bakhmut.jpeg
Dunia

5 Bulan, 20.000 Pasukan Rusia Tewas di Bakhmut

  • Meski Rusia mengklaim menguasai hampir 90 persen wilayah tersebut, tetapi pasukan Ukraina masih terus bertahan. Ini menjadikan Rusia tetap belum bisa mengklaim kemenangan.

Dunia

Amirudin Zuhri

WASHINGTON- Hampir satu tahun Rusia mencoba merebut kota Bakhmut. Meski Rusia mengklaim menguasai hampir 90 persen wilayah tersebut, tetapi pasukan Ukraina masih terus bertahan. Ini menjadikan Rusia tetap belum bisa mengklaim kemenangan.

Data intelijen yang dikeluarkan Amerika juga mengejutkan. Rusia disebut telah menderita 100.000 korban termasuk 20.000 tewas selama lima bulan terakhir pertempuran di Bakhmut.

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby pada  Senin 1 Mei 2023 mengatakan angka itu didasarkan pada intelijen Amerika Serikat yang baru dibuka. Dia tidak merinci bagaimana komunitas intelijen sampai pada angka tersebut.

Hampir setengah dari  yang terbunuh adalah tentara Wagner, yang sebagian besar adalah narapidana yang direkrut. Mereka  dilempar ke pertempuran di Bakhmut tanpa pelatihan  yang memadai.

Kirby  mengatakan sejak Desember lalu, Rusia memulai operasi luas di berbagai lini termasuk Vuldehar, Avdiivka, Bakhmut, dan Kreminna. Sebagian besar upaya ini terhenti dan Rusia tidak dapat merebut wilayah strategis dan signifikan yang nyata.

“Intinya,  upaya ofensif Rusia telah menjadi bumerang setelah pertempuran berbulan-bulan dan kerugian luar biasa. Rusia telah menghabiskan persediaan militer dan angkatan bersenjatanya dalam jumlah besar,” katanya dikutip dari Al Jazerra.

Juru bicara itu  Gedung Putih tidak memberikan perkiraan korban di Ukraina. Alasannya, menurut Kirby, Ukraina adalah pihak korban dan Rusia adalah agresor.

Wagner Ancam Mundur

Sementara itu pemimpin Wagner Yevgeny Prigozhin kembali marah dengan lambatnya pasokan amunisi dari kementerian pertahanan. Bahkan dia mengancam akan menarik pasukannya dari Bakhmut jika tidak segera mendapat pasokan.

Dia mengatakan setiap harinya mereka membutuhkan setidaknya 300 ton amunisi. Atau setara sekitar 10 kontainer. Itu menurutnya jumlah yang sedikit. Tetapi mereka hanya menerima 10-15 persen dari kebutuhan. 

Jika mendapatkan amunisi lebih banyak, Prigozhin yakin korban di pihaknya akan lima kali lebih sedikit dari yang dialami sekarang. Dia juga menuduh petinggi Rusia telah melakukan pengkhianatan pada perjuangan mereka.

Sementara Kepala pasukan darat Ukraina Jenderal Oleksandr Syrskyi mengatakan  Rusia terus melakukan upaya maksimal untuk merebut Bakhmut. Tetapi sejauh ini gagal. Bahkan dia mengklaim di beberapa bagian kota, pasukan Ukraina  melakukan serangan balik dan memukul mundur Rusia.

Sebaliknya Kementerian Pertahanan Rusia pada 30 April mengatakan pasukannya terus bergerak maju. Mereka telah merebut empat blok di Bakhmut barat.

Di bagian lain Rusia kembali meluncurkan gelombang kedua serangan rudal ke sejumlah kota di Ukraina. Otoritas Ukraina mengatakan serangan di kota timur Pavlohrad menewaskan dua orang dan melukai 40 lainnya. Sementara Kremlin mengklaim serangannya berhasil menghancurkan sejumlah gudang senjata Ukraina. Serangan ini dilakukan untuk menghambat rencana serangan balik yang sedang disusun Kyiv.

Pertahanan udara Ukraina mengakui menghancurkan 15 dari 18 rudal yang diluncurkan oleh Rusia dalam serangan terakhir.  Sementara semua rudal yang diarahkan ke ibu kota dihancurkan dalam serangan dalam tiga hari terakhir.

Kolonel Yuri Ignat, juru bicara Angkatan Udara Kyiv mengatakan sistem pertahanan udara Patriot buatan AS dan  IRIS-T buatan Jerman membantu Ukraina mempertahankan langitnya. Tetapi dia menegaskan jumlahnya tidak cukup.  “Kami  masih membutuhkan lebih banyak lagi sistem seperti Patriot dan IRIS-T,” katanya.

Militer Ukraina di sisi lain juga melakukan serangan di wilayah yang diduduki Rusia. Militer Ukraina mengakui, serangan  termasuk yang menghancurkan depot bahan bakar Rusia di Krimea pada hari Minggu adalah persiapan untuk serangan balik.

Di wilayah Bryansk Rusia yang berbatasan dengan Ukraina,  ledakan juga menggelincirkan sebuah kereta barang. Gubernur setempat mengatakan sebuah alat peledak tak dikenal meledak di  kilometer 136  jalur kereta api Bryansk-Unecha. 

Pihak berwenang Rusia mengatakan wilayah itu telah mengalami beberapa serangan oleh kelompok sabotase yang diduga pro-Ukraina. Termasuk  penembakan sebuah desa pada hari Sabtu, yang menewaskan empat warga sipil.