Suasana salah satu gerai apotek Kimia Farma, Kamis 19 Agustus 2021. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Pasar Modal

4 Emiten BUMN yang Merugi Sepanjang 2022, Siapa Paling Besar?

  • Emiten BUMN yang mencatat kerugian sepanjang 2022 antara lain PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), PT Indofarma (Persero) Tbk (INAF), dan PT Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF).
Pasar Modal
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA - Dari 24 perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), tercatat ada empat emiten yang mengalami kerugian sepanjang tahun 2022.

Emiten BUMN yang mencatat kerugian sepanjang 2022 antara lain PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), PT Indofarma (Persero) Tbk (INAF), dan PT Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF).

Berikut ini rinciannya:

1. PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT)

Emiten konstruksi ini sebenarnya mencatat kenaikan pendapatan secara tahunan sepanjang 2022, yakni sebesar Rp15,3 triliun atau meningkat 25,2% secara year-on-year (yoy) dari Rp12,22 triliun yang dibukukan pada 2021.

Tumbuhnya pendapatan WSKT pada 2022 terutama dikontribusi oleh segmen jasa konstruksi yang mencatat peningkatan 33,46% di angka Rp13,56 triliun.

Akan tetapi, kenaikan pendapatan ini turut diiringi oleh terkereknya beban pokok pendapatan sebesar 34,2% yoy menjadi Rp13,85 triliun sehingga laba kotor perseroan menurun 23,68% yoy menjadi Rp1,45 triliun.

Kerugian bersih WSKT pada tahun 2022 tercatat menyusut ke angka Rp1,67 triliun atau turun 9,03% yoy dari Rp1,83 triliun pada pencatatan tahun sebelumnya.

Penyusutan kerugian bersih perseroan pada tahun 2022 didukung oleh beban pajak penghasilan yang menurun 42% yoy dari Rp752,49 miliar menjadi Rp431,96 miliar.

Selain itu, menurunnya kerugian bersih pun turut ditopang oleh pembukan laba bersih entitas asosiasi dan ventura bersama sebesar Rp1,07 triliun yang mana pada tahun sebelumnya perseroan mencatat kerugian dari segmen ini sebesar Rp321,62 miliar.

2. PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA)

Setelah meraup laba bersih pada 2021, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) berbalik merugi hingga Rp59,59 miliar pada 2022.

Pada 2021, BUMN yang bergerak di bidang konstruksi seperti halnya Waskita Karya ini membukukan laba bersih sebesar Rp117,66 miliar dengan penurunan 36,65% dari Rp185,76 miliar pada tahun 2020.

Wijaya Karya mencatat kerugian pada tahun 2022 walaupun pendapatannya mengalami kenaikan 20,61% menjadi Rp21,48 triliun dari Rp17,8 triliun pada tahun sebelumnya.

endapatan Wijaya Karya  tahun 2022 terpantau mengalami kenaikan hampir untuk semua segmen, kecuali di segmen realty dan properti yang menurun 2% dari Rp229,71 miliar ke Rp224,89 miliar.

Sementara itu, pendapatan dari infrastruktur dan gedung mengalami kenaikan 14%, industri 23%, energi dan industrial plant 16,9%, hotel 210%, dan investasi 2.790%.

Akan tetapi, seiring dengan naiknya pendapatan, WIKA pun mengalami kenaikan beban keuangan sebesar 18,1% dari Rp1,16 triliun menjadi Rp1,37 triliun.

Kemudian, bagian rugi entitas asosiasi mengalami lonjakan 244% dari Rp28,88 miliar menjadi Rp99,35. Sedangkan bagian laba entitas asosiai terpantau menurun 54,38% dari Rp672,37 miliar menjadi Rp306,73 miliar.  

3. PT Indofarma (Persero) Tbk (INAF)

Pada periode yang berakhir 31 Desember 2022, kerugian bersih Indofarma membengkak hingga 1.056% yoy dari Rp37,48 miliar menjadi Rp428,46 miliar.

Meningkatnya kerugian bersih emiten di bidang farmasi dan alat kesehatan ini meningkat drastis salah satunya karena menyusutnya penjualan bersih sebesar 60% yoy dari Rp2,9 triliun menjadi Rp1,14 triliun.

Penyusutan tersebut lebih besar dibandingkan penurunan sebesar 48% yoy yang terjadi pada beban pokok penjualan dari Rp2,45 triliun menjadi Rp1,25 triliun sehingga perseroan membukukan kerugian kotor sebesar Rp110,1 miliar setelah pada tahun sebelumnya mencatat laba bruto sebesar Rp451,65 miliar.

Setelah dipangkas beban penjualan, beban umum administrasi, serta kerugian lain-lain, rugi usaha Indofarma pada tahun 2022 pun tercatat sebesar Rp479,54 miliar setelah pada tahun 2021 mencetak angka laba usaha sebesar Rp51,98 miliar.

Dengan perbandingan yang kontras tersebut, kerugian bersih INAF membengkak walaupun beban keuangan dan beban pajak menyusut dengan penurunan masing-masing sebesar 12% yoy dan 94,6% yoy.

4. PT Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF)

Kimia Farma membukukan kerugian bersih  sebesar Rp170,04 miliar sepanjang tahun 2022 setelah pada tahun 2021 mencatat laba bersih sebesar Rp302,27 miliar.

Berbaliknya laba menjadi rugi ini salah satunya disebabkan oleh penjualan bersih yang perseroan yang anjlok 25,2% yoy dari Rp12,85 triliun pada 2021 menjadi Rp9,6 triliun pada 2022.

Menyusutnya penjualan bersih Kimia Farma pada periode yang berakhir 31 Desember 2022 utamanya disebabkan oleh penjualan obat generik yang anjlok 59,1% yoy di angka Rp864,52 miliar dan tidak adanya lagi pendapatan vaksin yang pada tahun 2021 mencapai Rp1,38 triliun.

Dengan demikian, walaupun beban pokok penjualan menurun 28,9% yoy dari Rp8,46 triliun menjadi Rp6,01 triliun, namun laba kotor perseroan mengalami penyusutan 18,2% yoy sebesar dari Rp4,39 triliun menjadi Rp3,59 triliun.

Catatan:
Di ranah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (BEKS) menjadi satu-satunya emiten yang membukukan kerugian bersih pada 2022, yakni sebesar Rp239,2 miliar atau menurun 10% yoy dari Rp265,17 miliar.

Kemudian, terpantau ada satu emiten BUMN yang hingga berita ini ditulis belum merilis laporan keuangan, yaitu PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS).