Gedung Bank Mayapada di kawasan Jalan Sudirman, Jakarta.
Rekomendasi

2021-2022, Pemodal Asal Taiwan Terus Pangkas Saham Mayapada Seiring Kinerja yang Menurun

  • Pemodal yang dimaksud dalam hal ini adalah JPMCB Na Re-Cathay Life Insurance Co Ltd, perusahaan asuransi yang berbasis di Taipei, Taiwan.

Rekomendasi

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Dalam rentang waktu pada tahun 2021 hingga 2022, pemodal asal Taiwan terus memangkas kepemilikan saham di  PT Bank Mayapada Internasional Tbk (MAYA) seiring dengan kinerja keuangan yang terus menurun.

Pemodal yang dimaksud dalam hal ini adalah JPMCB Na Re-Cathay Life Insurance Co Ltd, perusahaan asuransi yang berbasis di Taipei, Taiwan.

Mengutip laporan bulanan registrasi pemegang efek yang dirilis melalui keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), JPMCB Na Re-Cathay Life Insurance Co Ltd sudah terhitung memangkas kepemilikannya di Mayapada sebanyak 15 kali.

JPMCB Na Re-Cathay Life Insurance Co Ltd sendiri pada awal tahun 2021 menguasai 2.550.766.676 lembar saham MAYA atau setara dengan 37,33% kepemilikan. 

Per 31 Maret 2021, kepemilikan JPMCB Na Re-Cathay Life Insurance Co Ltd berkurang dari yang tadinya 37,33% menjadi 21,56%.

Kemudian, per-30 April 2021, kepemilikan JPMCB Na Re-Cathay Life Insurance Co Ltd berkurang lagi menjadi 21,54%, dan per-31 Mei 2021 menjadi 21,52%.

Pada 31 Juli 2021, kepemilikan JPMCB Na Re-Cathay Life Insurance Co Ltd di Mayapada terpantau berkurang lagi menjadi 21,41%, dan menjadi 21,13% per-31 Agustus 2021.

Selanjutnya, pada laporan bulanan registrasi pemegang efek yang dirilis pada 30 September 2021, JPMCB Na Re-Cathay Life Insurance Co Ltd memiliki 20,77% kepemilikan, dan berkurang lagi menjadi 20,39% pada 31 Oktober 2021.

30 November 2021, kepemilikan JPMCB Na Re-Cathay Life Insurance Co Ltd menjadi 20,27%, dan berkurang lagi ke angka 20,2% pada 31 Desember 2021.

Pemangkasan kepemilikan JPMCB Na Re-Cathay Life Insurance Co Ltd di Mayapada terus berlanjut hingga tahun 2022, yang mana pada 31 Januari 2022, kepemilikan JPMCB Na Re-Cathay Life Insurance Co Ltd berkurang lagi menjadi 20,12%.

Selanjutnya, per-28 Februari 2022, kepemilikan JPMCB Na Re-Cathay Life Insurance Co Ltd menjadi 20%, dan per-31 Maret 2022, porsi tersebut berkurang lagi menjadi 20%.

Pada laporan 30 September 2022, persentase kepemilikan berkurang lagi menjadi 19,98% dan menyusut lagi menjadi 19,95% per-31 Oktober 2022. Terakhir, JPMCB Na Re-Cathay Life Insurance Co Ltd tercatat memangkas kepemilikannya menjadi 19,38% pada laporan 30 November 2022.

Dalam kanal keterbukaan informasi di situs resmi BEI, Mayapada tidak pernah mencantumkan informasi mengenai transaksi lego saham yang dilakukan oleh JPMCB Na Re-Cathay Life Insurance Co Ltd sehingga tidak diketahui berapa besaran nilai transaksi dari setiap pemangkasan kepemilikan yang dipaparkan di atas.

Penurunan kepemilikan tersebut terjadi seiring dengan kinerja keuangan Mayapada yang terus menurun, setidaknya sejak 2020 hingga 2022.

Pada tahun 2020 yang bertepatan dengan awal pandemi di dalam negeri, pendapatan Mayapada merosot hingga 40,4% yoy. Namun, pendapatan perseroan kembali tumbuh 19,08% pada 2021 dan meningkat lagi 22,01% pada tahun 2022.

Namun, laba bersih yang dicetak bank milik konglomerat Dato Sri Tahir ini terus mengalami penyusutan selama tiga tahun terakhir.

Pada laporan keuangan tahun 2022, Bank Mayapada mencatatkan laba bersih sebesar Rp25,99 miliar, turun dibandingkan tahun 2021 sebesar Rp44,12 miliar. Pada tahun 2020, laba bersih Bank Mayapada jauh lebih besar lagi, mencapai senilai Rp64,16 miliar. Artinya dalam tiga tahun laba bersih bank ini sudah turun sekitar 60%.

Sementara itu, sejumlah indikator fundamental Bank Mayapada selama periode tiga tahun ini mengalami pertumbuhan luar biasa. Misalnya, dana pihak ketiga (DPK) yang mana pada tahun 2020 baru sebesar Rp72,35 triliun, pada tahun berikutnya melonjak menjadi Rp98,72 triliun, dan berada di angka Rp103,81 triliun per 31 Desember 2022.

Dari data tersebut tercatat bahwa selama periode 2020-2022, simpanan nasabah di Bank Mayapada bertambah sebesar Rp31,45 triliun. Mayoritas simpanan pada tahun 2022 itu sekitar Rp100,81 triliun adalah deposito berjangka.  

Sejalan dengan peningkatan simpanan, pada tahun 2022 kredit yang disalurkan Bank Mayapada  melonjak hingga Rp94,52 triliun, naik daripada tahun 2021 sebesar Rp70,91 triliun. Yang menarik, selama fase pandemi COVID-19 kredit yang disalurkan oleh Bank Mayapada justru mengalir deras.

Ini bisa dilihat dari perbandingan kredit tahun 2020 yaitu sebesar Rp56,29 triliun, dengan kredit tahun 2022 senilai Rp94,52 triliun. Berarti selama masa pandemi tiga tahun itu, di mana ekonomi nasional sedang mengalami tekanan hebat, Bank Mayapada justru menggelontorkan tambahan kreditnya sebesar Rp38,23 triliun.

Kinerja Keuangan 

Laporan keuangan Bank Mayapada juga mengungkap sebuah fakta menarik lainnya. Sepanjang tahun 2022, arus kas dari aktivitas operasi bank ini masih mengalami negatif Rp953,81 miliar, turun dibandingkan tahun sebelumnya yang juga minus Rp2,82 triliun.

Secara bisnis, kinerja Bank Mayapada banyak tertekan oleh beban bunga dan biaya operasional lainnya. Pada tahun 2022, dengan pendapatan bunga senilai Rp7,71 triliun, bank harus membayar bunga sebesar Rp5,89 triliun. Adapun beban operasional lainnya mencapai Rp1,89 triliun. Tingginya beban operasional lainnya ini tidak sebanding dengan pendapatan operasional lainnya yang hanya Rp80,69 miliar.

Inilah yang kemudian membuat bank dengan aset produktif mencapai Rp118,30 triliun tersebut menutup tahun 2022 dengan laba “hanya” Rp25,99 miliar atau 0,00019% dari total aset.