Kamala Harris dan Donald Trump.
Dunia

5 Alasan Kamala Harris Bisa Memenangkan Pilpres AS 2024

  • Pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) 2024 tercatat sebagai salah satu pemilihan yang paling ketat dalam sejarah. Dilansir dari Vox, Donald Trump dan Kamala Harris bersaing dengan selisih kurang dari 1%, baik secara nasional maupun di negara-negara bagian yang menjadi medan pertempuran utama.

Dunia

Distika Safara Setianda

JAKARTA – Pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) 2024 tercatat sebagai salah satu pemilihan yang paling ketat dalam sejarah. Dilansir dari Vox, Donald Trump dan Kamala Harris bersaing dengan selisih kurang dari 1%, baik secara nasional maupun di negara-negara bagian yang menjadi medan pertempuran utama.

Di Electoral College, keduanya hampir sama kuat, dengan Pennsylvania menjadi penentu yang masih belum jelas, menurut rata-rata jajak pendapat dari New York Times.

Terdapat alasan yang kuat mengapa masing-masing kandidat mungkin memiliki keunggulan dalam membangun koalisi pemilih di lokasi strategis, serta memastikan para pemilih tersebut benar-benar hadir di tempat pemungutan suara.

Lantas, apakah Wakil Presisen AS Kamala Harris bisa memenangkan Pilpres AS 2024?

Alasan Kamala Harris Bisa Memenangkan Pilpres AS 2024

Dilansir dari BBC, Kamala Harris bisa menang Pilpres AS 2024 karena:

1. Dia Bukan Trump

Meski Donald Trump memiliki banyak keunggulan, ia tetap menjadi sosok yang sangat memecah belah. Pada tahun 2020, ia memperoleh jumlah suara yang memecahkan rekor untuk kandidat Partai Republik, tetapi dikalahkan karena tujuh juta lebih warga Amerika mendukung Biden.

Kali ini, Harris menonjolkan faktor ketakutan akan kembalinya Trump. Ia menyebutnya sebagai “fasis” dan ancaman bagi demokrasi, sembari bersumpah untuk menjauh dari “drama dan konflik.”

Jajak pendapat Reuters/Ipsos pada bulan Juli menunjukkan empat dari lima warga Amerika merasa negaranya sedang lepas kendali. Harris berharap para pemilih, terutama dari kalangan Republik dan independent, melihatnya sebagai kandidat yang membawa stabilitas.

2. Dia Juga Bukan Biden

Partai Demokrat menghadapi kekalahan yang hampir pasti saat Biden keluar dari pemilihan. Bersatu dalam keinginan untuk mengalahkan Trump, partai ini dengan cepat mendukung Harris. Dengan kecepatan yang mengagumkan sejak awal, ia menyampaikan pesan yang lebih berwawasan ke depan yang membuat basis pendukungnya bersemangat.

Sementara Partai Republik telah mengaitkannya dengan kebijakan Biden yang kurang populer, Harris telah membuat beberapa serangan yang ditujukan kepada Biden menjadi sia-sia.

Yang paling jelas adalah usia. Jajak pendapat secara konsisten menunjukkan, para pemilih memiliki kekhawatiran nyata tentang kelayakan Biden untuk menjabat. Sekarang persaingan telah berubah, dan Trump yang bersaing untuk menjadi orang tertua yang pernah memenangkan Gedung Putih.

3. Dia Memperjuangkan Hak-Hak Perempuan

Ini adalah pemilihan presiden pertama sejak Mahkamah Agung AS membatalkan Roe v Wade dan hak konstitusional untuk melakukan aborsi.

Pemilih yang peduli dengan perlindungan hak aborsi sangat mendukung Harris. Kita telah melihat dalam pemilihan sebelumnya, terutama pemilihan sela tahun 2022, bahwa isu tersebut dapat mendorong partisipasi dan berdampak nyata pada hasil.

Kali ini, 10 negara bagian, termasuk negara bagian Arizona, akan mengadakan inisiatif pemungutan suara yang menanyakan kepada para pemilih bagaimana aborsi harus diatur. Ini dapat meningkatkan jumlah pemilih yang mendukung Harris.

Nilai historis upayanya untuk menjadi presiden wanita pertama mungkin juga memperkuat keunggulan signifikannya di antara pemilih wanita.

4. Pendukung Harris Banyak Memilih

Kelompok-kelompok dalam jajak pendapat yang memiliki banyak pendukung Harris, seperti mereka yang berpendidikan tinggi dan orang-orang yang lebih tua, cenderung lebih banyak memberikan suara.

Partai Demokrat pada akhirnya memperoleh hasil yang lebih baik dan memiliki jumlah pemilih yang tinggi, sementara Trump telah memperoleh keuntungan dari kelompok dengan jumlah pemilih yang relatif rendah seperti pria muda dan mereka yang tidak memiliki gelar sarjana.

Trump, misalnya, memiliki keunggulan besar di antara mereka yang terdaftar tetapi tidak memilih pada tahun 2020, menurut jajak pendapat New York Times/Siena.

Pertanyaan utamanya adalah apakah mereka akan muncul kali ini?

5. Dia Mengumpulkan dan Menghabiskan Lebih Banyak Uang

Bukan rahasia lagi bahwa pemilu Amerika mahal, dan pemilu 2024 diperkirakan akan menjadi pemilu termahal yang pernah ada.

Namun, dalam hal daya beli, Harris berada di posisi teratas. Ia telah mengumpulkan lebih banyak dana sejak menjadi kandidat pada bulan Juli dibandinkan yang telah dikumpulkan Trump dalam seluruh periode sejak Januari 2023, menurut analisis Financial Times baru-baru ini. Analis tersebut juga mencatat bahwa kampanye Harris telah menghabiskan hampir dua kali lipat lebih banyak dana untuk iklan.

Hal ini dapat memainkan peran dalam persaingan ketat yang pada akhirnya akan diputuskan oleh para pemilih di negara-negara bagian yang saat ini dibombardir oleh iklan-iklan politik.