4 Fakta Unik Infeksi Jamur Penyebab Wabah Zombi yang Viral di Film The Last Of Us
- Film serial The Last Of Us yang tayang di HBO menceritakan mengenai peristiwa apokaliptik zombi yang disebabkan oleh infeksi jamur.
Tekno
JAKARTA - Film serial The Last Of Us yang tayang di HBO menceritakan mengenai peristiwa apokaliptik zombi yang disebabkan oleh infeksi jamur.
Mengingat infeksi jamur merupakan hal yang biasa dialami manusia, hal ini lantas membuat sejumlah orang bertanya, apakah ada jenis jamur yang bisa membuat manusia menjadi zombie?
Meski sejumlah ilmuwan menanggapi bahwa infeksi jamur pada manusia merupakan hal yang wajar, kebanyakan di antara mereka berpendapat bahwa infeksi jamur tak akan membuat manusia menjadi zombi.
Mengutip berbagai sumber, berikut fakta menarik mengenai Infeksi Jamur sebagaimana dihimpun oleh TrenAsia.com Senin, 30 Januari 2023.
- Lengkap! Ini Menu Masakan Khas Mangkunegaran yang Bisa Dicicipi di Taman Pracima
- Tiket Online Solo Safari Dibuka Mulai Selasa, Begini Cara Belinya
- Cepogo Cheese Park, “Taman Keju” di Lereng Gunung Merapi-Merbabu
1. Jamur yang Menyebabkan Mahkluk Hidup Jadi Zombi Memang Ada
Zombi dalam "The Last of Us" mekar dengan sulur jamur yang disebut Cordyceps. Jamur ini tumbuh dari kepala dan mulut mereka untuk kemudian menjangkau korban baru.
Faktanya, jamur Cordyceps memang nyata. Tapi jamur ini tak berbahaya bagi manusia. Sebab, korbannya hanyalah serangga, dan yang paling sering terinfeksi adalah semut.
Jamur yang tumbuh di dalam tubuh semut menyebabkan semut memanjat ke atas sebelum akhirnya bertunas dari kepalanya dan melepaskan spora untuk menyebar ke mana-mana.
Cordyceps tidak dapat bertahan pada suhu tubuh manusia sehingga tidak dapat menginfeksinya.
2. Ada Jamur yang Dapat Mempengaruhi Otak dan Perilaku Manusia
Meski Cordyceps tak dapat menginfeksi manusia, spesies jamur lain rupanya bisa menghasilkan zat dengan kualitas pengubah pikiran yang dapat memengaruhi perilaku manusia.
Contoh yang paling jelas adalah psilocybin, senyawa halusinogen dalam jamur ajaib. Selain itu, ada juga jamur ergot yang memiliki reputasi untuk mengubah pikiran manusia.
Pada kasus sebelumnya, beberapa sejarawan mengaitkan Pengadilan Penyihir Salem dengan keracunan ergot. Pada abad kegelapan, sejumlah wanita mulai bertingkah laku aneh dan saling menuduh melakukan sihir setelah makan gandum hitam yang terinfeksi zat psikoaktif LSD berasal dari ergot.
"Setiap kali Anda minum bir, perilaku Anda dipengaruhi oleh produk sampingan dari jamur, yaitu etanol," kata ilmuwan David Hughes, yang telah mempelajari Cordyceps dan berkonsultasi tentang video game "The Last of Us," kepada Insider.
Selain Ergot, jenis jamur lain yakni Cryptococcus juga dapat menyebar dari paru-paru ke otak dan menyebabkan meningitis yang dapat mengubah perilaku.
Namun, tidak seperti di TV, jamur pengubah pikiran seperti Cryptococus tidak menular melalui gigitan manusia ke manusia lain.
- Muatan Bahan Bakar dari Pelabuhan Baltik Rusia Akan Naik 50 Persen, Minyak Dunia Berpotensi Loyo
- Viral Gegara The Last Of Us, Ini Kata Ilmuwan Tentang Kemungkinan Pandemi Jamur
- IHSG Masih Berpeluang Menguat, Inilah 6 Rekomendasi Saham dari BNI Sekuritas Hari Ini
3. Belum Ada Vaksin Untuk Jamur
Dalam "The Last of Us", kasus pertama Cordyceps pada manusia dikisahkan muncul di Jakarta. Pada cerita, pemerintah meminta ahli mikologi terkemuka untuk mengidentifikasi jamur di bawah mikroskop dan menggeliat di mulut warga sipil yang telah meninggal.
Pada kisah tersebut, akhli mikologi yang diperankan Christine hakim menyebut bahwa tidak ada obat atau vaksin yang bisa menyembuhkan infeksi.
Dia merekomendasikan agar pemerintah mengebom seluruh kota untuk menahan jamur.
Dalam kehidupan nyata, memang benar bahwa tidak ada vaksin untuk infeksi jamur yang mematikan. Hanya ada beberapa kelas obat untuk mengobatinya, dan obat tersebut tidak selalu dapat diandalkan sebagai obat.
Faktanya, karena jamur sangat mirip dengan manusia pada tingkat sel. Alhasil, semakin banyak obat yang melawannya juga beracun bagi tubuh manusia.
Menurut data dari Global Action for Fungal, jamur membunuh lebih banyak orang daripada malaria. Penyebabnya, hingga saat ini manusia tidak memiliki banyak alat untuk mengendalikannya.
Beberapa jamur mematikan seperti Candida auris yang muncul pada tahun 2009, bahkan telah mengembangkan resistensi yang kuat terhadap obat antijamur yang kita miliki.
Dalam wabah rumah sakit, Candida auris telah membunuh 29% hingga 53% korbannya menurut data dari WHO.
4. Peningkatan Suhu Dapat Meningkatkan Ancaman Patogen Jamur
Adegan pembuka "The Last of Us" mengisyaratkan hal ini, dengan seorang ilmuwan tahun 1968 memberi tahu pembawa acara TV bahwa sedikit pemanasan global dapat membiakkan super-patogen jamur baru.
Dalam kehidupan nyata, wabah candida auris muncul secara independen di tiga benua berbeda pada waktu yang sama pada tahun 2010-an. Tidak ada hubungan atau kontak yang jelas antara wabah.
Beberapa ilmuwan percaya benang penghubungnya adalah perubahan iklim. Saat suhu global meningkat, jamur harus beradaptasi seperti yang lainnya.
Karena lebih banyak jamur beradaptasi dengan suhu yang lebih tinggi, lebih banyak dari mereka yang dapat bertahan dan berkembang biak pada suhu tubuh manusia . Ini bahkan dilakukan ketika tubuh manusia mencoba membunuhnya dengan demam.
Bersamaan dengan Cryptococcus, Organisasi Kesehatan Dunia menempatkan Candida auris sebagai salah satu dari empat prioritas teratas dalam peringkat pertama patogen jamur Oktober lalu.