Hebat! Bos Prodia dan Doku Jadi 2 Perempuan RI Masuk Daftar Forbes Asia’s Power Businesswomen 2020
Presiden Direktur Prodia Widyahusada, Dewi Muliaty, dan pendiri Doku, Nabilah Alsagoff, masuk daftar Forbes Asia’s Power Businesswomen 2020.
Gaya Hidup
JAKARTA – Dua dari 25 perempuan yang meraih predikat Asia’s Power Businesswomen 2020 versi Forbes berasal dari Indonesia.
Mereka adalah Presiden Direktur Prodia Widyahusada, Dewi Muliaty, dan pendiri Doku, Nabilah Alsagoff.
Daftar Asia’s Power Businesswomen 2020 dari Forbes berisi perempuan pebisnis dari pelbagai industri, mulai bioteknologi, teknologi finansial, edtech, ritel, logistik, hingga hukum.
“Kesamaan yang dimiliki para wanita ini adalah kepemimpinan yang tangguh dan visi untuk beradaptasi terhadap normal baru serta melihat peluang di mana orang lain melihatnya sebagai tantangan,” tulis Forbes.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Berikut profil dua perempuan pebisnis dari Indonesia yang masuk daftar Asia’s Power Businesswomen 2020 versi Forbes.
Dewi Muliaty
Setelah meraih lisensi apoteker, Dewi bekerja sebagai asisten manager di laboratorium klinik Prodia milik profesornya, Andi Wijaya, pada 1988. Dua dekade kemudian, dia duduk sebagai presiden direktur.
Dalam tampuk kepemimpinannya, dia melakukan ekspansi nasional hingga jumlah klinik Prodia mencapai 285 saat ini, meningkat dari tahun 2010 sebanyak 107.
Dewi juga meningkatkan pengujian untuk gangguan autoimun dan penyakit lain yang berkontribusi hampir seperlima dari pendapatan tahun lalu.
Setelah permintaan menurun yang mengakibatkan penjualan paruh pertama turun 18% menjadi Rp657 miliar, Dewi beralih menawarkan pengujian COVID-19 yang cepat. Pengujian dapat dilakukan lewat lantatur (drive-through), klinik atau rumah, dengan hasil dikirim via online.
Nabilah Alsagoff
Nabilah bersama dua kawannya mendirikan Nusa Satu Inti Artha yang biasa dikenal dengan merek dompet digital Doku. Pendirian perusahaan itu bermula pada 2005 saat Nabilah mendapati banyak bank lokal tidak bisa memproses pembayaran online.
Doku memelopori transaksi non-tunai di Indonesia, melompati bank-bank domestik untuk menawarkan layanan e-wallet. Pada 2016, Grup Elang Mahkota Teknologi milik konglomerat Eddy Kusnadi Sariaatmadja membeli mayoritas saham di Nusa Satu Inti Artha. Nabilah tetap menjadi chief operating officer Doku.
Tahun lalu, Doku menangani pembayaran Rp63 triliun, 50% lebih tinggi dari 2018 dan menjadikannya sebagai layanan pembayaran elektronik terkemuka di Indonesia.
Transaksi melonjak di saat pandemi COVID-19 dan Doku berkembang sebagai konsultan untuk membantu lebih banyak bisnis bertransaksi secara online.