<p>Ilustras  / Shutterstock</p>
Gaya Hidup

3 Tren Pertajam Masa Depan Industri Barang Konsumsi

  • JAKARTA – Industri barang konsumsi cepat berubah, mulai dari selera konsumen hingga mode. Maka itu, penting bagi perusahaan, apapun sektor industrinya, untuk tetap mengikuti tren pasar dan membuat penyesuaian untuk menjaga produk tetap terdepan dan terpusat di benak konsumen. Tahun 2020 telah menjadi tahun yang sangat dramatis dalam beberapa hal, termasuk juga dampaknya pada industri […]

Gaya Hidup
Gloria Natalia Dolorosa

Gloria Natalia Dolorosa

Author

JAKARTA – Industri barang konsumsi cepat berubah, mulai dari selera konsumen hingga mode.

Maka itu, penting bagi perusahaan, apapun sektor industrinya, untuk tetap mengikuti tren pasar dan membuat penyesuaian untuk menjaga produk tetap terdepan dan terpusat di benak konsumen.

Tahun 2020 telah menjadi tahun yang sangat dramatis dalam beberapa hal, termasuk juga dampaknya pada industri barang konsumsi. Dikutip dari Entrepreneur, jika Anda seorang investor atau pengusaha, berikut tiga tren yang harus diperhatikan saat Anda membentuk strategi bisnis ke depan.

Sensitivitas Harga

Laporan Deloitte baru-baru ini menunjukkan bahwa meskipun pemerintah di seluruh negara telah berupaya merangsang perusahaan dengan segala hal, salah satunya pemotongan pajak, situasi ekonomi tetap mengerikan bagi kebanyakan orang. Pemulihannya pun tidak secepat yang diharapkan.

Akibatnya, orang sekarang lebih sadar harga. Ini artinya, bisnis harus membuktikan bahwa nilai produk mereka dapat membuat orang membeli.

Dampak negatif pada barang mewah juga diperkuat oleh pembatasan perjalanan di seluruh negara.

Menurut laporan McKinsey, 20% sampai 30% pendapatan industri dihasilkan oleh konsumen yang membeli barang mewah di luar negara asalnya. Penjualan barang mewah tahun ini turun hingga 70% dibandingkan dengan 2019.

Yassine Lamari, CEO Gentleman’s Guru, mengatakan ada berbagai strategi terbuka bagi perusahaan yang menjual barang mewah. Namun, mendiskontokan harga secara agresif untuk meningkatkan penjualan mungkin akan kontra produktif dalam jangka panjang.

“Harga setelah diturunkan secara signifikan mungkin sulit untuk dinaikkan kembali. Pendekatan yang lebih baik adalah memacu upaya pemasaran untuk menampilkan nilai produk dan memastikan pelanggan agar paham bahwa harga yang lebih mahal sepadan dengan kualitas barang,” kata Lamari.

Beralih ke Digital

Pergeseran ke digital bukanlah fenomena baru-baru ini. Namun, pergeseran ini bergerak sangat cepat pada tahun ini karena kunjungan fisik ke toko berkurang.

Di Amerika Serikat, e-commerce kini senilai US$155 miliar, diperkirakan 6% dari total penjualan ritel. Di Inggris Raya, sepertiga orang dewasa menyatakan sekarang secara teratur berbelanja makanan secara online.

Hal yang sama juga terjadi di Jerman untuk pakaian jadi. Di China, pasar ritel online telah meningkat lebih dari dua kali lipat dalam tiga tahun terakhir.

Karena pembatasan telah dicabut secara bertahap, orang-orang masih enggan untuk berkumpul. Kemungkinan akan butuh waktu lama hingga lalu lintas ke toko kembali seperti semula.

Implikasi bagi bisnis di sektor produk konsumen adalah agar dapat bertahan, mereka perlu fokus pada aspek digital untuk mengakuisisi konsumen dengan cara mengoptimalkan pemasaran di media sosial.

Selain itu, perlu membuat proses pemesanan dan pengiriman berjalan selancar mungkin.

Keberlanjutan dan Kesadaran Kesehatan

Tingkat perhatian orang terhadap kesehatan dan lingkungan saat ini meroket. Semakin banyak konsumen berfokus pada pembelian barang-barang yang diproduksi secara berkelanjutan.

Kesehatan dan kebugaran menjadi pertimbangan utama konsumen. Perusahaan mulai memenuhi tuntutan konsumen dengan cara lebih bertanggung jawab dalam produksi, pemasaran, dan aspek bisnis lainnya.

Survei Deloitte menyatakan, 98% perusahaan merumuskan ulang setidaknya beberapa bagian dari portofolio produk mereka untuk menyelaraskan dengan kebijakan kesehatan dan kebugaran yang baru.

Selain itu, 79% perusahaan menyatakan bahwa 81% hingga 100% produk makanan dan minuman mereka menampilkan informasi nutrisi utama pada kemasan.

“Orang-orang jauh lebih sadar atas apa yang mereka masukkan ke dalam tubuh mereka akhir-akhir ini,” kata Rashad Hossain, CEO RYZE Superfoods.

RYZE Superfoods adalah perusahaan yang memproduksi kopi berbahan dasar jamur sebagai alternatif yang lebih sehat daripada kopi biasa.

“Peristiwa tahun ini telah menunjukkan kebutuhan akan kesehatan dan kehidupan berkelanjutan menjadi fokus bagi banyak orang,” kata Rashad.

Jelas sekali bahwa industri barang konsumsi akan sangat berbeda ke depan. Perbedaan antara perusahaan yang akan berhasil dan gagal akan bermuara pada kemampuan untuk menawarkan pengalaman digital yang bagus dan intuitif serta penetapan harga yang sesuai kebutuhan konsumen dan sebanding dengan nilai barang.