31 Tahun Lalu Pilot Kuba Membelot Bawa Jet Tempur, dan Kembali Menjemput Keluarga
- Pelariannya ini sangat berisiko bahkan mempertaruhkan nasib istri dan dua anaknya. Bahkan teman-temannya menyebut upayanya ini sebagai misi bunuh diri.
Nasional
JAKARTA-Pada 20 Maret 1991 pilot MiG-23 Angkatan Udara Kuba Orestes Lorenzo Perez mengitari Pangkalan Udara Angkatan Laut Key West tiga kali. Dia mengibaskan sayap Floggernya untuk menandakan niat bersahabat dan berharap tidak ada yang akan menembak jatuh jet tempur buatan Soviet tersebut.
Pelariannya ini sangat berisiko bahkan mempertaruhkan nasib istri dan dua anaknya. Bahkan teman-temannya menyebut upayanya ini sebagai misi bunuh diri.
Saat bertugas di Angkatan Udara Kuba, Perez mendapatkan beasiswa untuk menghadiri sekolah penerbangan di Uni Soviet. Di tempat ini dia belajar menerbangkan jet latih dua kursi Aero L-29 Delfin Cekoslowakia dan sebuah MiG-21.
- Balik Buntung jadi Untung, Dian Swastatika (DSSA) Sukses Raih Laba Rp1,72 Triliun
- Gencar Lakukan Ekspansi Anorganik, XL Axiata Caplok 51 Persen Saham Hipernet
- Gelar RUPSLB, KB Bukopin Rombak Jajaran Direksi dan Komisaris
Dia adalah bagian dari pasukan Kuba yang dikirim ke Angola untuk mendukung pemerintah komunis negara itu.
Dia untuk kedua kalinya dikirim ke Uni Soviet dan kemudian bersama keluarganya kembali ke Kuba dan ditugaskan ke Pangkalan Udara Santa Clara. Sekitar 165 mil sebelah timur Havana. Sejak itu dia merasa Kuba sebuah negara yang penuh dengan propaganda dan begitu tertindas oleh pemerintah. Ini mendorong dia mencoba melarikan diri.
Akhirnya pada 20 Maret 1991, Perez mengucapkan selamat tinggal kepada istrinya, Victoria. Tetapi dia berjanji akan kembali untuk menjemput dia dan kedua putranya. Victoria diminta untuk berpura-pura tidak tahu apa-apa tentang rencana pelarian Perez.
Selama misi pelatihan hari itu, Perez menerbangkan MiG-23 dari Kuba ke Key West. Ketika dia akhirnya mendarat tanpa terdeteksi oleh radar Amerika. Berbicara dalam bahasa Spanyol, dia memberi tahu pilot yang bertemu dengannya di darat bahwa dia mencari suaka politik.
Dia pun kemudian disambut baik di pangkalan tersebut dan segera diterbangkan ke Washington, DC. Begitu dia diberikan suaka politik, dia mulai berusaha untuk mengeluarkan keluarganya dari Kuba.
Upaya membawa keluarga
Istri dan dua putranya diberikan visa Amerika, tetapi pemerintah Kuba tidak mengizinkan mereka pergi. Perez mengatakan pemerintah melakukan pengawasan ketat terhadap mereka.
Tidak kurang Presiden Amerika saat itu George W. Bush saat itu melalui pidato terbuka meminta Fidel Castro untuk membiarkan keluarga Perez pergi.
Namun Castro menolak sehingga Perez harus memikirkan rencana yang lebih baik. Satu-satunya cara untuk menyelamatkan mereka adalah dengan pesawat.
Melalui organisasi hak asasi manusia yang didirikan oleh seorang tahanan politik Kuba, yang disebut Yayasan Valladares, Perez mengetahui ada sebuah Cessna 310 tahun 1961 akan dijual. Dengan bantuan dari sumbangan yayasan dia membeli pesawat itu dengan harga US$30.000. Pesawat ini akan digunakan untuk menyelamatkan keluarganya.
Meskipun dia mengambil pelajaran terbang dan menerima lisensi pilotnya di Virginia, dia memiliki sedikit pengalaman menerbangkan Cessna sebelum upaya penyelamatan ini. Perez hanya sekali mendaratkan pesawat kecil tersebut dengan seorang co-pilot.
Tetapi itu tidak menghalangi tekadnya. Tepat pukul 17:07 pada 19 Desember 1992, Perez lepas landas dari Florida Keys dan terbang rendah melintasi lautan. Istrinya diberi surat untuk menemuinya di lokasi sekitar 165 mil dari rumahnya di Havana.
- Ada Hunian di Sekeliling Mall, Ini Wujud Rumah yang Diyakini Jadi Inspirasi Film 'UP'
- Direktur Independen Citra Marga Nusaphala (CMNP), Bambang Hartadi Mengundurkan Diri
- Awas, 5 Aset Kripto Ini Diprediksi Akan Bearish di Minggu ke-3 Maret
Perez tidak tahu apakah istrinya akan berada di sana bersama kedua anak lelakinya, atau apakah dia akan tiba di tempat sebelum pemerintah Kuba melihatnya. Tetapi dia harus mencobanya.
Terbang kurang dari 30 meter di atas laut, Perez datang dari tebing di garis pantai Kuba dan melihat istri dan anak-anaknya mengenakan T-shirt oranye terang. Seperti yang dia minta sebelumnya.
Perez mendaratkan Cessna di jalan dan berhenti sekitar 6 meter dari truk pickup, membalikkan pesawat, membawa keluarganya masuk dan terbang menjauh. Ketika dia mendarat di Marathon kurang dari dua jam kemudian, dia merasa lega.
Perez adalah satu dari segelintir pilot militer Kuba yang membelot ke Amerika selama Perang Dingin. Perez dan keluarganya menjadi warga negara Amerika.
Sementara MiG-23 dikembalikan ke Kuba tidak lama setelah Perez mendapatkan suaka politik dan Cessna yang dia beli akhirnya hancur karena badai.