3 Faktor yang Mendorong Dekarbonisasi Indonesia Jadi Prioritas
- Dekarbonisasi merujuk pada langkah-langkah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, terutama karbon dioksida, yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil. Indonesia, dengan komitmen kuat untuk mencapai target Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2050, telah menunjukkan keseriusannya dalam mengurangi tingkat emisi gas rumah kaca.
Nasional
JAKARTA - Indonesia, sebagai salah satu negara dengan populasi besar dan pertumbuhan ekonomi yang pesat, memiliki peran sentral dalam perjuangan global untuk mengurangi emisi karbon.
Upaya dekarbonisasi bukan hanya menjadi kewajiban global, tetapi juga tindakan penting bagi setiap negara untuk menjaga keberlanjutan lingkungan, ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat.
Dekarbonisasi merujuk pada langkah-langkah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, terutama karbon dioksida, yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil. Indonesia, dengan komitmen kuat untuk mencapai target Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2050, telah menunjukkan keseriusannya dalam mengurangi tingkat emisi gas rumah kaca.
Dilansir dari Kemenperin.go.id, Kamis, 12 Oktober 2023, Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, telah menetapkan target NZE di sektor industri dengan percepatan 10 tahun lebih cepat dari target NZE nasional. Upaya ini akan memerlukan koordinasi yang baik dengan kementerian dan lembaga terkait.
Beberapa faktor mendasar membuat upaya dekarbonisasi menjadi prioritas bagi Indonesia. Pertama, permintaan pasar akan produk hijau terus meningkat seiring kesadaran konsumen akan gaya hidup berkelanjutan yang mengedepankan produk dengan jejak karbon rendah.
- Bantu Kurangi Emisi, Google Akan Gunakan AI pada Sistem Lalu Lintas Inggris
- Dua Tahun Perjalanan Blue Economy di Indonesia
- Terpilih jadi Anggota Dewan HAM PBB, Indonesia Perlu Jawab Kepercayaan
Kedua, Indonesia rentan terhadap perubahan iklim dan bencana terkait, yang dapat menyebabkan kerugian dalam sektor pertanian dan pasokan bahan baku industri.
Ketiga, regulasi negara-negara tujuan ekspor Indonesia semakin mewajibkan praktik berkelanjutan, seperti Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM) dan EU Deforestation Regulation (EUDR). Terakhir, dengan adanya pasar karbon nasional dan meningkatnya minat pasar modal dan investasi dalam aspek keberlanjutan, terutama dekarbonisasi, Indonesia memiliki peluang untuk berperan aktif dalam transformasi ke arah ekonomi rendah karbon.
Indonesia, dengan berbagai tantangan dan peluangnya, telah mengambil langkah konkret dalam upaya dekarbonisasi. Upaya ini bukan hanya merupakan kontribusi terhadap lingkungan global, tetapi juga untuk melindungi masa depan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di dalam negeri. Dengan kerjasama dan komitmen bersama, Indonesia mungkin akan menjadi salah satu pemimpin dalam transisi ke ekonomi berkelanjutan dan rendah karbon.