5 Aset Kripto Ini Diprediksi Bearish di Minggu Ketiga Juni 2022
- Menurut trader Tokocrypto Afid Sugiono, pemulihan pada pasar kripto bukan sinyal yang menunjukkan datangnya tren bullish yang berkepanjangan.
Pasar Modal
JAKARTA - Di tengah kondisi yang dipenuhi kekhawatiran investor karena kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/The Fed), ada beberapa aset kripto yang diprediksi bearish di minggu ketiga Juni 2022.
Berdasarkan data Coin Market Cap, Kamis, 16 Juni 2022 pukul 17.40 WIB, Bitcoin beserta mayoritas aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar (big cap) mengalami pemulihan dalam 24 jam terakhir.
Bitcoin (BTC) alami kenaikan 1,68% ke posisi harga US$20.968 atau setara dengan Rp309,09 juta dalam asumsi kurs Rp14.741 per dolar Amerika Serikat (AS). Namun, dalam hitungan mingguan, BTC masih berada di zona merah dengan penurunan 31,3%.
Menurut trader Tokocrypto Afid Sugiono, pemulihan pada pasar kripto bukan sinyal yang menunjukkan datangnya tren bullish yang berkepanjangan.
Kenaikan ini dinilai Afid karena adanya para trader yang melakukan posisi short untuk sedikit mengambil keuntungan dan mencegah harga-harga aset kripto terjun ke bawah support level .
“Pullback atau koreksi sementara ini terjadi karena banyak trader yang mengambil posisi short sehingga transaksi sedikit terjadi. Mereka juga ingin mencegah harga kripto anjlok, karena sentimen The Fed nantinya. Jika itu terjadi, maka aksi jual besar-besaran diperkirakan tak terbendung,” ujar Afid dikutip dari keterangan tertulis yang diterima TrenAsia, Kamis, 16 Juni 2022.
- Gandeng Linkz Asia, Modalku Perluas Pendanaan ke Lebih dari 2.000 UMKM
- Digantikan Hadi Tjahjanto, Ini Pesan Sofyan Djalil Usai Lengser jadi Menteri ATR/BPN
- Masuk Kabinet Jokowi, Zulkifli Hasan Miliki Kekayaan Rp32,8 Miliar
Pada hari Rabu, 15 Juni 2022, The Fed secara resmi menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin dan menjadi lonjakan paling agresif selama 28 tahun terakhir. Kenaikan suku bunga itu dinilai Afid akan memicu keraguan pada investor untuk mengalokasikan dananya ke aset kripto.
“Kombinasi suku bunga AS yang tinggi dan ketakutan akan resesi sebagai faktor makro utama yang menyebabkan pasar penurunan kripto saat ini. Bear market akan terhenti, jika The Fed melonggarkan kebijakan moneter hawkish dengan menghentikan kenaikan suku bunga. Itu bisa terjadi dalam beberapa bulan ke depan,” tutur Afid.
Afid melihat ada beberapa aset kripto yang berpotensi bearish di minggu ketiga Juni 2022, yakni sebagai berikut:
1. Universal Market Access (UMA)
Universal Market Access adalah protokol untuk pembuatan aset sintetis berbasis blockchain Ethereum.
Protokol ini secara utama dijadikan sebagai platform yang memungkinkan pengguna untuk merancang dan membuat kontrak keuangan yang terdesentralisasi.
Menurut Afid, UMA untuk bearish karena sudah mengalami overbought dan harganya bisa turun secara drastis.
“UMA sudah dalam kondisi hampir 100% overbought sehingga investor disarankan untuk waspada karena harga sewaktu-waktu bisa menukik ke bawah alias turun. UMA bisa turun 26% dari harga US$2,6 (Rp38.326) ke US$1,9 (Rp28.007) dalam waktu dekat,” kata Afid.
Saat ini, UMA menduduki peringkat ke-117 dengan kapitalisasi pasar US$199,8 juta (Rp2,9 triliun) dan menempati harga US$2,97 (Rp43.780).
2. SKALE Network (SKL)
SKALE Network adalah jaringan yang dirancang sebagai solusi penskalaan Layer-2 yang mampu menciptakan lingkungan sidechain untuk mengurangi kemacetan di jaringan Ethereum.
“Pergerakan SKL akan bearish pada pekan ini. Hal tersebut terlihat dari analisis teknikalnya, SKL sudah membentuk pola reserve cup and handle sebagai sinyal bearish. Penurunan SKL bisa sampai ke US$0,0467 (Rp688),” kata Afid.
SKL saat ini menempati peringkat ke-118 dengan kapitalisasi pasar US$190,9 juta (Rp2,8 triliun) dan menduduki harga US$0,05407 (Rp797).
3. Kyber Network Crystal v2 (KNC)
Kyber merupakan protokol likuiditas yang dapat diimplementasikan pada semua blockchain Smart Contract dan memungkinkan pertukaran token yang didesentralisasi serta dapat diintegrasikan ke dalam aplikasi apapun.
KNC sebagai token dari Kyber Network digunakan dalam transaksi untuk memfasilitasi operasi sistem yang sedang berlangsung pada jaringan. Afid memprediksi KNC akan mengalami bearish karena sudah mengalami overbought.
“Pelaku pasar tampaknya sudah jenuh dengan KNC. Analisis teknikal KNC menunjukan nilai KNC bisa turun dari harga batas bawahnya US$1,5 (Rp22.111) ke US$1,1 (Rp16.215) atau turun 20%,” tutur Afid.
Saat ini, KNC menduduki peringkat ke-105 dengan kapitalisasi pasar US$241,8 juta (Rp3,56 triliun) dan menempati harga US$1,36 (Rp20.047).
- Inilah 4 Senjata Produksi Pindad yang Paling Mendunia
- Menilik 4 Kecanggihan Jalan Tol Trans Sumatra Milik Hutama Karya
- Hati-hati, Kebiasaan Ini Ternyata Menjerat Anda Tetap Miskin dan Susah Kaya
4. Litecoin (LTC)
Litecoin adalah aset kripto dan software open-source yang dirancang untuk menyediakan pembayaran yang cepat, aman, dan berbiaya rendah dengan memanfaatkan teknologi blockchain.
LTC dibuat berdasarkan protokol Bitcoin (BTC), namun berbeda untuk perihal algoritma, waktu transaksi, dan beberapa faktor lainnya.
LTC berpotensi bearish karena sentimen negatif karena aset ini dihapus dari listing Bithumb dan Upbit. Penghapusan itu terjadi karena Litecoin telah melakukan pembaruan yang tidak sesuai dengan peraturan antipencucian uang di Korea Selatan.
“Akibat delisting tersebut, nilai LTC terus anjlok. Diperkirakan harga LTC bisa menyentuh US$35,8 (Rp527.727),” jelas Afid.
Saat ini, LTC menempati peringkat ke-18 dengan kapitalisasi pasar US$3,2 miliar (Rp47,17 triliun) dan menduduki harga US$45,8 (Rp675.137).
5. TRON (TRX)
TRON adalah platform terdesentralisasi yang bertujuan untuk membangun sistem hiburan konten digital global gratis dengan teknologi penyimpanan yang terdistribusi.
Menurut Afid, TRX yang merupakan kripto asli dari jaringan TRON akan terpengaruh kenaikan suku bunga The Fed.
“Dari analisis teknikal, penurunan TRX bisa mencapai 16% dari harga US$0,05349 (Rp783) menuju US$0,04616 (Rp680),” kata Afid.
TRX saat ini menempati peringkat ke-14 dengan kapitalisasi pasar US$5,5 miliar (Rp81,07 triliun) dan menduduki harga US$0,05971 (Rp880).