10 Perusahaan RI Miliki Aset Berkelas di ASEAN
JAKARTA – Sebanyak sepuluh perusahaan terbuka di Indonesia masuk dalam kategori ASEAN asset class (aset berkelas). Sejumlah perusahaan tersebut dinilai memiliki tata kelola yang baik dan layak dilirik kalangan investor global. Corporate Governance Expert (CG Expert) yang mewakili Indonesia di Forum ASEAN Corporate Governance 2019 Angela Simatupang mengatakan hasil penilaian menunjukkan bahwa tingkat praktik tata […]
Industri
JAKARTA – Sebanyak sepuluh perusahaan terbuka di Indonesia masuk dalam kategori ASEAN asset class (aset berkelas). Sejumlah perusahaan tersebut dinilai memiliki tata kelola yang baik dan layak dilirik kalangan investor global.
Corporate Governance Expert (CG Expert) yang mewakili Indonesia di Forum ASEAN Corporate Governance 2019 Angela Simatupang mengatakan hasil penilaian menunjukkan bahwa tingkat praktik tata kelola yang baik dan pengungkapan lebih dipengaruhi oleh sikap dari manajemen puncak perusahaan dibanding ukuran perusahaan.
“Ketersediaan peraturan yang lebih ketat juga berperan signifikan dalam penerapan praktik tata kelola yang baik, hal ini dapat dilihat dari pencapaian lebih tinggi skor dibukukan oleh perbankan,” kata Angela dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa, 9 Juni 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Dikatakannya, terdapat tiga perbankan yang mendapat skor ACGS tertinggi yaitu PT Bank CIMB Niaga Tbk., PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk., dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Sementara, tujuh perusahaan lainnya yang masuk dalam kategori ASEAN Asset Class adalah PT Aneka Tambang (Persero) Tbk., PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., PT Bank Central Asia Tbk., PT Bank Permata Tbk., PT Jasa Marga (Persero) Tbk., PT XL Axiata Tbk., dan PT Maybank Indonesia Tbk.
“Sepuluh perusahaan tersebut memperoleh nilai 97,5 ke atas. Jika dibandingkan dengan tahun 2017, terdapat peningkatan sebesar 25%,” jelas Angela.
Dia menjelaskan selama dua tahun terakhir, secara rata-rata peringkat ACGS Indonesia mengalami pertumbuhan tipis 0,3% dari semula 70,59 pada 2017 menjadi 70,8 pada 2019. Skor tertinggi meningkat 3,9% dari 109,61 menjadi 113,84. Namun, skor terendah menurun 8,12% dari 40,9 menjadi 37,58.
Selain sepuluh perusahaan ini, sebut Angela, terdapat tiga perusahaan yang berhasil meningkatkan skornya secara signifikan yaitu PT Elang Mahkota Teknologi Tbk., naik 20,73% dengan skor 74,04, PT Vale Indonesia Tbk., naik 20,68% dengan skor 83,36, dan PT Adaro Energy Tbk., naik 19,06% dengan skor 65,03.
Angela memaparkan, penilaian corporate governance terhadap 100 perusahaan tercatat dengan kapitalisasi pasar terbesar itu sudah mewakili 84,3% dari total kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) per 31 Maret 2019 dan 15,9% dari jumlah perusahaan tercatat di Indonesia.
Dia menuturkan ada lima aspek penilaian terhadap perusahaan ASEAN berdasarkan kriteria ACGS meliputi hak pemegang saham, perlakuan yang adil terhadap pemegang saham, peran pemangku kepentingan, pengungkapan dan transparansi, serta tanggung jawab dewan komisaris dan direksi.
Pada forum tersebut, kata Angela, masing-masing negara ASEAN menunjuk domestic ranking bodies (DRB) dan CG Expert untuk melakukan penilaian tersebut. Dalam hal ini DRB yang mewakili Indonesia adalah RSM Indonesia.
Pada 2019, dari 600 perusahaan ASEAN yang dinilai, sebanyak 210 perusahaan yang dinilai ulang dengan peer review oleh DRB negara lain untuk memastikan interprestasi penilaian telah dilakukan secara konsisten.
Dalam penjelasannya, setelah selesai dilanjutkan dengan diskusi untuk merekonsiliasi perbedaan nilai dan menyetujui skor akhir untuk perusahaan-perusahaan tersebut. Jika terdapat permasalahan yang belum terselesaikan, permasalahan tersebut akan dieskalasi kepada para CG Experts untuk keputusannya.
Apabila dalam diskusi terungkap adanya perbedaan secara sistemik antara penilaian DRB dengan penilaian peer review yang diakibatkan oleh interprestasi, maka dilakukan penilaian ulang terhadap seluruh perusahaan tersebut tanpa terkecuali. Hal ini dilakukan demi meningkatkan akurasi penilaian.
Angela menyebutkan peringkat perusahaan se-ASEAN rencananya akan diumumkan oleh ASEAN Capital Market Forum (ACMF) bersama Asian Development Bank (ADB) di Vietnam, namun tertunda karena adanya pandemi COVID-19.
Untuk diketahui, ACGS dibuat dalam rangka mendukung upaya untuk meningkatkan kepercayaan investor atas kualitas perusahaan di regional ASEAN. Secara rinci tujuannya antara lain meningkatkan standar dan praktik tata kelola perusahaan terbuka di ASEAN.
Kemudian, memberikan visibilitas internasional yang lebih baik mengenai perusahaan terbuka di ASEAN yang memiliki tata kelola yang baik dan layak untuk menjadi target investasi, mendukung inisiatif ACMF lainnya, serta mempromosikan perusahaan di ASEAN sebagai aset yang berkelas.
Aspek Perbaikan Perusahaan Tercatat
Menurut Angela, terdapat tiga aspek perbaikan yang umum ditemui pada penilaian perusahaan terbuka Indonesia kali ini. Di antaranya ketepatan waktu publikasi laporan tahunan yang tidak melebihi 120 hari setelah tahun buku berakhir, adanya pernyataan kepatuhan terhadap ketentuan tata kelola dalam laporan tahunan, serta adanya pengungkapan terhadap pelaksanaan hasil review dan pemantauan implementasi strategi perusahaan oleh manajemen.
“Dari 100 perusahaan dengan kapitalisasi terbesar yang dinilai, skor ACGS 2019 terendah ada di 37,58 dan nilai rata-rata negara ada di 70,80. Sementara nilai tertinggi di penilaian ACGS 2019 adalah 113,84,” ungkap Angela.
Dia menyebutkan tingkat pengungkapan tata kelola perusahaan terbuka di Indonesia tidak terjadi secara merata dan hasil penilaian tidak menunjukkan adanya korelasi antara nilai kapitalisasi pasar terhadap skor. Kapitalisasi pasar yang besar tidak selaras dengan nilai yang lebih tinggi dalam penilaian pengungkapan.
“Dari sisi sektor industri, sektor keuangan (perbankan) memiliki nilai rata-rata tertinggi sedangkan sektor consumer goods dan property memiliki nilai rata-rata yang cukup rendah di bawah 65,” imbuhnya
Oleh karena itu, untuk mendukung peningkatan skor ACGS tahun mendatang, RSM bekerja sama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), BEI, dan ADB telah merencanakan untuk mengadakan rangkaian sosialisasi mengenai praktik tata kelola dan pengungkapan yang baik bagi perusahaan terbuka di Indonesia.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menyampaikan rangkaian rencana kerja sama itu di antaranya dalam bentuk capacity building dan recognition. Hal ini dilakukan agar dapat mengoptimalkan kinerja perusahaan terbuka Indonesia, sehingga skalanya meningkat setara dengan kualitas perusahaan tercatat di ASEAN.
“Penerapan good corporate governance disertai pengungkapan informasi yang baik dapat memberikan investor informasi yang komprehensif dari perusahaan tercatat, yang diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor lokal dan global untuk berinvestasi di Pasar Modal Indonesia,” kata dia. (SKO)
Berikut Daftar 10 Perusahaan ASEAN Asset Class asal Indonesia:
- PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA)
- PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN)
- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI)
- PT Aneka Tambang (Persero) Tbk. (ANTM)
- PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI)
- PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA)
- PT Bank Permata Tbk. (BNLI)
- PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR)
- PT XL Axiata Tbk. (EXCL)
- PT Maybank Indonesia Tbk. (BNII)
Perusahaan dengan lonjakan skor ASEAN Asset Class asal Indonesia:
- PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK)
- PT Vale Indonesia Tbk. (INCO)
- PT Adaro Energy Tbk. (ADRO)