neptune.jpg
Tekno

2 Kali Hancurkan S-400 Rusia, Neptune Jadi Momok Baru Perang Ukraina

  • Ini adalah yang kedua Ukraina menghancurkan sistem pertahanan mahal itu dengan taktik yang sama.
Tekno
Amirudin Zuhri

Amirudin Zuhri

Author

KYIV- Ukraina pada 14 September 2023 pagi, kembali menyerang wilayah Krimea dan menonaktifkan sistem pertahanan udara S-300. Dan ada beberapa hal menarik dari serangan tersebut.

Serangan terjadi sehari setelah Ukraina menyerang galangan kapal Sevastovol.  Serangan terjadi di wilayah Yevpatoriya Krimea. Ukraina mengklaim yang dihancurkan adalah sistem pertahanan udara S-400.

Saluran telegram Rybar Rusia mengatakan ini adalah yang kedua Ukraina menghancurkan sistem pertahanan mahal itu dengan taktik yang sama.

Dalam serangan 14 September Ukraina mengawali serangan dengan 11 drone tipe pesawat. Mereka  diluncurkan dari sekitar Odessa. Tidak jelas jenis drone yang digunakan. Tetapi menurut Rybar  ini untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama Ukraina tidak menggunakan drone Mugin yang selama ini biasa digunakan Ukraina.

Drone tersebut ditembak jatuh oleh pasukan pertahanan udara sekitar pukul 5.30 pagi di atas Yevpatoriya. “Penembakan ini membuat posisi S-300 terekspos.  Ketika posisi  S-300 diidentifikasi,  Neptune ditembakkan,” tulis Rybar. 

Ukraina menurut Rybar menunggu hingga amunisi S-300 habis  sebelum meluncurkan serangan intinya. Sekitar pukul 05.50  Ukraina menyerang  dengan dua rudal anti-kapal R-360 Neptune. Akibatnya sistem pertahanan seharga sekitar US$1,2 miliar atau sekitar Rp18 triliun (kurs Rp15.200)  itu terkena serangan. 

Rybar menyebut sistem peluncur S-300 yang dihantam rudal. Artinya serangan ini tidak mematikan baterai. Sementara Ukraina mengatakan serangan menghatam radar S-400 hingga membuat seluruh sistem tidak bisa bekerja. 

Apakah yang diserang S-300 atau S-400 atau apa yang terkena adalah bahan perdebatan tanpa ujung. Yang jelas taktik yang digunakan Ukraina ini hampir sama dengan serangan  sebelumnya. Sebuah sistem pertahanan udara S-300 atau S-400 juga diledakkan di wilayah Krimea. Lagi-lagi diawali dengan segerombolan drone dan kemudian diakhiri dengan Neptune.

Ada beberapa hal menarik yang bisa dibaca dari kejadian tersebut. Yang pertama, Ukraina tampaknya telah menemukan cara untuk melawan sistem pertahanan udara canggih tersebut. Sebaliknya Rusia belum menemukan cara untuk melawan taktik tersebut. Rusia harus segera beradaptasi dengan strategi yang dikembangkan Ukraina.

Pertanyaan yang muncul adalah darimana Ukraina mendapatkan lokasi S-300 atau S-400 untuk diserang? Ada beberapa kemungkinan. Bisa dari aset intelijen darat Ukraina. Atau juga dari kecerobohan orang Rusia sendiri. Ini mengingat beberapa waktu sebelumnya seorang turis Rusia dengan bebas mengunggah foto  S-300  di Yevpatoriya. Foto dengan geolokasi itu bisa menjadi sumber awal keberadaan S-300.

Hampir pasti intelijen  satelit juga berperan. Dan kemungkinan Amerika berperan memberikan informasi target. Tetapi bahkan tanpa Amerika, citra satelit swasta pun dengan jelas bisa menangkap aktivitas di Yevpatoriya. Citra satelit beberapa hari sebelumnya menunjukkan dengan rinci posisi batalyon S-300 di pangkalan tersebut. 

Hal lain yang perlu dicemati, jika mengacu keterangan Rybar S-300 atau S-400 yang diserang bekerja secara mandiri. Artinya mereka tidak bekerja dalam jaringan dengan sistem pertahanan udara yang lebih rendah seperti Buk-M1 atau Pantsir S1.  

Rybar mengatakan S-300 merespons langsung serangan drone. Ini sebenarnya terlalu berlebihan mengingat tugas itu bisa diserahkan pada Pantsir atau Buk. Tetapi sepertinya hal itu tidak dilakukan hingga S-300 harus menjatuhkan sendiri drone yang datang. Tidak hanya mengekspos posisinya, ini juga menguras amunisi.  Tidak diketahui kenapa Pantsir dan Buk tidak bekerja. 

Rudal Neptune

Hal menarik lainnya, Neptune menjadi rudal yang membuktikan dirinya cukup efektif. Bahkan setelah dikonversi dari rudal anti kapal menjadi rudal serangan darat. Rudal buatan Ukraina ini telah mencetak sejumlah hasil penting. Selain menghancurkan dua sistem pertahanan udara andalan Rusia, Neptune diyakini juga menjadi senjata yang menenggelamkan penjelajah Moskva. Kapal utama armada laut hitam dan salah satu kapal terkuat di dunia.

Rusia tentu saja tidak bisa meremehkan rudal ini. Senjata ini bisa digunakan Ukraina untuk menyerang jauh ke wilayah Rusia. Untuk melakukan ini Ukraina tidak boleh menggunakan senjata bantuan sekutu. Mereka telah mengkonversi rudal pertahanan udara S-200 untuk melakukan misi tersebut. Dan kali ini Neptune akan menambah kemampuan tersebut.

R-360 Neptune merupakan versi Ukraina dari Kh-35U Rusia. Ini menjadikan keduanya memiliki banyak kemiripan. Yang membedakan Neptune memiliki bodi lebih panjang dengan bahan bakar lebih banyak, booster lebih besar, dan beberapa modifikasi lainnya.  Varsi anti kapal memiliki jangkauan 250 km. Tidak diketahui berapa jangkauan untuk yang dikonversi menjadi rudal serangan darat.

Neptune pertama kali dimunculkan ke publik tahun 2013 dan pengembangan selesai pada 2019. Sementara produksi  dilakukan pada 2021. Militer Ukraina awalnya berencana memperoleh total 54 hingga 90 kendaraan peluncur Neptune lengkap dengan rudal. Namun invasi Rusia pada tahun 2022 mengubah rencana ini.  Tidak jelas berapa rudal yang sudah bisa dibangun. Tetapi kemungkinan tidak dalam jumlah besar.