3 Bulan Diskon PPN Properti, Pengembang Menengah Masih Terhimpit
Pemberian insentif pajak pertambahan nilai (PPN) untuk pembelian properti siap huni (ready stock) sudah berjalan tiga bulan sejak Maret. Meski begitu, pemberian insentif ini baru menguntungkan pengembang-pengembang besar saja.
Industri
JAKARTA – Pemberian insentif pajak pertambahan nilai (PPN) untuk pembelian properti siap huni (ready stock) sudah berjalan tiga bulan sejak Maret. Meski begitu, pemberian insentif ini baru menguntungkan pengembang-pengembang besar saja.
CEO Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda menyampaikan pengembang menengah dan kecil masih belum menerima efek dari kebijakan yang berlaku sampai Agustus ini. Menurutnya, pengembang menengah menjadi yang paling terpuruk.
“Pengembang menengah tidak punya ready stock. Dia gak bisa bangun karena berisiko untuk cashflow-nya,” ujarnya kepada TrenAsia.com, dikutip Rabu, 9 Juni 2021.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
Selama tahun lalu hingga tahun ini, Ali mengatakan pengembang menengah mengandalkan restrukturisasi dari bank. Menurutnya, hampir 60% pengembang menengah yang restrukturisasi pada tahun lalu berisiko kolaps jika restrukturisasi tidak diperpanjang.
Meski begitu, kondisi ini masih berisiko untuk pengembang-pengembang menengah karena masih tergantung kondisi pandemi. Jika kondisi ekonomi memburuk dan pembelian properti anjlok lagi, akan ada risiko kredit macet.
Maka dari itu, IPW dan Real Estate Indonesia (REI) sudah meminta insentif PPN tidak hanya diperpanjang hingga akhir tahun tetapi juga diberlakukan untuk rumah inden. Setidaknya, ada persyaratan minimal sudah ada fondasi hingga Desember 2021.
“Pondasi jangan sampai tidak ada juga, itu ‘kan bahaya. Kita juga mau membantu pengembang menengah yang memang bagus dengan inden pun bisa,” ujar Ali.
Permintaan ini pun sesuai dengan hasil riset IPW yang menunjukkan meski penjualan rumah meningkat 10,9% pada kuartal I-2021, tetapi penjualan rumah inden justru terkontraksi 4,9%. Sementara itu, penjualan properti ready stock meroket 661% meski diskon PPN hanya berlaku selama 1 bulan pada kuartal tersebut.
IPW melihat pola pasar properti masih belum menentu pada kuartal I-2021. Penjualan umah dengan rentang harga lebih dari Rp2 miliar meroket 238,5%. Ini membuat komposisi unit terjual pada rentang harga ini menjadi 4,6% dari kuartal sebelumnya 1,5%.
Komposisi penjualan ini adalah rumah di bawah Rp300 juta sebanyak 33% dari total penjualan. Lalu, rumah Rp301 juta-Rp500 juta sebanyak 22,5%, Rp501 juta-Rp1 miliar 27%, dan Rp1 miliar-Rp 2 miliar 13%