<p>Ilustrasi perlindungan  kebocoran data dari peretasan. / Pixabay</p>

296 Juta Percobaan Serangan Siber Terjadi di Indonesia

  • JAKARTA-Ancaman serangan siber sudah menjadi isu utama dalam penggunaan internet di berbagai belahan dunia. Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Hinsa Siburian mengatakan, serangan siber menjadi ancaman yang paling nyata. Pada pertengahan Mei lalu, situs e-commerce Tokopedia dan Bhinneka.com dilaporkan mengalami kebocoran data para penggunanya. Beragam upaya pun telah ditempuh kedua perusahaan tersebut, salah satunya memberikan imbauan kepada […]

Khoirul Anam

Khoirul Anam

Author

JAKARTA-Ancaman serangan siber sudah menjadi isu utama dalam penggunaan internet di berbagai belahan dunia. Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Hinsa Siburian mengatakan, serangan siber menjadi ancaman yang paling nyata.

Pada pertengahan Mei lalu, situs e-commerce Tokopedia dan Bhinneka.com dilaporkan mengalami kebocoran data para penggunanya.

Beragam upaya pun telah ditempuh kedua perusahaan tersebut, salah satunya memberikan imbauan kepada seluruh pihak yang berada dalam ekosistemnya masing-masing.

Sementara itu, data dari laporan serangan siber tahun 2019 yang dikeluarkan oleh Pusat Operasi Keamanan Siber Nasional BSSN mencatat, lebih dari 296 juta percobaan serangan siber ke Indonesia.

Berdasarkan metoda serangannya, jenis serangan yang terbesar adalah percobaan pembocoran informasi dengan jumlah 158 juta serangan. Kemudianm diikuti oleh trojan-activity melalui penyebaran malware di dalam jaringan yang mencapai 120 juta serangan.

“Generasi peperangan telah sampai pada perang generasi kelima. Peperangan yang dulunya bersifat fisik sudah mengalami perubahan. Dari dari waktu ke waktu seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,” kata dia. Seperti dikutip dari laman BSSN, Jumat, 19 Juni 2020.

Murah dan Efisien

Dia menambahkan, perang yang demikian dinilai lebih efisien dan relatif murah dibandingkan dengan bentuk-bentuk perang generasi sebelumnya.

“Perang informasi menggunakan teknologi informasi dan komunikasi yang bersifat nonfisik. Akan tetapi, langsung menyerang infrastruktur kritis dan center of gravity,” dia menambahkan.

Hinsa menyatakan BSSN merupakan lembaga negara yang disiapkan untuk menjadi badan koordinasi tertinggi pemegang komando pada domain siber.

Sekaligus yang bertanggung jawab sebagai penopang utama keamanan ruang siber bagi instrumen kekuatan nasional. Antara lain meliputi, militer, intelijen, diplomasi, penegakan hukum, informasi, finansial dan ekonomi.

Dalam kesempatan yang lain, Hinsa menegaskan, pihaknya akan membantu penyusunan standar keamanan dan pembentukan. Kemudian implementasi tata kelola keamanan siber ekonomi digital.

Namun, Hinsa juga menekankan bahwa BSSN membutuhkan kerja sama dan keterbukaan dari berbagai pihak. Terutama dari seluruh pelaku ekonomi digital sehingga dapat timbul kesepahaman dan kepercayaan.

Sebelumnya, BSSN memberikan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM) para pegawai BSSN. Pelatihan daring keamanan siber ini diselenggarakan sebanyak tiga kali. Pada 15 Juni lalu dan 22 Juni dengan topik Network Security Basis, serta 29 Juni dengan membawakan tema Web Security Protection.