<p>Gedung Krakatau Steel di kawasan Gatot Subroto Kuningan. Foto: Panji Asmoro/TrenAsia</p>
Korporasi

3 Bulan Pertama Kinclong, Krakatau Steel Pede Menatap 2021

  • PT Krakatau Steel (Persero) Tbk melanjutkan tren keuntungan pada kuartal I-2021. Emiten berkode KRAS ini berhasil membukukan laba bersih Rp329 miliar pada kuartal I-2021.

Korporasi

Muhamad Arfan Septiawan

JAKARTA – PT Krakatau Steel (Persero) Tbk melanjutkan tren keuntungan pada kuartal I-2021. Emiten berkode KRAS ini berhasil membukukan laba bersih Rp329 miliar pada kuartal I-2021.

Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengungkap kinerja keuangan perseroan meningkat tajam pada 2021. Dirinya optimistis perusahaan bisa melanjutkan tren keuntungan yang dimulai pada tahun buku 2020.

“Krakatau Steel kembali mencatatkan laba bersih di Kuartal I 2021. Dan kinerja Perseroan juga menunjukkan perbaikan sebesar 77% karena adanya peningkatan EBITDA secara signifikan dari Rp429 miliar pada Kuartal I 2020 menjadi Rp758 miliar di Kuartal I 2021,” kata Silmy dalam keterangan tertulis yang diterima Trenasia.com, Kamis, 3 Juni 2021.

Laba bersih yang diraup KRAS tidak lepas dari kinerja penjualan yang meningkat pada tiga bulan pertama 2021. Perseroan mencatatkan penjualan sebesar Rp6,9 triliun pada kuartal I-2021 atau meningkat dibandingkan kuartal I-2020 yang hanya Rp4,4 triliun.

Segmen penjualan produk baja tetap menjadi tumpuan utama perseroan pada kuartal I-2021. Penjualan produk baja KRAS melesat 50% year on year (yoy) dari Rp3,54 triliun pada kuartal I-2020 menjadi Rp5,32 triliun pada kuartal I-2021.

Selain itu, segmen pendapatan perusahaan lain tercatat hanya naik tipis. Penjualan dari real estate dan perhotelan pada kuartal I-2021 tercatat sebesar Rp96 miliar atau merangkak naik dibandingkan kuartal I-2020 yang mencapai Rp67,20 miliar.

Silmy mengungkapkan hilirisasi produk bakal terus digenjot pada tahun ini. Dirinya melihat adanya prospek cerah dari penjualan produk baja KRAS pada kuartal I-2021.

“Transformasi dan restrukturisasi yang kami jalankan adalah sebuah program yang berkelanjutan. Segala potensi perbaikan akan terus kami kejar. Dengan demikian, kami yakin di tahun 2021 pun Krakatau Steel akan meningkat kinerjanya,” ujar Silmy.

Kenaikan tipis juga dialami segmen jasa pengelolaan pelabuhan dari Rp279 miliar pada kuartal I-2020 menjadi Rp289 miliar pada kuartal I-2021.

Adapun pendapatan dari segmen rekayasa dan konstruksi justru terpeleset dengan turun menjadi Rp97,67 miliar pada kuartal I-2021 dari sebelumnya Rp105,88 miliar pada kuartal I-2020.

Peningkatan pendapatan ini langsung berimplikasi terhadap beban pokok pendapatan KRAS yang membengkak. Total beban pokok pendapatan perseroan tumbuh 60% yoy dari Rp3,67 triliun pada kuartal I-2020 menjadi Rp5,8 triliun pada kuartal I-2021.

Meski begitu, KRAS masih bisa meningkatkan arus kas dan aktiva operasi dalam tiga bulan pertama 2021 ini. Arus kas dan aktiva operiasi perseroan tumbuh 138,4% yoy dari Rp142,5 miliar pada kuartal I-2020 menjadi Rp3389,8 miliar pada kuartal I-2021.

Kondisi ini berefek terhadap posisi kas dan setara kas KRAS yang ikut naik menjadi Rp1,7 triliun pada kuartal I-2021 dari sebelumnya Rp911,3 miliar pada kuartal I-2020.

Optimis Menatap 2021

Dalam menatap tahun ini, Silmy optimis target pendapatan Rp28 triliun bakal tercapai. Selain tren penjualan baja yang cemerlang, perseroan juga memperkuat lini bisnis dengan pembentukan sub holding sarana infrastruktur.

Subholding yang dibentuk KRAS ini terdiri dari empat entitas anak usaha, antara lain  PT Krakatau Daya Listrik (KDL), PT Krakatau Tirta Industri (KTI), PT Krakatau Bandar Usaha (KBU), dan PT Krakatau Industrial Estate Cilegon (KIEC).

Dengan begini, ceruk pendapatan dari anak usaha diklaim Silmy bakal semakin mengokohkan pendapatan perusahaan induk.

Tidak cukup sampai di sana, lini bisnis KRAS diperkuat dengan kemitraan dengan sejumlah perusahaan pelat merah lain.

“Saat ini perseroan terus mendekati beberapa pemakai baja terbesar seperti Pertamina, PLN, Telkom, group karya untuk dapat meningkatkan pemakaian baja nasional dan peningkatan TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri) pada proyek-proyek infrastruktur,” jelas Silmy.