Laptop
Tekno

5 Alasan Mengapa Banyak Perusahaan Melarang Penggunaan ChatGPT

  • Inilah beberapa alasan mengapa perusahaan besar melarang karyawannya menggunakan ChatGPT untuk keperluan pekerjaan.

Tekno

Justina Nur Landhiani

JAKARTA - ChatGPT milik OpenAI adalah salah satu layanan chatbot berteknologi kecerdasan buatan yang sedang tren dan digemari banyak orang. Hal ini karena ChatGPT memiliki kemampuan yang mengesankan, seperti membuat teks, narasi, jadwal, dan sebagainya. 

Namun, terlepas dari kemampuan ChatGPT yang mengesankan, beberapa perusahaan besar ternyata justru melarang karyawannya menggunakan ChatGPT, seperti Apple, Samsung, JPMorgan Chase & Co, dan Amazon. Lalu, mengapa mereka memblokir atau melarang karyawannya menggunakan ChatGPT?

Alasan Perusahaan Besar Melarang Karyawan Menggunakan ChatGPT

Berikut beberapa risiko menggunakan ChatGPT untuk keperluan bekerja di kantor.

1. Risiko Kebocoran Data

ChatGPT membutuhkan data dalam jumlah yang besar agar bisa berlatih dan beroperasi secara efektif. Chatbot ini dilatih menggunakan sejumlah besar data yang berasal dari internet.

Seperti yang dikutip dari informasi dari laman bantuan OpenAI pada 27 Juni 2023, sebagian data termasuk detail rahasia pelanggan, rahasia dagang, dan informasi bisnis sensitif yang Anda berikan ke chatbot dapat ditinjau oleh pelatihnya, yang mungkin menggunakan data Anda untuk meningkatkan sistem mereka.

Banyak perusahaan patuh pada peraturan perlindungan data yang ketat. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan tersebut memilih untuk berhati-hati dalam berbagi data pribadi dengan pihak eksternal karena hal ini dapat meningkatkan risiko kebocoran data.

Tidak hanya itu, OpenAI juga tidak menawarkan perlungan data dan jaminan kerahasiaan. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika banyak perusahaan memilih untuk membatasi karyawannya menggunakan ChatGPT untuk menghindari kebocoran data yang dapat merusak reputasi mereka, menimbulkan kerugian finansial, dan membahayakan pelanggan serta karyawannya.

2. Risiko Keamanan Dunia Maya

Meski tidak jelas apakah ChatGPT benar-benar membuat Anda rentan terhadap paparan risiko keamanan dunia siber, ada kemungkinan jika Anda menggunakannya untuk perusahaan Anda dapat menimbulkan potensi kerentanan yang dapat dieksploitasi oleh hacker.

Jika sebuah perusahaan mengintegrasikan ChatGPT dan ada kelemahan dalam sistem keamanan chatbot, maka hacker dapat mengeksploitasi kerentanan dan menyusupkan kode malware. Selain itu, ChatGPT juga dapat menghasilkan suatu teks yang mirip dengan yang dibuat oleh manusia. Hal ini akan dimanfaatkan oleh pelaku phishing yang dapat mengambil alih akun Anda atau menyamar sebagai suatu pihak yang sah untuk menipu karyawan perusahaan agar Anda membagikan informasi sensitif.

3. Pembuatan Chatbot yang Dipersonalisasi

ChatGPT memang dapat membantu Anda membuat teks atau narasi, tapi informasi yang disediakan oleh ChatGPT belum tentu 100% benar. ChatGPT dapat menyediakan informasi yang salah dan menyesatkan.

4. Kurangnya Regulasi

Dalam industri di mana perusahaan harus patuh pada protokol dan sanksi peraturan, kurangnya panduan pada peraturan ChatGPT adalah suatu tanda bahaya yang tidak dapat dihindari. Tidak adanya ketentuan peraturan yang tepat yang mengatur penggunaan ChatGPT, perusahaan di mana Anda bekerja dapat menghadapi konsekuensi hukum yang berat ketika Anda menggunakan chatbot tersebut untuk bekerja.

5. Penggunaan ChatGPT untuk Tindakan yang Tidak Bertanggung Jawab

Di banyak perusahaan, beberapa karyawan ada yang mengandalkan hasil yang diberikan oleh ChatGPT untuk membuat suatu konten atau mengerjakan tugas. Hal ini dikhawatirkan dapat menimbulkan kemalasan di lingkungan kerja, menghambat kreativitas, dan inovasi.

Ketergantungan akan chatbot AI dapat menghambat kemampuan Anda untuk berpikir kritis. Hal itu juga dapat merusak kredibilitas perusahaan, karena ChatGPT sendiri sering memberikan data yang tidak akurat dan tidak dapat diandalkan.

Itu tadi beberapa alasan mengapa perusahaan besar melarang karyawannya menggunakan ChatGPT untuk keperluan pekerjaan. Apakah kantor tempat Anda bekerja menerapkan hal yang sama?