2 Hal Ini Menghambat Indonesia Jadi Pusat Ekonomi Syariah Global
JAKARTA – Keinginan untuk mewujudkan Indonesia sebagai sentra ekonomi syariah global masih menghadapi berbagai tantangan. Rendahnya literasi keuangan syariah serta minimnya ketersediaan layanan produk keuangan syariah menjadi kendala utama. Hasil survei yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Survei Nasional Literasi Keuangan melaporkan bahwa pada tahun 2019, literasi keuangan nasional sebesar 38,03%. Adapun literasi […]
Industri
JAKARTA – Keinginan untuk mewujudkan Indonesia sebagai sentra ekonomi syariah global masih menghadapi berbagai tantangan. Rendahnya literasi keuangan syariah serta minimnya ketersediaan layanan produk keuangan syariah menjadi kendala utama.
Hasil survei yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Survei Nasional Literasi Keuangan melaporkan bahwa pada tahun 2019, literasi keuangan nasional sebesar 38,03%. Adapun literasi keuangan konvensional sebesar 37,72%, sedangkan literasi keuangan syariah hanya berada di angka 8,93%.
Dalam hal ini, pemerintah melalui Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) meluncurkan Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019-2024 sebagai langkah mempercepat pertumbuhan aset keuangan syariah di Indonesia, salah satunya melalui penguatan ekonomi digital.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Salah satu perusahaan financial technology LinkAja merespons melalui peluncuran Layanan Syariah LinkAja sebagai uang elektronik berbasis syariah pertama di Indonesia.
Direktur Utama LinkAja Haryati Lawidjaja mengatakan, layanan tersebut hadir untuk memenuhi kebutuhan harian masyarakat sekaligus akselerator ekonomi syariah di Indonesia.
“LinkAja turut mendukung pemerintah untuk mempercepat inklusi keuangan syariah di Indonesia,” ujarnya dalam siaran tertulis yang diterima TrenAsia.com, Selasa, 25 Agustus 2020.
Pihaknya mengaku berkomitmen untuk terus membangun dan mengembangkan ekosistem syariah di Indonesia dengan memberikan edukasi berkelanjutan. Melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, ia optimistis dapat mendorong terwujudnya inklusi keuangan syariah di Indonesia.
Optimisme mengenai pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia, katanya terbilang tinggi. Indonesia dinilai mempunyai konsumen besar produk halal dan pasar sentra ekonomi syariah global. Potensi dampak ekonomi industri halal terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional bahkan diperkirakan menyentuh angka US$3,6 miliar.
Mendorong Permintaan
Menurut Haryati, pengembangan literasi gaya hidup halal berpotensi mendorong peningkatan permintaan domestik atas produk barang dan jasa halal, memotivasi ekspansi produksi barang dan jasa halal, dan mendorong peningkatan kinerja atau sumber daya manusia ekonomi syariah.
Direktur Eksekutif Manajemen Eksekutif KNEKS Ventje Rahardjo pun berharap, layanan syariah LinkAja dapat berkolaborasi dengan seluruh stakeholders di dalam ekosistem ekonomi dan keuangan syariah untuk meningkatkan literasi keuangan syariah bagi masyarakat.
Hal ini termasuk perluasan jaringan layanan untuk mendukung sektor industri halal, kemudahan pengelolaan zakat, infaq, shadaqah, wakaf (ZISWAF), serta kolaborasi di bidang riset dan inovasi.
“Hadirnya layanan syariah LinkAja sebagai uang elektronik syariah pertama di Indonesia dapat memperkuat ekonomi digital syariah,” ujarnya.
Nantinya, diharapkan pada tahun 2022 sudah terbentuk ekosistem keuangan syariah berbasis digital yang kuat dan terintegrasi.