10 Saham Emiten Bank Nasional yang Diduga Terlibat FinCEN ‘Merah Darah’
Diduga, 19 bank ini telah melakukan transaksi janggal dengan nilai US$504,65 juta atau setara Rp7,5 triliun dengan asumsi kurs Rp14.800 per dolar Amerika Serikat.
Industri
JAKARTA – Bocoran laporan The Financial Crimes Enforcement Network (FinCEN) Files menyebut adanya keterlibatan 19 perbankan nasional dalam transaksi janggal yang menggegerkan dunia. Diduga, 19 bank ini telah melakukan transaksi janggal dengan nilai US$504,65 juta atau setara Rp7,5 triliun dengan asumsi kurs Rp14.800 per dolar Amerika Serikat.
Lebih rinci, dana tersebut berasal dari uang masuk ke Indonesia senilai US$218,49 juta setara Rp3,23 triliun. Plus, transaksi keluar mencapai US$286,16 juta atau Rp4,23 triliun.
Dinukil dari laman Konsorsium Internasional Jurnalis Ivestigasi (ICIJ), terdapat setidaknya 496 transaksi mencurigakan yang dilakukan di perbankan nasional. Periode transaksinya terhitung sejak Februari 2013 hingga 3 Juli 2017.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Dalam laporan itu disebutkan, terdapat dua nama bank pelat merah dan 17 bank swasta nasional yang telah melakukan transfer atas transaksi janggal tersebut.
Bank pelat merah yang dimaksud, yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI). Bank Mandiri diduga menerima 58% dana dari transaksi janggal sebesar US$292,73 juta.
Angka tersebut terdiri dari US$250,39 juta transaksi keluar, dan US$42,33 juta. Total transaksi yang melibatkan BMRI dalam kebocoran data ini mencapai 111 kali. Sementara BBNI diduga menerima aliran uang senilai US$10,94 juta dari dua transaksi.
Bank Swasta
Di luar nama dua perbankan yang tergabung dalam Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) ini, ada juga nama bank besar yang terlibat. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) milik Grup Djarum juga diduga menerima aliran dana sebesar US$753.760 dari 19 transaksi.
Selain BCA, terdapat juga nama PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) yang menerima aliran dana sebesar US$44,89 juta dari tujuh transaksi. Lalu, PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) senilai US$3,1 juta dari 28 transaksi dan PT Bank China Construction Bank Indonesia Tbk (MCOR) sebesar US$130,82 juta dari 49 transaksi.
Selanjutnya, ada nama PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) atau Bank Panin senilai US$708.541 dari 10 transaksi. PT Bank of India Indonesia Tbk (BSWD) sebesar US$20,76 juta dari 5 transaksi.
Kemudian PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) senilai US$2,70 juta dari 13 transaksi. Terakhir, PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII) dengan nilai US$5,32 juta dari 34 transaksi.
Di luar nama emiten perbankan yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), terdapat juga nama-nama perbankan multinasional lainnya. Termasuk Bank DBS Indonesia yang diduga menerima aliran dana sebesar US$3,5 juta dari tujuh transaksi.
Lalu, Hong Kong Shanghai Banking Corp (HSBC) senilai US$2,99 juta dari dua transaksi. Pun demikian dengan PT Standard Chartered Bank sebesar US$5,8 juta dari 3 kali transaksi.
Berikutnya, ada nama PT Bank UoB Indonesia senilai US$2,39 juta dari 24 transaksi. PT Bank ICBC Indonesia US$49.990 dari satu kali transaki. Citibank senilai US$2 juta dari satu kali transaksi. PT Bank Chinatrust Indonesia sebesar US$554.290 dari 39 transaksi. Terakhir, PT Bank Commenwealth senilai US$9,55 juta dari 194 transaksi.
Gerak Saham
Tak pelak, kasus kebocoran data FinCEN ini membuat pasar modal dunia pun geger, termasuk Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Selasa 22 September 2020 pukul 14.29 WIB telah melemah 1,03% ke level 4.949.
Pelemahan ini disokong oleh menurunnya nilai saham pada sejumlah emiten perbankan yang diduga terlibat dalam kebocoran data FinCEN. Saham BMRI pada waktu yang sama telah turun 2,74% ke level Rp5.325 per lembar. Diikuti juga saham BBNI dengan penurunan 40 poin ke level Rp4.560 per lembar.
Nasib saham BBCA yang biasanya selalu berada di zona hijau, kini terporosok 675 poin ke level Rp27.325 per lembar. Selanjutnya saham BNGA yang juga turun 1,99% ke level Rp740 per lembar.
Kemudian, saham BDMN juga menukik tajam 3,04% ke level Rp2.230 per lembar. MCOR telah turun 0,86% ke level Rp115 per lembar. Lalu, saham PNBN yang tidak bergerak atau berada pada level saat pembukaan bursa hari ini di angka Rp755 per lembar.
Saham NISP, juga turut mengalami pelemahan 0,67% ke level Rp740 per lembar. Terakhir, ada saham BNII yang turun 2,80%. (SKO)