Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati
Nasional

4 Fokus Sri Mulyani dalam Menghadapi Tantangan Ekonomi di Tahun 2023

  • Disampaikan oleh Sri Mulyani, Indonesia telah melalui beragam tantangan pada tahun 2022 dengan cukup baik, dan hal itu ditunjukkan oleh pemulihan ekonomi yang kuat, kasus COVID-19 yang terkendali, dan pulihnya aktivitas masyarakat.
Nasional
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan empat fokus utama pemerintah dalam menghadapi tantangan ekonomi di tahun 2023.

Disampaikan oleh Sri Mulyani, Indonesia telah melalui beragam tantangan pada tahun 2022 dengan cukup baik, dan hal itu ditunjukkan oleh pemulihan ekonomi yang kuat, kasus COVID-19 yang terkendali, dan pulihnya aktivitas masyarakat.

Menurut Menkeu, capaian-capaian tersebut pada gilirannya dapat menjadi bekal bagi Indonesia untuk menghadapi tantangan-tantangan di tahun 2023.

Walaupun begitu, perkembangan tersebut tidak lantas menjadi faktor yang membuat pemerintah merasa berpuas diri karena 2023 akan menjadi tahun yang diwarnai beragam tantangan.

"Tahun 2023 ditandai dengan situasi yang mana perekonomian dunia trennya melemah. Ini karena berbagai faktor," ujar Sri Mulyani dikutip dari keterangan resmi, Sabtu, 21 Januari 2023.

Faktor-faktor yang dimaksud Menkeu dalam hal ini di antaranya inflasi yang tinggi karena komoditas, kenaikan suku bunga, dan konsekuensinya kepada perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Untuk menghadapi tantangan yang hadir dari faktor-faktor tersebut, pemerintah pun menetapkan empat fokus utama untuk tahun 2023.

Yang pertama adalah penjinakan inflasi. Menurut Sri Mulyani, inflasi harus dijinakkan karena pengaruhnya terhadap banyak hal.

Menkeu pun mengatakan bahwa inflasi menjadi atensi pemerintah, dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar seluruh institusi bergerak bersama untuk menjaga pengendalian inflasi.

Pasalnya, inflasi tidak hanya berasal dari sisi permintaan yang berasal dari jumlah uang beredar, tapi berasal juga dari sisi pasokan, logistik, dan distribusi.

"Saya berharap tentu Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dengan instrumen fiskalnya, kita punya anggaran ketahanan pangan," ujar Sri Mulyani.

Fokus yang kedua adalah menurunkan atau menghilangkan kemiskinan ekstrem.

Menurut Sri Mulyani, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi biasanya diiringi dengan kesenjangan yang melebar.

"Anggaran kita untuk bantuan sosial Rp479 triliun tahun ini. Subsidi energi kita mencapai lebih dari Rp330 triliun. Apakah itu mengurangi kesenjangan? Apakah dia targeted? Apakah efektif? Bagaimana kita bisa menggunakan instrumen fiskal secara lebih baik?" papar Menkeu.

Kemudian, fokus yang ketiga adalah permasalahan stunting. Walaupun persentasenya sudah menurun dari 33% ke 24%, namun pemerintah masih berupaya untuk menurunkan tingkatnya.

"Teman-teman Kemenkeu harus berpikir bagaimana instrumen fiskal dan peranan kita untuk bisa mendorong agar stunting menurun. Bekerja sama dengan seluruh pihak, kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah karena keberadaan kita di seluruh Indonesia," kata Sri Mulyani.

Selanjutnya, fokus yang keempat adalah investasi. Menkeu mengatakan, iklim investasi harus terus dibangun ketika tren perekonomian dunia tengah melemah.

"Kalau tidak ada investasi, tidak ada penciptaan kesempatan kerja. Kalau tidak ada penciptaan kesempatan kerja, masyarakat makin menurun kesejahteraannya," tutur Sri Mulyani.