5 Hal yang Harus Anda Perhatikan Ketika Memutuskan jadi Single Parent
- Menjadi single parent mungkin membuat Anda mulai mengkhawatirkan tentang perkembangan anak Anda ke depannya. Apakah mereka akan baik-baik saja? Bisakah mereka mengatasi rasa kehilangan orang tua?
Gaya Hidup
JAKARTA - Semua orang tua tentunya berharap mampu memberikan yang terbaik kepad aanak-anak mereka. Mereka berusaha memenuhi semua kebutuhan anak-anak mereka. Namun, entah karena pilihan atau takdir ada satu hal yang tidak bisa mereka berikan kepada anak mereka yaitu seorang ayah atau ibu.
Menjadi single parent mungkin membuat Anda mulai mengkhawatirkan tentang perkembangan anak Anda ke depannya. Apakah mereka akan baik-baik saja? Bisakah mereka mengatasi rasa kehilangan orang tua?
Dr. Laura Markham seorang Psikolog Klinis menulis untuk Aha!Parenting bahwa anak bisa mengelola perpisahan dan kehilangan dari orang tua apabila mendapat cinta dan dukungan yang cukup dari sosok orang tua yang tersisa.
- Tak Hanya Fokus Tingkatkan Kapabilitas UMKM, BRI Telah Berkontribusi 65,4% Inklusi Keuangan Indonesia
- OJK: Pangsa Perbankan Syariah Tembus 6,8 Persen per November 2022
- Baru 2 Pekan, Suzume Tembus 700.000 Penonton di Indonesia
- Pembangunan MRT Jakarta Fase 2A Terus Dikebut, Target Selesai Maret 2025
Selanjutnya Dr. Laura juga menyarankan beberapa hal untuk Anda perhatikan ketika ingin memutuskan untuk menjadi seorang single parent
1. Yang dibutuhkan anak untuk berkembang adalah cinta tanpa syarat
Dr Laura mengatakan ada hal yang lebih penting untuk menjadi fokus Anda ketika menjadi single parent. Alih-alih terus khawatir jika anak Anda hanya memiliki satu orang tua dan bukan dua, Anda sebaiknya mulai berfokus kepada cara mengatur emosi Anda sendiri dan juga emosi anak Anda, cara menolak hukuman demi penetapan batas empati, cara melihat sesuatu dari sudut pandang anak Anda, dan cara agar selalu bermurah hati kepada anak Anda.
2. Kehadiran negatif lebih buruk daripada tidak ada kehadiran
Sosok ornag tua yang memperlakukan seorang anak dengan car ayang kasar jauh berdampak lebih buruk bagi anak daripada jika figur orang tua itu pergi.
Selama orang tua yang tersisa masih mencintai sang anak dengan tulus. Semuanya berpotensi untuk kembali baik-baik saja.
Anak mungkin akan berduka karena kehilangan orang tuanya, tetapi kesedihan itu dapat sembuh dengan dukungan yang cukup dari orang tua yang tersisa.
Sedangkan kenegatifan yang terus-menerus dilakukan kepada anak hanya akan melumupuhkan anak secara permanen.
3. Single parent adalah bagian dari faktor resiko
Mengasuh anak adalah hal yang sulit. Apalagi ketika harus mengasuhnya sendirian. Bisakah single parent membesarkan anak-anak yang hebat? tentu saja bisa.
Hal yang perlu Anda lakukan untuk menghadapi tantangan sebagai single parent adalah dengan menjaga diri Anda agar tetap sehat sehingga Anda dapat melakukan tugas ganda untuk anak Anda.
4. Baik wanita maupun pria, keduanya memiliki energi pria dan wanita
Penelitian menunjukkan bahwa ayah dan ibu mengasuh secara berbeda dan hal itu menguntungkan untuk sang anak.
Misalnya ayah biasanya cenderung lebih keras ketika mendidik, namun ternyata ibu juga bisa mendidik dengan keras seperti hanya pria.
- IHSG Ditutup Menguat di Saat Bursa Regional Keok, Sektor Teknologi jadi Jawara
- Skema Dana Kompensasi Batu Bara Dibebani PPN, Menteri ESDM: Seharusnya Dibebaskan
- Permenaker No.5/2023 Dinilai Miskinkan Pekerja Perempuan
Kita melihat bahwa ibu biasanya cenderung lebih 'mengasuh' namun ternyata pria yang secara aktif menjadi orang tua bagi anaknya memiliki lebih banyak oksitosin dan hormon pengasuh lainnya dalam aliran darah mereka daripada pria lain.
Jika Anda melihat anak Anda membutuhkan sesuatu yang tidak ia dapatkan, Anda mungkin dapat menggali lebih dalam dan menemukan bagian dari diri Anda yang tidak Anda ketahui ada di sana.
Kita semua perlu merangkul diri kita termasuk sifat-sifat yang menurut budaya kita adalah wilayah gender lain.
5. Bukan perceraian yang membuat anak-anak terluka, tetapi cara penanganannya
Setiap anak yang orang tuanya bercerai pasti terluka karena mereka kehilangan keluarga dan kehidupan yang mereka miliki sebelum perceraian.
Namun, seperti semua kehilangan yang lain, kehilangan ornag tua juga bisa sembuh.
Luka berkepanjangan dari perceraian biasanya datang ketika seorang anak merasa ditolak oleh salah satu orang tua, dipaksa untuk memilih di antara kedua orang tua, atau ketika orang tua tiri memperlakukan mereka dengan buruk. Saat itulah luka perceraian akan menjadi lebih serius.
Pada intinya, jika Anda memang harus bercerai Anda berhutang kepada anak Anda untuk melakukan semaksimal mungkin menjaga agar semua situasi dan kondisinya tetap bersahabat.
Nah berikut tadi adalah artikel mengenai 5 hal yang harus Anda perhatikan ketika memutuskan menjadi single parent. Semoga bermanfaat!