<p>Suasana pengerjaan proyek pembangunan Pasar Senen Blok I dan II di Jakarta, Selasa, 5 Januari 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

4 BUMN Karya Bidik Kontrak Baru Rp126,49 Triliun, Didominasi Proyek Pemerintah

  • Empat badan usaha milik negara (BUMN) sektor konstruksi membidik kontrak baru tahun 2021 senilai total Rp118,65 triliun. Keempat BUMN Karya tersebut yakni PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP), dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA).

Industri

Laila Ramdhini

JAKARTA – Empat badan usaha milik negara (BUMN) sektor konstruksi membidik kontrak baru tahun 2021 senilai total Rp126,49 triliun. Keempat BUMN Karya tersebut yakni PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP), dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA).

Meskipun dalam kondisi pandemi COVID-19, target perolehan kontrak masing-masing perusahaan pelat merah tahun ini naik dibandingkan dengan 2020.

Sementara, mayoritas pekerjaan konstruksi yang digarap berasal dari proyek pemerintah dengan pendanaan dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara atau Daerah (APBN/APBD), maupun dari BUMN/BUMD.

1. Waskita Karya
Gedung Waskita Heritage dikawasan MT Haryono, Jakarta Selatan. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia

PT Waskita Karya Tbk (WSKT) menargetkan perolehan kontrak baru pada 2021 sebesar Rp31,6 triliun. Target ini meningkat 17% daripada tahun 2020 sebesar Rp27 triliun.

Direktur Utama Waskita Karya Destiawan Soewardjono mengatakan, untuk mencapai target tersebut, WSKT berharap dari proyek pemerintah, BUMN dan daerah. Sebab, instansi tersebut memiliki banyak proyek infrastruktur pada tahun ini.

“Dari Rp31 triliun itu harapan kami dari pemerintah kurang lebih 20 persen dan BUMN 25 persen,” jelas Destiawan dalam outlook Samuel Sekuritas, Selasa, 5 Januari 2021.

Saat ini, Waskita menggenggam keseluruhan nilai kontrak (order book) mencapai Rp66,65 triliun. Sebanyak Rp27 triliun di antaranya diperoleh pada tahun 2020 dan sebesar Rp39,5 triliun merupakan sisa kontrak.

Pada 2020, segmentasi jenis proyek yang dipegang Waskita Karya adalah infrastruktur konektivitas Rp11,9 triliun, infrastruktur sumber daya air Rp2,9 triliun, EPC dan Industri R 8,6 triliun dan gedung Rp3,7 triliun.

Destiawan juga memaparkan, Waskita telah memiliki strategi untuk mencapai target tahun ini. Pertama, menyasar jenis proyek yang sesuai dengan kompetensi inti. Kedua, fokus pada pasar eksternal atau proyek yang berasal dari pemerintah, BUMN, dan swasta. Termasuk proyek dari luar negeri.

Ketiga, terlibat dalam proyek investasi dengan porsi minoritas. Keempat, memanfaatkan sinergi intra grup Waskita untuk mengerjakan proyek. Contohnya menggunakan suplai material dari anak usaha. Terakhir, meningkatkan daya saing melalui technological leadership dengan implementasi Building Information Modelling (BIM)

2. Adhi Karya
Proyek LRT Jabodetabek Lintas Cawang-Dukuh Atas / Dok. PT Adhi Karya (Persero) Tbk.

PT Adhi Karya Tbk (ADHI) kenaikan kontrak baru tahun 2021 sebesar 20% dibandingkan tahun sebelumnya. Pada akhir Desember 2020 ADHI membukukan kontrak senilai Rp20,58 triliun. Dengan demikian kontrak yang disasar pada 2021 mencapai Rp24,69 triliun.

“Didukung perolehan kontrak baru tahun 2020 yang sudah cukup baik, maka kinerja di tahun 2021 diharapkan mampu meningkat,” kata Direktur Utama Adhi Karya Entus Asnawi Mukhson, dalam keterangan resmi, Selasa, 15 Desember 2020.

Entus mengungkapkan target kontrak baru ini akan didominasi oleh proyek dari pemerintah sebesar 70%. Sementara, pencapaian kontrak pada masing-masing lini bisnis, masih didominasi dari kontrak jasa konstruksi yang mencapai 80%. Sisanya berasal dari lini bisnis energi EPC, beton pracetak, dan properti.

Adapun hingga November 2020, Adhi karya meraup kontrak baru sebesar Rp17,3 triliun. Realisasi kontrak baru itu diperoleh dari proyek pemerintah sebesar 44%, BUMN sebesar 8%, swasta sebesar 3%, dan investasi sebesar 45%.

Pada 2021, ADHI menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp1 triliun – Rp 3 triliun. Tahun lalu, kata Entus, perusahaan tidak bisa menyerap capex dengan maksimal.

“Pandemi COVID-19 membuat ADHI melakukan efisiensi. Salah satunya dengan menghemat pengeluaran capex,” kata Entus.

3. PT PP
BUMN konstruksi PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk (PTPP) / Facebook @ptpptbk

PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) menargetkan perolehan kontrak baru senilai Rp30,1 triliun pada 2021. Angka ini naik 35% dibandingkan dengan pencapaian 2020 sebesar Rp22,26 triliun.

“Mulai masuknya vaksin COVID-19 di Indonesia diharapkan dapat menjadi awal yang baik untuk perkembangan dan pembangunan Indonesia di tahun ini,” kata Corporate Secretary PT PP Yuyus Juarsa, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis, 14 Desember 2021.

Yuyus mengungkapkan, pencapaian kontrak baru di 2020 diperoleh dari konstruksi proyek gedung sebesar 26%, konstruksi proyek infrastruktur 27%, konstruksi proyek rekayasa, pengadaan dan konstruksi (EPC) 32%, dan dari anak perusahaan 15%.

Pencapaian kontrak baru di tahun 2020 tersebut diraih dari 28 proyek gedung, 35 proyek infrastruktur, 13 proyek EPC serta proyek anak perusahaan.

“Dengan perolehan kontrak baru tersebut, perseroan optimistis mencapai laba sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Perolehan di tahun 2020 tersebut meyakinkan langkah perseroan di tahun 2021 akan lebih baik,” katanya.

Yuyus mengatakan perseroan siap berkarya dan berkontribusi lebih untuk negeri di tahun 2021 dengan semangat baru dan optimistis target tahun ini dapat dicapai sepenuhnya.

4. Wijaya Karya
Gedung PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) / Wika.co.id

PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) menargetkan perolehan kontrak baru tahun 2020 sebesar Rp40,1 triliun. Target kontrak 2021 tersebut naik 74% dibandingkan dengan realisasi 2020 yang sebesar Rp23 triliun.

Dalam pipeline perusahaan, kontrak WIKA pada 2021 akan didapat dari pekerjaan sektor industri sebesar Rp7,79 triliun, infrastruktur dan bangunan Rp18,13 triliun, energi Rp11,78 triliun, serta properti Rp2,4 triliun.

Adapun pada 2020, realisasi kontrak baru WIKA telah melebihi target revisi nilai kontrak baru yang sebelumnya ditetapkan Rp 21,3 triliun.

Pekerjaan konstruksi yang ditangani perseroan pada 2020 yakni di sektor industri sebesar Rp4,4 triliun, infrastruktur dan bangunan Rp13,07 triliun, energi Rp3,31 triliun, serta properti Rp525 miliar.

Sementara, proyek-proyek konstruksi besar perseroan yang saat ini sedang berjalan mayoritas berasal dari kerja sama pemerintah badan usaha (KPBU).

Proyek itu antara lain jalan tol Cengkareng-Kunciran, yang progres pekerjaannya telah mencapai 86,62% per Desember 2020. Kemudian, pekerjaan jalan tol Serang-Panimbang mencapai 79,38% per Desember 2020.

Selain itu, Wika yang tergabung dalam konsorsium kereta cepat Jakarta-Bandung melaporkan progres pekerjaan mega proyek tersebut telah mencapai 63,84% per Desember 2020. Jalur kereta cepat ini ditargetkan beroperasi pada 2022. (SKO)