Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) milik anak subholding Pertamina NRE, PT Pertamina Geothermal Energy (PGE).
Korporasi

2 BUMN akan IPO Tahun 2022, Indo Premier Sekuritas Rekomendasikan Saham PGE

  • Equity Analyst Indo Premier Sekuritas Mino mengatakan pihaknya lebih merekomendasikan saham PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), ketimbang PT ASDP Indonesia Ferry.
Korporasi
Daniel Deha

Daniel Deha

Author

JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan ada dua BUMN yang akan melakukan initial public offering (IPO) atau penawaran saham umum perdana tahun depan. Keduanya adalah cucu PT Pertamina (Persero), PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), dan PT ASDP Indonesia Ferry (Persero).

Dengan IPO dua BUMN tersebut maka total ada 30 BUMN yang melantai di pasar bursa dari saat ini sudah berjumlah 28 BUMN.

Equity Analyst Indo Premier Sekuritas Mino mengatakan dua BUMN yang akan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki catatan historis dan kinerja yang berbeda. PGE bergerak di bidang energi terbarukan (EBT) sedangkan ASDP di bidang transportasi laut.

Dengan perbedaan kepentingan bisnis kedua BUMN tersebut, Mino memandang bahwa tentu akan berdampak terhadap kinerja saham kedua calon emiten.

Menurut dia, investor tentunya akan lebih tertarik dengan isu-isu pasar yang menjadi perhatian nasional maupun global. PGE, kata dia, merupakan perusahaan yang sangat konsern pada bidang EBT, isu strategis yang kini menjadi topik pembicaraan global.

"Saya melihat investor lebih tertarik ke Pertamina Geothermal. Ini boleh dibilang salah satu emiten yang selaras dengan isu-isu terkini tekait energi terbarukan. Kita tahu PGE salah satu emiten yang memproduksi listrik dari energi panas bumi yang boleh dibilang energi yang ramah lingkungan," katanya dalam keterangannya di Jakarta, dikutip Jumat, 17 Desember 2021.

Terkait ASDP, Mino mengatakan bahwa perusahaan ini bukannya tanpa prospek yang bagus. Namun dengan melihat rekam jejak perusahaan di bidang serupa, kebanyakan investor di pasar modal kurang berminat untuk memborong saham emiten transportasi.

"Kalau ASDP itu kan emiten di bidang transportasi. Sektor transportasi itu sangat siklikal, ambil contoh, misalnya Garuda kinerjanya kurang terlalu bagus tergantung dari siklus ekonomi," papar Mino.

Kemandirian Keuangan

Sebelumnya, Erick mengatakan dua aksi korporasi kedua BUMN ini dilakukan sebagai upaya konsolidasi keuangan untuk mendapatkan sumber pendanaan sendiri sehingga tidak lagi terus bergantung kepada pemerintah melalui Penyertaan Modal Negara (PMN).

"Kami dari Kementerian BUMN berusaha keras agar kita juga tidak ingin memberikan beban yang terus-menerus kepada pemerintah apalagi kita tahu pada saat ini defisit anggaran ini sudah melebihi 3 persen," katanya.

Erick mengatakan PGE akan menjadi pimpinan holding BUMN panas bumi dalam rangka transisi menuju energi terbarukan dan memimpin suplai EBT dunia.

Rencana anggota holding panas bumi yaitu PT PGE, PT PLN Gas dan Geothermal, dan PT Geo Dipa Energy (Persero). Ditargetkan, holding ini akan mengoperasikan kapasitas pembangkit 1.022,5 megawatt.

Erick bilang, IPO PGE juga sekaligus merupakan alternatif dari pada transformasi green elektric untuk suplai listrik yang merupakan bagian dari 15 gigawatt (GW) yang menjadi visi transformasi PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dari fosil ke energi hijau.

"Untuk 2002 kita akan go public Geothermal Energy untuk memberi dorongan mengenai green energy, green economy," kata Erick.

Erick tidak persis membeberkan target dana segar yang dihimpun dari IPO PGE. Demikian halnya dengan jadwal IPO-nya. Namun sudah dipastikan bahwa IPO PGE bakal berlangsung sesuai dengan timeline yang ditetapkan Kementerian BUMN tahun depan.

Dari laporan Bloomberg, diketahui bahwa rencana IPO holding BUMN panas bumi ini mencapai US$500 juta atau sekitar Rp7,17 triliun (asumsi kurs Rp14.343 per dolar AS).

Sementara terkait ASDP, Erick bilang aksi korporasi berupa IPO akan memperkuat modal perusahaan melakukan investasi.

Erick mengatakan salah satu investasi yang akan dilakukan ASDP adalah membeli kapal baru. Saat ini banyak kapal milik ASPD yang sudah berusia sangat tua. Guna menjaga keamanan dan keselamatan masyarakat, pemerintah merasa perlu membeli kapal baru.

"Kalau kita melihat kondisi kapalnya sudah makin tua dan ini tentu membahayakan buat kita kalau kita bersandarkan dengan transportasi yang seperti ini. Keselamatan publik menjadi kunci," ungkap mantan bos Inter Milan.

Menurut sumber internal ASDP, perusahaan akan melantai di bursa pada kuartal ketiga tahun depan. Target dana segar yang dihimpun dari aksi korporasi tersebut mencapai Rp6 triliun sebagai sebuah investasi jangka panjang.

Direktur Utama ASDP Ira Puspadewi belum mengkonfirmasi pertanyaan TrenAsia.com mengenai rencana bisnis masa depan dari dana segar yang bakal dihimpun perusahaan.

Namun, sebelumnya Direktur Komersial dan Pelayanan ASDP Indonesia Ferry M Yusuf Hadi mengatakan perseroan, selain membeli kapal baru, juga akan mengakuisisi perusahaan operator swasta untuk menambah jumlah kapal.

"Kita menjamin kualitas penyeberangan, sehingga kita mengakuisisi tambahan armada agar keterjaminan itu lebih besar lagi," katanya.