Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan
Nasional

5 Alasan Luhut Dukung Prabowo-Gibran

  • Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menyatakan dukungannya untuk Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Nasional
Distika Safara Setianda

Distika Safara Setianda

Author

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menyatakan dukungannya untuk Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.

“Saya pribadi memilih Pak Prabowo. Alasan yang sangat sederhana, berkelanjutan dan dia punya spirit NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) yang bagus,” kata Luhut melalui posting di akun Instagram @luhut.pandjaitan, pada Sabtu, 3 Februari 2024.

Luhut Dukung Prabowo-Gibran

1. Sudah Bertemu Semua Capres

Melalui unggahan Instagramnya, Luhut menjelaskan, ia telah bertemu dengan semua calon presiden dan calon wakil presiden sebelum memutuskan dukungan. Menurutnya, penting untuk menjaga kelangsungan program-program yang telah diusulkan oleh Jokowi.

“Diskusi ini yang saya bawa dan tawarkan beberapa kepada capres dan cawapres itu, tapi yang merespons sangat positif dan langsung juga dengan langkah-langkah dia adalah Pak Prabowo,” kata Luhut pada Sabtu, 3 Februari 2024. 

2. Kenal Lama dengan Prabowo

Luhut menyatakan mengenal Prabowo sejak 40 tahun silam, ketika keduanya bergabung dalam Korps Baret Merah. Menurut Luhut, Prabowo adalah sosok yang konsisten, berani, dan rasional dalam berpikir. Dia juga menilai Prabowo sebagai individu yang penuh dengan idealisme dan semangat patriotisme.

Luhut merasa senang ketika Prabowo memilih Gibran sebagai cawapresnya. Baginya, Prabowo memberikan contoh positif untuk tidak menilai orang lain secara negatif. Menurut Luhut, ada kemungkinan seseorang memiliki kemampuan khusus, namun tidak terlihat karena tidak mendapat kesempatan.

“Idealisme dan konsistensi dalam bersikap Pak Prabowo, serta keterwakilan anak muda dalam diri Mas Gibran, memantapkan saya untuk memilih pasangan ini pada 14 Februari 2024 nanti sebagai pelanjut tongkat estafet kepemimpinan yang akan membawa negeri ini menuju visi besar Indonesia Emas 2045,” tulis Luhut dalam keterangannya.

3. Gibran Dinilai Punya Sepak Terjang yang Sama dengan Sang Ayah

Luhut juga bercerita tentang Gibran, yang merupakan Walikota Solo sekaligus putra sulung dari Presiden Jokowi. Menurutnya, meski belum lama mengenal Gibran, namun ia melihat perjalanan karir Gibran di Solo mirip dengan saat Jokowi pertama kali dikenal sebagai wali kota.

“Pak Gibran itu juga menata Solo juga luar biasa, saya pergi beberapa kali ke Solo dan saya lihat dia mengikuti jejaknya Pak Jokowi,” kata Luhut, pada Sabtu, 3 Februari 2024.

Luhut menyatakan, masyarakat tidak seharusnya meremehkan pengalaman politik Gibran. Menurutnya, orang yang menilai Gibran dengan cara tersebut tidak memahami Gibran memiliki potensi untuk menjadi pemimpin yang luar biasa, mirip dengan Jokowi.

“Orang tidak berhitung, padahal sama dengan Pak Jokowi waktu menjadi wali kota untuk menjadi gubernur DKI orang memandang sebelah mata,” ungkapnya. “Kita belajar anak-anak muda Indonesia jangan pernah memandang sebelah mata orang lain.”

4. Program Hilirisasi

Prabowo datang dan mengirim tim kepadanya untuk berkomitmen terhadap kelanjutan program-program Jokowi, seperti kelanjutan hilirisasi. Ini menjadi alasan Luhut untuk mendukung Prabowo dalam Pemilihan Presiden 2024.

Menurut Luhut, ada banyak program pemerintah saat ini yang tidak mungkin selesai selama era kepemimpinan Presiden Jokowi. Sebagai contoh, ia menyebut program hilirisasi rumput laut yang telah melalui riset selama empat tahun.

“Saya pribadi memilih Pak Prabowo dengan alasan yang sangat sederhana, yaitu berkelanjutan,” kata Luhut.

5. Butuh Keberlanjutan

Selain menyatakan hanya Prabowo yang bersedia melanjutkan hilirisasi, Luhut juga mengkritik calon lain yang mengusulkan perubahan, meskipun ia tidak menyebutkan calon yang dimaksud. Menurutnya, yang dibutuhkan saat ini adalah kelangsungan, bukan perubahan.

“Kalau mau dibongkar lagi kapan mau maju. Ingat bonus demografi hanya berjalan sampai 2030. Setiap tahun kita lengah, setiap tahun kita hilang momentum, dan kita tidak bisa keluar nanti dari midle income trap,” jelasnya.