<p>Indonesia memiliki potensi sumber daya mencapai 23.965,5 Mega Watt (MW) dengan kapasitas terpasang sebesar 2.130 MW. Hal ini membuat Indonesia menempati urutan kedua sebagai negara dengan panas bumi terbesar di dunia.  / Kementerian ESDM</p>
Pasar Modal

3 Emiten Ini Siap Tadah Sentimen Positif Perdagangan Karbon

  • Emiten seperti PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) diproyeksi bakal banjir sentimen positif.

Pasar Modal

Yosi Winosa

JAKARTA - Sejumlah emiten diproyeksi mendulang untung menyusul perdagangan karbon yang telah diinisiasi pemerintah.

Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro mengatakan beberapa emiten berbisnis listrik dan energi baru terbarukan (EBT) bakal diuntungkan. Selain itu, emiten dengan produk mineral yang menjadi komponen bahan dasar mobil listrik juga bakal diuntungkan dari regulasi yang baru matang ini.

Emiten seperti PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) diproyeksi bakal banjir sentimen positif. 

“Mereka ada potensi diuntungkan dari regulasi baru yang sudah settle ini,” kata Komaidi kepada TrenAsia.com, Rabu 1 Maret 2023.

Benar saja, saham INCO terpantau pukul 14.15 WIB naik 50 poin dalam sepekan terakhir, tepatnya setelah pemerintah resmi memperdagangkan kredit karbon PLTU fase I pada PLTU batu bara yang terhubung ke jaringan tenaga listrik PT PLN (Persero) serta menetapkan batas emisi dan acuan tarif yang digunakan antar pembangkit.

Menurut Komaidi, kebijakan baru ini juga sekaligus menjadi penguat (movers) bagi indeks IDX ESG Leaders di pasar saham. Hal ini mengingat semakin banyaknya informasi terkait investasi hijau sehingga memudahkan investor dalam mencari portofolio yang sesuai dengan risk appetitenya.

Selain emiten sektor energi, emiten sektor perkebunan juga berpotensi diuntungkan karena nantinya mereka bisa memperdagangkan kredit karbon kepada emiten sektor batu bara atau bahan fosil lainnya untuk mengoffset emisi karbon mereka. Emiten berbisnis karet dan cokelat misalnya, sangat berpotensi untuk menerima dampak positif tidak langsung.

“Tapi apakah itu akan berdampak positif langsung ke kinerja saham mereka di pasar modal? Saya rasa dampaknya tidak langsung ya,” tambah Komaidi.

Hal ini mengingat juga ada faktor ekspektasi yang harus dikelola. Belajar dari pengalaman yang sudah-sudah, terkadang implementasi di lapangan tidaklah semanis atau tidaklah linear dengan regulasi mengingat bisnis transisi energi masih tergolong baru.

“Bukan sebagai lawannya ya, tapi yang eksisting sekarang ini kan sebagian besar masih fosil dan itu tidak mudah dari sisi kepentingan bisnis dan kepentingan ekonomi makro secara keseluruhan. Ada faktor daya beli, tingkat kemiskinan. Seiring waktu ini akan jadi titik keseimbangan baru di pasar,” pungkas Komaidi.