4 Fakta Kinerja AirAsia (CMPP) Sepanjang 2023, Salah Satunya EBITDA Positif
- PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP) berhasil menorehkan kinerja keuangan positif sepanjang 2023. Hal tersebut dapat dilihat dari rugi bersih dan EBITDA yang terus mengalami perbaikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Korporasi
JAKARTA – PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP) berhasil menorehkan kinerja keuangan positif sepanjang 2023. Hal tersebut dapat dilihat dari rugi bersih dan EBITDA yang terus mengalami perbaikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Direktur Utama CMPP Veranita Yosephine Sinaga mengatakan AirAsia Indonesia masih melanjutkan pemulihan kinerja pasca dihantam pandemi Covid-19 dengan mayoritas pendapatan berasal dari operasi penerbangan.
Veranita bilang meskipun terjadi kenaikan harga bahan bakar serta biaya perbaikan dan pemeliharaan, CMPP berhasil menghasilkan pendapatan Rp6,62 triliun, atau melesat 75,24% dari posisi tahun tahun buku 2022 senilai Rp3,78 triliun.
- Harga Emas Antam dan Emas Dunia Hari Ini Meredup
- Pabrik Motor Listrik Dibangun di Karawang, Digadang Produksi 3 Juta Unit per Tahun
- Wisata Indonesia Menggeliat, Emirates Minta Tambah Rute Penerbangan
Pertanyaanya, berapa porsi pendapatan AirAsia yang disumbang dari penjualan tiket pesawat serta rincian rugi bersih dan EBITDA perseroan? Di bawah ini TrenAsia.com rangkumkan kinerja emiten penerbangan yang identik warna merah sepanjang 2023.
Cuan Tiket Pesawat
Veranita menjabarkan melejitnya pendapatan AirAsia sepanjang 2023 tak bisa dilepaskan dari penjualan tiket pesawat dan bagasi yang masing-masing memberikan kontribusi sebesar Rp5,63 triliun dan Rp731,74 miliar.
"Selain itu, pendapatan juga berasal dari layanan penerbangan sebesar Rp125,85 miliar, kargo Rp44,26 miliar dan charter Rp14,08 miliar," kata Veranita melalui keterangan tertulis dikutip pada Selasa, 14 Mei 2024.
Ia menyebutkan bahwa Denpasar menjadi sumber pendapatan utama AirAsia dengan nilai Rp2,63 triliun, diikuti oleh Jakarta dengan Rp2,58 triliun. “Selanjutnya, Surabaya dan Medan masing-masing menyumbang pendapatan sebesar Rp784 miliar dan Rp624 miliar,” bebernya.
Rugi Bersih Susut
Melasir laporan keuangan perseroan yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia pada Senin malam, 13 Mei 2024, sejalan dengan naiknya pendapatan, rugi bersih usaha emiten bersandikan CMPP sepanjang 2023 terpangkas 46,59% secara tahunan menjadi Rp702,61 miliar.
Asal tahu saja, pada tahun buku 2022, kerugian usaha CMPP mencapai Rp1,31 triliun. Sementara itu, pada tahun buku 2021 dan 2020 yang kala itu masih dibayangi pandemic Covid-19, kerugian AirAsia mencapai level Rp2,3 triliun dan Rp8,5 triliun.
Alhasil beban usaha maskapai penerbangan sepanjang 2023 juga melonjak signifikan 43,79% secara tahunan menjadi Rp7,32 triliun, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp5,09 triliun.
EBITDA Positif
Selain rugi bersih yang mengalami perbaikan, EBITDA AirAsia sepanjang 2023 juga menunjukkan perbaikan menjadi Rp98,7 miliar dari posisi sebelumnya yang minus Rp678 miliar.
EBITDA adalah nilai dari keseluruhan pendapatan kotor yang didapatkan perusahaan. Nilai tersebut didapat dengan mengesampingkan pengurangan dari bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi.
Meskipun tidak bisa dijadikan tolok ukur laporan keuangan secara keseluruhan, EBITDA tetap menjadi salah satu indikator yang perlu dipertimbangkan dalam mengukur performa sebuah usaha.
Liabilitas Bengkak
Dari sudut pandang neraca keuangan, liabilitas CMPP naik menjadi Rp14,01 triliun, dibanding 2022 sebesar Rp12,17 triliun. Sementara itu CMPP mencatat defisiensi modal atau ekuitas negatif Rp7,90 triliun, dibandingkan 2022 sebesar Rp6,81 triliun.
Menyikapi ini, manajemen AirAsia tengah giat mencari sumber pendanaan melalui berbagai skema potensial. Selain itu, CMPP juga aktif mencari solusi untuk mengatasi tantangan yang ada dan memastikan kelangsungan operasional perseroan.
Adapun, kas dan setara kas pada akhir tahun perseroan tercatat melesat 110,41% menjadi Rp56,25 miliar, dibandingkan posisi tahun 2022 sebesar Rp26,73 miliar. Sementara itu, total aset CMPP tercatat sebesar Rp6,11 triliun per 31 Desember 2023, dibandingkan posisi akhir 2022 sebesar Rp5,35 triliun.