2.542 Ton Karet Digunakan untuk Pembangunan Aspal
Nasional & Dunia

2.542 Ton Karet Digunakan untuk Pembangunan Aspal

  • Kementerian PUPR bakal menggunakan 2.542 ton aspal karet untuk pemeliharaan jalan nasional. Endra menyebut, pembelian karet dilakukan secara bertahap untuk menjaga kualitas karet alam selama tahun ini. 

Nasional & Dunia

trenasia

trenasia

Author

JAKARTA– Kementerian PUPR bakal menggunakan 2.542 ton aspal karet untuk pemeliharaan jalan nasional. Endra menyebut, pembelian karet dilakukan secara bertahap untuk menjaga kualitas karet alam selama tahun ini. 

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan meningkatkan penggunaan karet alam sebagia campural aspal dalam pemeliharaan jalan nasional.

Penggunaan karet diharapkan bisa membantu kenaikan harga karet yang tengah terpuruk. Penggunaan karet ini merupakan salah satu kebijakan pemerintah untuk mengatasi penurunan harga karet di berbagai sektor.

Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR, Endra S. Atmawidjaja mengatakan penggunaan karet alam pada campuran aspal memiliki tingkat kekeresan lebih baik dan tidak meninggalkan jejak roda pada saat aspal basah.

Di samping itu, daya tahan aspal campuran karet (aspal karet) lebih kuat dibandingkan dengan aspal biasa.

Menurut Endra, karet dari petani dibeli oleh pabrik atau koperasi yang memproduksi brown crepe. Kementerian PUPR nantinya akan membeli brown crepe dari pabrik.

“Syaratnya, pabrik wajib mencantumkan Surat Keterangan dan kuitansi pembelian dari petani atau KUD,” jelas Endra dalam siaran pers, Jumat (11/1/2019).

Penggunaan aspal karet dalam penanganan jalan nasional antara lain telah diterapkan pada ruas Beliti – Tebing Tinggi – Lahan pada 2017-2018. Di ruas sepanjang 125 kilometer itu, penggunaan aspel karet mencapai 4,37 kilometer. Porsi karet mencapai 7% atau 81 ton per kilometer.

Sebagaimana diketahui, Indonesia merupakan salah satu penghasil karet alam terbesar di dunia. Setiap tahun, produksi karet alam Indonesia mencapai 3,2 juta ton. Sebanyak 600.000 ton digunakan di dalam negeri sedangkan sisanya diekspor ke mancanegara. (Nasser Panggabean)