nama Papua, yang sebelumnya berasal dari kata “pua-pua” yang berarti “keriting”, dianggapnya merendahkan orang Papua, sehingga ia ingin mengganti sebutan tersebut. Nama Irian kemudian dipolitisasi oleh kelompok nasionalis Indonesia di Papua sebagai akronim dari “Ikut Republik Indonesia Anti Nederlands”.

Dengan diplomasi yang penuh tantangan, Frans Kaisiepo akhirnya berhasil memastikan Papua bergabung dengan NKRI. Untuk menghargai perjuangannya, fotonya kini dicetak pada lembar uang kertas rupiah Indonesia pecahan Rp10.000 edisi terbaru.

Frans Kaisiepo, pahlawan nasional Indonesia yang lahir di Wardo, Biak, pada 10 Oktober 1921 dan meninggal dunia pada 10 April 1979, dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cendrawasih, Jayapura.

3. B.M. Diah

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 terbilang cukup mendadak. Meski begitu, berita Kemerdekaan Indonesia ini harus disiarkan kepada seluruh rakyat Indonesia. B.M. Diah, yang lahir di Kutaraja pada 7 April 1917, adalah seorang pahlawan, tokoh pers, dan diplomat Indonesia.

Ia dipercayakan oleh Bung Karno untuk menyebarluaskan berita kemerdekaan Indonesia yang diumumkan pada 17 Agustus 1945 ke seluruh pelosok negeri. Bersama teman-temannya, B.M. Diah berhasil menyebarkan kabar gembira tersebut meskipun harus merebut kantor percetakan Jepang yang menerbitkan Harian Asia Raja.

Selain berperan dalam menyebarluaskan kemerdekaan, B.M. Diah juga menjadi saksi dalam proses perumusan naskah proklamasi di kediaman Laksamana Maeda. Pada kesempatan tersebut, B.M. Diah berhasil menyelamatkan naskah proklamasi yang ditulis tangan oleh Ir. Soekarno.

Naskah tulisan tangan tersebut, setelah diketik oleh Sayuti Melik, sempat dibuang ke tempat sampah, namun beruntung ditemukan kembali oleh B.M. Diah.

Selain itu, B.M. Diah adalah pendiri surat kabar Merdeka dan menjabat sebagai pemimpin redaksinya hingga akhir hidupnya. Atas perjuangan dan jasanya, B.M. Diah dianugerahi Bintang Mahaputra Utama oleh Presiden Soeharto serta medali perjuangan angkatan 45 oleh Dewan Harian Nasional Angkatan 45. Ia meninggal dunia pada 10 Juni 1996 pada usia 79 tahun.

4. Soekarni Kartodiwirjo

Sukarni Kartodiwirjo adalah pahlawan kemerdekaan Indonesia yang dikenal karena nasionalismenya yang kuat, semangat juangnya, dan keberaniannya dalam memperjuangkan kemerdekaan.

Ia merupakan bagian dari kelompok pemuda yang mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun, pada saat itu, Ir. Soekarno menolak tuntutan tersebut, yang menyebabkan terjadinya konflik antara golongan muda dan golongan tua.

Sebagai akibat dari konflik tersebut, Sukarni dan beberapa pemuda lainnya memutuskan untuk menculik Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta pada 16 Agustus 1945. Mereka dibawa ke Rengasdengklok, di mana tercapai kesepakatan penting mengenai kemerdekaan Indonesia. Keesokan harinya, 17 Agustus 1945, Ir. Soekarno kemudian memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Setelah peristiwa Rengasdengklok, Sukarni menerima tugas untuk bekerja sama dengan kelompok pemuda lainnya dalam menyebarkan berita kemerdekaan Republik Indonesia. Ia membentuk panitia gerak cepat untuk menyebarluaskan kabar tersebut.

Sukarni tetap aktif dalam politik hingga akhirnya dipenjara karena perselisihannya dengan PKI. Ia dibebaskan sekitar tahun 1965 dan diangkat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung. Sukarni meninggal pada 7 Mei 1971 dalam usia 54 tahun dan dianugerahi penghargaan Bintang Mahaputra kelas empat.

5. Ahmad Subardjo

Di tengah ketegangan antara golongan muda dan golongan tua menjelang proklamasi kemerdekaan Indonesia, Ahmad Subardjo muncul sebagai mediator. Ia secara khusus menyusul Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta ke Rengasdengklok. Dalam kesepakatan tersebut, mereka akhirnya sepakat bahwa proklamasi kemerdekaan harus segera dilaksanakan.

Karena proklamasi harus dilakukan di Jakarta, Ahmad Subardjo membawa Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta untuk mempersiapkan pelaksanaannya. Dengan segala persiapan dan tantangannya, proklamasi akhirnya berhasil dilakukan di halaman rumah Soekarno pada pagi hari.

6. Muhammad Yamin

Selama masa pendudukan Jepang, Muhammad Yamin dipercaya menjadi anggota BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Dalam perannya, ia juga ditunjuk dalam Panitia Sembilan yang merumuskan Piagam Jakarta.

Dengan latar belakang dalam bidang sastra, Muhammad Yamin merumuskan dasar negara Indonesia yang terdiri dari lima dasar. Pemikiran inilah yang kini menjadi dasar Pancasila. Hingga saat ini, Pancasila telah menjadi pedoman hidup bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.

7. KH Agus Salim

Setelah Proklamasi, para pahlawan Indonesia masih terus berjuang untuk menjaga kemerdekaan dengan merumuskan UUD 1945 sebagai dasar negara. Salah satu tokoh kunci dalam perumusan UUD 1945 adalah KH Agus Salim.

Selain itu, pasca kemerdekaan, Indonesia juga perlu memperkenalkan dirinya sebagai negara di kancah internasional. Dalam hal ini, KH Agus Salim memainkan peran penting. Melalui misi diplomatiknya, ia berhasil menjalin hubungan kerjasama dan persahabatan dengan Mesir pada tahun 1947.

Kemampuan diplomasi KH Agus Salim meningkatkan eksistensi Indonesia di dunia internasional, dan ia pun dikenal dengan julukan “The Grand Old Man” atas prestasinya dalam bidang diplomasi.

8. Sutan Syahrir

Sutan Syahrir yang juga dikenal sebagai Soetan Sjahrir, lahir di Padang Panjang, Sumatra Barat, pada 5 Maret 1909. Ia adalah Perdana Menteri pertama Indonesia dan seorang perintis serta revolusioner kemerdekaan Indonesia. Sutan Syahrir juga salah satu pendiri Pemuda Indonesia yang berperan penting dalam penyelenggaraan Kongres Pemuda Indonesia yang melahirkan Sumpah Pemuda pada 1928.

Selain itu, pada tahun 1932, Sutan Syahrir bersama Bung Hatta mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI Baru) dan mencetak kader-kader pergerakan yang dianggap radikal oleh pihak kolonial. Pada tahun 1934, Belanda menangkap dan mengasingkan Sutan Syahrir, Hatta, serta pemimpin PNI Baru lainnya ke Boven-Digoel dan Banda Neira.

Setelah kemerdekaan Indonesia, Sutan Syahrir yang dikenal dengan julukan Si Kancil, menjabat sebagai penasihat Presiden Soekarno, Duta Besar Keliling, dan ketua Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP KNIP). Ia terus menyerukan nilai-nilai kemanusiaan dan anti-kekerasan, serta memperjuangkan kedaulatan RI melalui jalur diplomasi. Sutan Syahrir meninggal di Swiss pada 9 April 1966 dalam usia 57 tahun.

9. Komisaris Jenderal Dr. H. Moehammad Jasin

Komisaris Jenderal Dr. H. Moehammad Jasin, yang dikenal sebagai ‘Bapak Brimob Polri’, merupakan pejuang penting dalam bidang kepolisian Indonesia. Salah satu pencapaian bersejarahnya adalah saat ia memproklamasikan perubahan Polisi Istimewa menjadi Polisi Republik Indonesia (PRI).

PRI, di bawah kepemimpinannya, sering terlibat dalam serangan terhadap serdadu Jepang dan merampas senjata mereka.

Moehammad Jasin juga berperan dalam Insiden Bendera di Hotel Yamato dan pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Ia meninggal pada 3 Mei 2012 dalam usia 91 tahun. Atas jasa-jasanya, Moehammad Jasin diangkat sebagai pahlawan nasional pada tahun 2015.

10. Margonda

Margonda adalah seorang pahlawan yang berperan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia melawan Jepang dengan mendirikan Angkatan Muda Republik Indonesia (AMRI). Setelah kemerdekaan, terjadi konflik antara tentara Inggris dan AMRI di Depok. Tragisnya, dalam pertempuran tersebut, Margonda kehilangan nyawanya dan gugur di kawasan Kali Bata Depok (bukan Kalibata Jakarta).

Demikian beberapa pahlawan Indonesia yang jarang dikenal.