Para atlet bulu tangkis Indonesia saat merayakan kemenangan dalam Piala Thomas 2021 di Denmark / Twitter @bulutangkisRI
Nasional

5 Fakta Menarik Tim Badminton Indonesia di Thomas Cup 2021

  • Ada lima fakta unik seputar tim bulu tangkis Indonesia pada Thomas Cup tahun ini.
Nasional
Daniel Deha

Daniel Deha

Author

JAKARTA - Indonesia berhasil menjuarai Thomas Cup setelah menggulung China pada laga final yang digelar di Aarhus, Denmark, Minggu, 17 Oktober 2021, malam. Kemenangan tim bulu tangkis Indonesia kali ini akhirnya membayar penantian selama 19 tahun.

Tim badminton Indonesia tampil trengginas dengan melibas China dengan skor telak 3-0. Tiga wakil Indonesia yang turun pada laga final tersebut berhasil mengamankan angka hingga secara beruntun meraih kemenangan atas lawan-lawannya.

Pada gim pertama, pebulu tangkis Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting, mengalahkan Lu Guanzu (China) dalam permainan rubber game dengan skor 18-21, 21-14 dan 21-16.

Di gim kedua, pasangan ganda putra andalan Indonesia Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto mendongkel pasangan China dalam dua set langsung dengan skor 21-12 dan 21-19.

Pebulu tangkis Jonatan Christie kemudian menyempurnakan kemenangan Indonesia ketika menjungkal Li Shifeng dalam permainan rubber game dengan skor 21-14, 18-21, dan 21-14.

Kemenangan tim Thomas Cup Indonesia mengobati kerinduan masyarakat Indonesia setelah dua dekade tak pernah mencicipi manisnya trofi bergengsi tersebut.

Indonesia kini mengoleksi 14 trofi Thomas Cup dan menjadi negara paling produktif di ajang ini. Indonesia bahkan menyalip China yang masih mengoleksi 10 trofi Thomas Cup.

Dirangkum dari berbagai sumber, berikut fakta-fakta unik seputar tim bulu tangkis Indonesia pada Thomas Cup tahun ini.

1. Juara Setelah 19 Tahun

Butuh dua dekade bagi Indonesia untuk kembali membawa pulang trofi Thomas Cup ke tanah air setelah terakhir kali menjuarainya pada 2002.

Kala itu, tim Thomas Indonesia yang diperkuat Marleve Mainaky, Taufik Hidayat, Hendrawan, hingga pasangan ganda putra Candra Wijaya/Sigit Budiarto dan Halim Haryanto/Tri Kusharyanto, sukses mengalahkan Malaysia dengan skor 3-2 pada partai final.

Setelah itu Indonesia belum pernah lagi meraih gelar Thomas Cup meskipun sudah dua kali tampil di final pada tahun 2010 dan 2016.

Dengan kemenangan ini, Indonesia mengumpulkan 14 trofi  Thomas Cup.

Ke-14 gelar juara itu diraih pada 1958, 1961, 1970, 1973, 1976, 1979, 1984, 1996, 1998, 2000, 2002, dan terakhir pada tahun 2021.

2. Kena Sanksi WADA

Ada pemandangan tak biasa ketika Indonesia merayakan juara Thomas Cup 2021 di Aarhus, Denmark, Minggu malam. Rasanya ada yang tidak sempurna ketika para atlet merayakan kemenangan yang paling dinanti-nantikan.

Hal itu karena bendera Merah Putih tidak berkibar karena terdampak sanksi Badan Antidoping Dunia (WADA).

Indonesia dinilai tidak patuh terhadap ketentuan yang dikeluarkan WADA. Salah satunya tidak mematuhi regulasi pelaporan tes doping rutin kepada organisasi internasional.

Akibatnya, atlet Indonesia tidak bisa mengibarkan bendera nasional selain di Olimpiade. Namun para atlet masih diizinkan turun di kejuaraan regional, kontinental, dan dunia.

Tidak hanya itu, dampak sanksi WADA juga berpotensi membenamkan mimpi Indonesia untuk menjadi tuan rumah Olimpiade dan Piala Dunia.

Yang paling dekat, ada beberapa event di mana Indonesia menjadi tuan rumah, antara lain World Superbike di Sirkuit Mandalika, NTB.

Tahun depan, ada beberapa agenda penting semisal Asian Indoor and Martial Art Games (AIMAG) pada 10-20 Maret, SEA Games (Mei), Islamic Solidarity Games (9-18 Agustus), Asian Games (10-25 September) dan Asian Youth Games (20-28 Desember).

Karena itu, Lembaga Anti-Doping Indonesia (LADI) harus segera menyelesaikan masalah yang menjadi konsern WADA.

3. Kalahkan China 3-0

Penampilan terbaik disajikan tim Thomas Cup Indonesia pada ajang internasional kali ini. Di final, mereka berhasil membungkam raksasa bulu tangkis dunia, China, dengan skor telak 3-0.

Padahal sejak babak penyisihan, China begitu tampil dominan atas lawan-lawannya. Dibandingkan Indonesia, China masih mencatat rekor kemenangan yang lebih baik.

Namun, ketika memasuki babak final setelah mengalahkan kuda hitam Denmark, Indonesia memiliki suntikan emosional yang luar biasa untuk memenangkan pertandingan.

Hal itu karena, selain dari rekor pertemuan mereka dengan tim China, secara peringkat dunia, atlet bulu tangkis Indonesia jauh mengungguli atlet-atlet China.

Kemenangan kali ini merupakan bukti perkembangan yang luar biasa dari tim bulu tangkis Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Ada proses regenerasi yang berhasil di tubuh PBSI setelah generasi Taufik Hidayat dkk.

4. Atlet Usia Muda

Para atlet Indonesia yang berlaga di partai final Thomas Cup dan laga-laga sebelumnya mayoritas merupakan atlet muda yang berusia di bawah 30 tahun.

Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie yang menjadi pahlawan kemenangan Indonesia di final Thomas Cup 2021 berusia 24 tahun.

Sementara itu, Fajar Alfian dan Muhammad Rian Ardianto masing-masing berusia 26 dan 27 tahun. Sepantaran dengan keduanya adalah pebulu tangkis eksentrik Kevin Sanjaya Sukamuljo yang kini berusia 26 tahun.

Atlet-atlet muda tersebut menjadi andalan Indonesia di berbagai ajang internasional dan seiring perkembangan usia dan pengalaman, mereka bisa mendulang lebih banyak gelar.

Torehan kali ini sekaligus membangkitkan gairah baru dalam diri atlet-atlet muda bulu tangkis Indonesia ketika berlaga di event internasional.

Hanya ada dua atlet Indonesia yang berusia di atas 30 tahun dan berlaga di Thomas Cup 2021, yaitu Marcus Fernaldi Gideon (30) dan Muhammad Ahsan (34).

Meski begitu, kedua atlet tersebut mampu membimbing atlet-atlet yunior yang menjadi duet mereka di berbagai ajang bulu tangkis.

5. Pukulan 'Ganjil' Anthony Ginting

Pada laga final, atlet bulu tangkis tunggal putra Indonesia Anthony Ginting melakukan sebuah skil pukulan kok yang luar biasa.

Pada laga final melawan China, Anthony Ginting mengecoh Lu Guangzu melalui sebuah pukulan kok yang cerdas dan berkelas.

Momen itu terjadi pada set kedua. Dia kemudian mencetak poin ke-10 ketika mengembalikan servis yang dilakukan Guangzu.

Bermula dari servis yang dilakukan Lu Guangzu, Anthony Ginting melakukan gerakan seolah akan mengembalikan kok ke sisi kanan.

Namun, Anthony Ginting justru mengembalikan kok ke sisi kiri melalui gerakan pergelangan tangannya yang memutar.

Lu Guangzu yang sama sekali tidak mengira kok akan jatuh ke sisi kiri, tidak berdaya mengantisipasi pukulan Anthony Ginting.

Para penonton yang memadati Ceres Arena, Aarhus, Denmark, sontak bertepuk tangan melihat aksi yang dipamerkan Anthony Ginting.

Cuplikan pukulan Anthony Ginting itu bahkan diunggah oleh akun Twitter BWF yang sekaligus memuji teknik pukulan Ginting yang cerdas.

"Pengembalian yang luar biasa dari Anthony Sinisuka Ginting," sebut BWF.

Aksi tersebut sebetulnya bukan baru pertama kali terjadi. Dari beberapa penelusuran di media sosial, banyak orang mengunggah video Anthony Ginting memperlihatkan gerakan aneh tersebut untuk mengecoh lawan-lawannya.