<p>Pembangkit listrik ramah lingkungan dari PLN / Dok. PLN</p>
Industri

3 PLTM Senilai Rp200 Miliar Bakal Beroperasi pada Maret 2024

  • JAKARTA – PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN membangun tiga Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro/Mikrohidro (PLTM) dengan total kapasitas 8,95 Mega Watt (MW) senilai Rp200 miliar. Ketiganya, yakni PLTM Batanghari di Sumatera Barat berkapasitas 5,1 Megawatt (MW), PLTM Titab kapasitas 1,27 MW di Bali, dan PLTM Pandanduti berkapasitas 0,58 MW di Nusa Tenggara Barat. Ditargetkan […]

Industri
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA – PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN membangun tiga Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro/Mikrohidro (PLTM) dengan total kapasitas 8,95 Mega Watt (MW) senilai Rp200 miliar.

Ketiganya, yakni PLTM Batanghari di Sumatera Barat berkapasitas 5,1 Megawatt (MW), PLTM Titab kapasitas 1,27 MW di Bali, dan PLTM Pandanduti berkapasitas 0,58 MW di Nusa Tenggara Barat.

Ditargetkan beroperasi pada Maret 2024, PLTM ini dianggap akan menghasilkan peningkatan bauran EBT sebesar 42 Giga Watt Hour (GWh) per tahun.

Executive Vice President Komunikasi Korporat dan CSR PLN Agung Murdifi mengatakan, PLTM ini memanfaatkan bendungan eksisting multifungsi milik Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

“Proyek ini menjadi upaya dalam peningkatan bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) nasional,” ungkapnya dalam keterangan resmi yang dikutip Senin, 21 Juni 2021.

Menurutnya, pemanfaatan bendungan eksisting ini bisa menurunkan biaya pokok penyediaan tenaga listrik di sistem PLN. Selain itu, bendungan multifungsi juga dapat dijadikan PLTA/PLTM/PLTMH yang dapat menambah kapasitas EBT.

Ke depan, lanjut Agung, terdapat kurang lebih 50 bendungan yang berpotensi untuk menjadi PLTA/PLTM/PLTMH.

“PLN juga memiliki program green booster, seperti program co-firing atau pemanfaatan biomassa sebagai pengganti batu bara untuk bahan bakar PLTU, termasuk konversi PLTD ke EBT,” terangnya.

Adapun upaya PLN dalam mengurangi ketergantungan pembangkit diesel, pihaknya memanfaatkan dedieselisasi. Ini dilakukan supaya Indonesia tidak terus mengimpor solar.

“PLN terus mendorong transisi energi tidak hanya untuk memenuhi target bauran EBT sebesar 23 persen pada 2025, tetapi juga untuk generasi yang akan datang,” ungkapnya.