2019: Impor Beras Takkan Lampaui 1 Juta Ton
Indonesia akan mengurangi impor beras pada tahun depan. Impor beras tidak akan melampaui 1 juta ton, lebih rendah dari tahun ini. Prediksi ini dikarenakan potensi kenaikan gabah di dalam negeri.
Nasional & Dunia
JAKARTA– Indonesia akan mengurangi impor beras pada tahun depan. Impor beras tidak akan melampaui 1 juta ton, lebih rendah dari tahun ini. Prediksi ini dikarenakan potensi kenaikan gabah di dalam negeri.
Ketua Umum Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) Dwi Andreas Santosa mengatakan, produksi gabah nasional akan mencapai hingga 58 juta ton.
Produksi itu naik dari produksi tahun ini yang mencapai 56 juta ton. Siklus produksi gabah nasional biasanya mengalami pembalikan setelah turun selama 2 tahun belakangan.
“Dengan demikian, kami optimistis impor beras akan kurang dari 1 juta ton pada tahun depan. Dengan catatan pula, kondisi alam tidak mengalami perubahan signifikan,” katanya, seperti dikutip dari Bisnis.com, Senin (10/12/2018).
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Dia meminta pemerintah kebijakan soal impor beras tidak dikeluarkan pada saat panen raya yang beralngsung pada Maret hingga April mendatang.
Panen Raya
Tidak seperti tahun ini misalnya, persetujuan impor tahap I dan tahap II dikeluarkan hampir bersamaan dengan panen raya, yaitu pada Ferbuari dan Mei 2018.
Masing-masing jumlah impor tersebut mencapai 500.000 ton. Kemudian, izin impor tahap III dikeluarkan pada Juli 2018. Total impor yang dikeluarkan pemerintah mencapai 1,8 juta ton.
Namun, pakar pertanian dan pangan dari Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) Husein Sawit menilai bahwa kebijakan mpor yang dilakukan pemerintah tahun ini sudah tepat. Kebijakan tersebut juga diperkuat oleh rilis terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) terkait dengan produksi beras nasional yang diprediksi defisit pada kuartal IV/2018.
Dia melanjutkan, dengan adanya perkiraan produksi gabah nasional pada tahun depan yang belum maksimal, maka pemerintah harus memperhitungkan waktu pengadaan beras yang tepat yaitu pada akhir tahun ini.
“Dengan asumsi impor dilakukan setelah panen raya, supaya bisa menanggulangi kebutuhan akhir tahun setelah panen gadu, yang biasanya memang produksinya tidak terlalu tinggi,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras Indonesia (Perpadi) Sutarto Alimoeso memprediksi apabila produksi gabah tahun depan bisa menembus 60 juta ton jika tidak ada gangguan alam.
“Tetapi itu dengan catatan alam mendukung, dengan asumsi luas lahan nasional 12 juta hektare tidak ada yang mengalami gangguan. Kami mendengar kabar ada potensi terjadi El Nino tahun depan, tetapi sejauh ini kami belum mendapat laporan gangguan alam itu dari instansi resmi, sehingga kami optimistis produksi paling tidak mencapai 58 juta ton tahun depan,” jelasnya. ***(Nasser Panggabean)