<p>Ilustrasi pinjaman luar negeri. / Pixabay</p>
Industri

3 Bank BUMN Keruk Utang Total Rp96 Triliun

  • Ketiga anggota Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) tersebut adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.

Industri
Sukirno

Sukirno

Author

Tiga Bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) meraih utang dari dalam dan luar negeri dengan total Rp96 triliun demi ekspansi kredit saat pandemi COVID-19.

Ketiga anggota Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) tersebut adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Penerbitan surat utang itu dilakukan saat adanya wacana anchor bank yang tengah mengemuka.

Belum lama ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) akan menunjuk beberapa bank Himbara menjadi bank penyangga likuiditas kepada bank lainnya yang mengalami kesulitan.

Bank penyangga likuiditas atau bank jangkar (bank anchor) merupakan perantara likuiditas dengan bank lainnya. Nantinya, bank yang ditunjuk sebagai bank jangkar akan memperoleh dana dari pemerintah, dari hasil lelang Surat Berharga Negara (SBN) yang dibeli Bank Indonesia (BI), dan akan menyalurkan ke bank lainnya yang dinilai ‘seret’ likuiditas.

1. BNI Rp31 Triliun

Emiten pelat merah bersandi saham BBNI menerbitkan surat utang dalam bentuk rupiah dan euro dengan nilai total Rp31 triliun.

Sekretaris Perusahaan BNI Meiliana mengatakan perseroan telah menerbitkan sertifikat deposito tanpa warkat atau negotiable certificate of deposit (NCD) I BNI Tahun 2020 pada Selasa, 12 Mei 2020.

“Perseroan telah menerbitkan NCD dalam mata uang rupiah dengan total nilai emisi Rp1,39 triliun,” kata dia dalam surat laporan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang dirilis di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Rabu, 13 Mei 2020.

NCD tersebut terbagi dalam empat seri, yakni seri A Rp400 miliar, seri B Rp580 miliar, seri C Rp50 miliar, dan seri D Rp360 miliar. Surat utang tersebut bertenor 3-12 bulan dengan kupon bunga 5,4%-5,8% per tahun.

NCD ini akan jatuh tempo paling cepat 10 Agustus 2020 dan paling lambat 7 Mei 2021. Bertindak selaku joint arrangers adalah PT BNI Sekuritas, PT Mandiri Sekuritas, PT Danareksa Sekuritas, dan PT BCA Sekuritas.

“Dana hasil penerbitan NCD ini setalh dikurangi biaya-biaya emisi seluruhnya akan dipergunakan perseroan untuk ekspansi kredit dalam rangka pengembangan bisnis,” kata dia.

BNI juga menerbitkan surat utang senilai US$2 miliar setara Rp30 triliun (kurs Rp15.000 per dolar AS) di Singapura. Perseroan membentuk program Euro Medium Term Notes (EMTN) dan pendaftaran di Bursa Efek Singapura pada Rabu, 6 Mei 2020.

2. Bank Mandiri Rp50 Triliun

Sesama bank pelat merah, Bank Mandiri juga merilis surat utang berdenominasi rupiah dan euro dengan total Rp50 triliun.

Emiten bersandi saham BMRI juga merilis surat utang serupa dengan BNI di bursa saham Singapura. Bank Mandiri merilis EMTN senilai total US$2 miliar setara Rp30 triliun dengan tahap pertama sudah diterbitkan US$750 juta.

Kali ini, Bank Mandiri menerbitkan EMTN tahap II senilai US$500 juta setara Rp7,5 triliun. Perseroan telah melakukan roadshow sejak 5 Mei 2020 untuk investor di luar Amerika Serikat.

“Penerbitan pertama di bawah program EMTN sebesar US$750 juta telah diselesaikan pada 11 April 2019,” kata Senior Vice President Corporate Secretary Group Bank Mandiri Rully Setiawan.

Saat bersamaan, emiten bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut juga merilis obligasi berdenominasi rupiah dengan nilai Rp20 triliun. Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) II ini akan diawali tahap I dengan nilai pokok Rp1 triliun.

Dari kedua emisi surat utang itu, Bank Mandiri akan mendapatkan dana senilai Rp8,5 triliun. Dana yang diperoleh dari penerbitan dua surat utang akan digunakan untuk mendukung rencana bisnis bank dalam jangka menengah dan panjang.

3. BRI Rp15 Triliun

Setali tiga uang, emiten pelat merah bersandi saham BBRI meraih komitmen pinjaman dari luar negeri senilai US$1 miliar setara Rp15 triliun.

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan pinjaman itu diperoleh dalam skema kredit sindikasi (club loan) dari 10 bank regional Asia, Eropa, dan Amerika. Dana itu akan digunakan untuk memperkuat struktur pendanaan ekspansi kredit BRI.

Menurut dia, pinjaman dari luar negeri ini menunjukkan kepercayaan investor asing terhadap BRI dan Indonesia masih tinggi di tengah ketidakpastian global. Hal itu juga menunjukkan bahwa Indonesia masih menjadi tujuan investasi menarik di dunia.

Pinjaman club loan ini terdapat tiga fasilitas yang diberikan. Fasilitas Tranche A senilai US$500 juta selama 1 tahun, Tranche B senilai US$200 juta selama 2 tahun, dan Tranche C senilai US$300 juta selama 5 tahun.

Pada 2018, BRI juta telah mengantongi pinjaman luar negeri dengan nilai US$700 juta. Sindikasi club loan tersebut dikucurkan oleh 13 kreditur terbagi atas tiga tranche yakni US$200 juta, US$235 juta, dan US$265 juta. (SKO)