<p>Calon penumpang kereta api mengikuti tes dengan peralatan GeNose C19, di Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, Senin, 15 Februari 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>

5.000 Unit GeNose C-19 Dirakit Siswa SMK di Yogyakarta

  • JAKARTA – Salah satu unit pendidikan Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Sekolah Menengah Kejuruan – Sekolah Menengah Teknologi Industri (SMK-SMTI) Yogyakarta terlibat dalam perakitan GeNose C-19. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengakatakan, selain menjadi tempat perakitan oleh konsorsium pengembang GeNose C-19, kegiatan ini sekaligus untuk memberdayakan siswa-siswi jurusan Kimia Industri untuk menjadi tenaga operator. Pada tahap awal, […]

Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA – Salah satu unit pendidikan Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Sekolah Menengah Kejuruan – Sekolah Menengah Teknologi Industri (SMK-SMTI) Yogyakarta terlibat dalam perakitan GeNose C-19.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengakatakan, selain menjadi tempat perakitan oleh konsorsium pengembang GeNose C-19, kegiatan ini sekaligus untuk memberdayakan siswa-siswi jurusan Kimia Industri untuk menjadi tenaga operator.

Pada tahap awal, produksi yang dihasilkan mencapai 3.000 unit GeNose C-19. Sementara itu, saat ini produksi running juga dilakukan sebanyak 2.000 unit. 

“Jadi, total ada 5.000 unit GeNose C-19 yang dirakit,” ungkap Agus dalam keterangan resmi yang diterima TrenAsia.com, Kamis, 20 Mei 2021.

Diketahui, SMK- SMTI Yogyakarta menjadi satu-satunya sekolah vokasi yang dipercaya sebagai SIEMENS Certification Center di Indonesia. Sekolah tersebut juga diusulkan menjadi model untuk pembentukan German Indonesia Vocational Institute (GIVI).

“Dengan memanfaatkan teaching factory atau pabrik mini, SMK- SMTI Yogyakarta juga didorong untuk bisa membuat alat-alat kesehatan seperti ventilator,” tambahnya.

Seleksi dan Pelatihan Siswa

Kepala Sekolah SMK-SMTI YogyakartaEning Kaekasiwi menambahkan, kolaborasi perakitan GeNose C-19 tersebut melibatkan 60 siswa-siswi yang terbagi dalam dua jam kerja.

“Mereka dilatih bekerja selama tiga hingga empat jam dalam sehari  dalam satu shift. Selama lima hari dalam seminggu, ada pengawasan dari PT Steqhoq Robotika Indonesia Bersama dan guru-guru dari SMK-SMTI Yogyakarta,” ungkapnya.

Dalam memilih siswa tersebut, katanya, pihak sekolah menyeleksi melalui lowongan magang disertai pertimbangan nilai akademik.

Selanjutnya, siswa yang terpilih wajib mengikuti pelatihan selama dua hari untuk mendapatkan materi Cara Pembuatan Alat Kesehatan yang Baik (CPAKB) dan perakitan GeNose C-19.

Sebelum memasuki ruang pelatihan, siswa tersebut juga melakukan screening COVID-19 menggunakan GeNose C-19. Apabila hasilnya terbukti negatif dua hari berturut-turut, maka mereka dinyatakan siap untuk merakit alat tersebut.