2025 Masih Dipenuhi Ketidakpastian Ekonomi, Asuransi Jadi Bantalan Finansial
- Konflik geopolitik, pemulihan ekonomi yang lambat di beberapa negara besar, dan utang besar yang membelenggu negara-negara berpenghasilan rendah menjadi beberapa tantangan utama. Selain itu, situasi pasca Pemilu AS juga turut memengaruhi arah kebijakan ekonomi global.
IKNB
JAKARTA – Sepanjang tahun 2024, sektor ekonomi global dan domestik menunjukkan dinamika yang cukup signifikan. Meski demikian, tantangan ketidakpastian diprediksi masih akan terus membayangi pada tahun 2025.
Menyikapi hal tersebut, Allianz Indonesia menggelar diskusi media bertajuk “Economy Outlook 2025: How Insurance & Media Industry Navigate the Uncertainty” di Jakarta, Rabu, 11 Desember 2024. Acara ini bertujuan memberikan edukasi kepada masyarakat agar lebih siap menghadapi berbagai kondisi ekonomi di tahun mendatang.
Diskusi ini menghadirkan sejumlah pengamat ekonomi dan perwakilan media yang berbagi pandangan terkait proyeksi ekonomi global dan nasional. Selain itu, dibahas pula peran strategis industri asuransi dan media dalam mendukung masyarakat menghadapi ketidakpastian ekonomi.
- Daftar Panjang Presiden Korea Selatan yang Kontroversial
- Jenis Motor dan Mobil yang Kena PPN 12 Persen Kategori Barang Mewah
- Kemenko Perekonomian: Rencana Kemasan Rokok Polos Ganggu Perekonomian Nasional
Upaya Allianz Indonesia dalam Mendukung Keamanan Finansial
Alexander Grenz, Country Manager & President Director Allianz Life Indonesia, dalam pidato pembukanya menegaskan bahwa Allianz memiliki komitmen kuat untuk mendukung masyarakat Indonesia.
"Di tengah ketidakpastian ekonomi 2025, Allianz tetap berkomitmen untuk memastikan masa depan yang lebih baik bagi masyarakat. Kami membantu individu dan keluarga mencapai keamanan finansial melalui berbagai solusi perlindungan, seperti asuransi jiwa, kesehatan, syariah, hingga asuransi umum," ujarnya saat membuka acara.
Grenz juga menyoroti pentingnya literasi keuangan dan asuransi sebagai faktor utama dalam meningkatkan kesadaran masyarakat.
"Kami secara rutin mengadakan program literasi keuangan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik. Selain itu, kami percaya kolaborasi yang erat antara Allianz dan media akan semakin memperluas jangkauan edukasi ini ke masyarakat luas," tambahnya.
Tantangan Ketidakpastian Ekonomi Global
Dalam diskusi tersebut, Poltak Hotradero, Business Development Advisor Bursa Efek Indonesia, memaparkan bahwa pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2024 mencapai 3,2%. Capaian ini didorong oleh menurunnya inflasi tanpa adanya resesi global, yang dianggap sebagai salah satu pencapaian positif.
Namun, kondisi global saat ini tetap diwarnai ketidakpastian. Konflik geopolitik, pemulihan ekonomi yang lambat di beberapa negara besar, dan utang besar yang membelenggu negara-negara berpenghasilan rendah menjadi beberapa tantangan utama. Selain itu, situasi pasca Pemilu AS juga turut memengaruhi arah kebijakan ekonomi global.
Poltak memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2025 akan stagnan di angka 3,2%. "Kita sedang berada dalam fase soft landing, di mana bank sentral menaikkan suku bunga secara hati-hati untuk mengendalikan inflasi tanpa memicu resesi yang parah," jelasnya.
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Sementara itu, kondisi ekonomi nasional juga diperkirakan menghadapi ketidakpastian, terutama akibat dampak ekonomi global dan kebijakan pemerintahan baru. Meski demikian, hingga kuartal III 2024, perekonomian Indonesia menunjukkan pertumbuhan sebesar 4,95% (yoy), meski mengalami perlambatan dibanding kuartal sebelumnya yang mencapai 5,05% (yoy).
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi di kuartal III dipengaruhi oleh sejumlah aktivitas musiman, seperti Pemilu, Ramadan, Idulfitri, hingga liburan sekolah. "Namun, pada kuartal IV, momen Natal dan Tahun Baru diperkirakan tidak akan membawa kenaikan yang signifikan," kata Poltak.
Ia juga menyoroti berbagai tantangan yang berdampak pada masyarakat, seperti kenaikan harga bahan pokok, BBM, gas elpiji, hingga isu kenaikan tarif BPJS. "Tantangan ini membuat masyarakat cenderung menahan pengeluaran, yang pada akhirnya memengaruhi daya beli secara keseluruhan," ungkapnya.
Dampak pada Sektor Manufaktur dan Tenaga Kerja
Kondisi ekonomi yang lesu turut tercermin dari penurunan Purchasing Managers Index (PMI) sektor manufaktur Indonesia ke level 49,7 pada Juli 2024. Angka ini menjadi yang terendah sejak Agustus 2021, menandakan perlambatan aktivitas industri. Selain itu, gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) juga meningkat akibat lemahnya daya beli masyarakat.
"Dampak paling besar dirasakan oleh kelompok kelas menengah, yang sebenarnya memiliki peran penting dalam menjaga daya tahan ekonomi nasional," jelas Poltak. Ia menambahkan bahwa sektor ini membutuhkan perhatian lebih agar dapat bangkit kembali.
- PusatFilm 21 Ilegal, ini 5 Rekomendasi Situs Nonton Film yang Aman
- Saham BBRI Tertekan 23 Persen, Masih Menarik untuk Investasi Jangka Panjang?
- Menguat 14,25 Poin LQ45 Hari Ini 04 Desember 2024 Ditutup di 883,59
Tips Menghadapi Ketidakpastian Ekonomi
Sebagai penutup, Poltak memberikan saran kepada masyarakat untuk menjaga stabilitas finansial di tengah tantangan ekonomi. Ia merekomendasikan untuk selalu:
1. Mengelola arus kas dengan baik agar tetap sehat.
2. Menghindari penumpukan utang.
3. Menyiapkan dana darurat dan aset likuid yang memadai.
4. Melakukan investasi meskipun kondisi ekonomi sulit.
5. Memiliki proteksi yang tepat, baik melalui BPJS maupun asuransi swasta.
Menurut Poltak, langkah-langkah ini dapat membantu masyarakat lebih siap menghadapi ketidakpastian ekonomi di tahun 2025.