Anak-anak sekolah terdampar karena jembatan River Zingiziwa yang rusak di Dar es Salaam, Tanzania (AP)
Dunia

155 Tewas dan 200 Ribu Terdampak Akibat Banjir Hebat di Tanzania

  • Perdana Menteri Kassim Majaliwa mengatakan kepada Parlemen bahwa pola iklim El Nino telah memperburuk musim hujan yang sedang berlangsung
Dunia
Distika Safara Setianda

Distika Safara Setianda

Author

JAKARTA - Banjir dan tanah longsor di Tanzania, Afrika Timur telah menewaskan 155 orang dan melukai 236 orang.

Perdana Menteri Kassim Majaliwa mengatakan kepada Parlemen bahwa pola iklim El Nino telah memperburuk musim hujan yang sedang berlangsung, menyebabkan banjir dan merusak jalan, jembatan, dan rel kereta api.

“Hujan lebat El Nino, yang disertai angin kencang, banjir, dan tanah longsor di berbagai bagian negara, telah menyebabkan kerusakan yang signifikan,” kata Majaliwa kepada Parlemen, dikutip dari Al Jazeera, pada Jumat, 26 April 2024.

El Nino adalah pola iklim yang terjadi secara alami yang biasanya dikaitkan dengan peningkatan panas di seluruh dunia, serta kekeringan dan hujan lebat.

Kerusakan lingkungan yang signifikan menjadi penyebab utama dari dampak buruk yang ditimbulkan hujan. Perdana Menteri Majaliwa menunjuk pada deforestasi, praktik pertanian yang tidak berkelanjutan seperti pertanian tebang dan bakar dan penggembalaan ternak yang tidak diatur.

Perdana menteri mengungkapkan, lebih dari 200.000 orang dan 51.000 rumah tangga terdampak oleh hujan tersebut. Sekolah-sekolah yang tergenang banjir ditutup dan layanan darurat sedang menyelamatkan orang-orang yang terjebak oleh banjir.

Majaliwa memperingatkan mereka yang tinggal di daerah rendah untuk pindah ke tempat yang lebih tinggi dan mendesak pejabat distrik untuk memastikan bahwa bantuan yang dimaksudkan untuk mereka yang rumahnya terbawa banjir diberikan kepada mereka yang membutuhkan pasokan tersebut.

Pada 14 April, pemerintah mengatakan total 58 orang, termasuk anak-anak, tewas akibat hujan dan banjir sejak awal bulan.

Selain di Tanzania, wilayah Afrika Timur lainnya juga dilanda curah hujan yang lebih tinggi dari biasanya selama musim hujan saat ini. Sehingga, banjir juga dilaporkan terjadi di Burundi dan Kenya yang berdekatan.

Di Kenya, 35 orang dilaporkan tewas pada Senin, dan jumlahnya diperkirakan akan meningkat karena banjir terus berlanjut di seluruh negeri.

Di lingkungan Mathare di ibu kota, setidaknya empat mayat ditemukan dari rumah-rumah yang terendam banjir pada Rabu. Media lokal melaporkan, lebih banyak mayat ditemukan dari Sungai Mathare.

Presiden Kenya, William Ruto, memimpin pertemuan tanggapan banjir multi-lembaga pada Kamis dan mengarahkan National Youth Service untuk menyediakan lahan bagi orang-orang di daerah yang terkena banjir.

Wakil Presiden Rigathi Gachagua mengatakan dalam konferensi pers bahwa orang-orang yang terdampak banjir akan diberikan makanan dan barang-barang lainnya, sementara mereka yang tinggal di daerah paling rentan akan dipindahkan.

Di Burundi, sekitar 96.000 orang telah mengungsi akibat hujan yang tidak henti-hentinya selama beberapa bulan, menurut PBB dan pemerintah yang dilaporkan awal bulan ini.

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan dalam pembaruan minggu ini bahwa di Somalia, hujan “Gu” (dari April hingga Juni) semakin meningkat, dengan banjir bandang dilaporkan sejak 19 April.

Uganda juga mengalami badai hebat yang menyebabkan tepian sungai meluap, dengan dua korban jiwa dikonfirmasi dan beberapa ratus penduduk desa mengungsi.